Sabtu, 21 Januari 2012

ULASAN SINGKAT ENSIKLIK PACEM IN TERRIS

Oleh: Nicolas Renleuw
Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng

1.     Pengantar
Damai di bumi sangat dirindukan oleh semua orang di sepanjang zaman.” Demikian kalimat awal Ensiklik Pacem in Terris. Ensiklik Pacem in Terris (damai di bumi) merupakan salah satu ensiklik yang dikeluarkan oleh Beato Yohanes XXIII. Ensiklik ini dikeluarkan pada tanggal 11 April 1963.
Walaupun telah lama diedarkan dan telah banyak terjadi perubahan dalam dunia, tetapi kelihatan Ensiklik ini masih relevan untuk situasi dunia kita. Suatu dunia dan abad yang baru. Ensiklik ini masih menggema dan menyuarakan perdamaian bagi seluruh umat manusia dewasa ini.
Apa yang dikatakan dalam Ensiklik tersebut merupakan suara Gereja yang menolak segala bentuk kekerasan, peperangan, dan pelanggaran hak asasi manusia. Yang ditekankan dalam Ensiklik yaitu, penolakan terhadap hal-hal yang berlawanan dengan perdamaian.
Mengapa? Karena dari hari ke hari perdamaian semakin menjauh dari dunia ini. Dalam suasana demikian, manusia dihantui oleh rasa takut, cemas, dan kuatir yang tak kunjung berakhir. Padahal, setiap manusia dalam dirinya masing-masing sangat merindukan perdamaian. Manusia menginginkan perdamaian menguasai hatinya dan menguasai seluruh kegiatan aktivitasnya sehari-hari. Singkatnya, manusia membutuhkan perdamaian dalam segala sesuatu yang dilakukannya sebagai manusia

2.     Latar Belakang Munculnya Ensiklik Pacem In Terris
a.      Konteks Zaman
Ensiklik Pacem in Terris muncul dalam suasana mencekam yang sedang melanda dunia. Abad ke-20 merupakan abad penuh pergolakan. Suatu abad yang dikuasai oleh egoisme manusia. Dalam abad itu, terjadi banyak pemerkosaan terhadap hak asasi manusia. Begitu banyak terjadi pertumpahan darah dan korban berjatuhan tak terhitung jumlahnya.
Di awali oleh revolusi ekonomi yang melanda beberapa negara. Ajaran Karl Mark menjadi dewa yang menguasai sebagian dunia. Di sana munculnya materialisme yang menguasai manusia. Manusia begitu serakah. Ia haus akan harta dunia. Pandangan ini dimaksudkan juga untuk menyingkirkan hal-hal yang menghalangi kemajuan dalam bidang ekonomi. Yang dimaksud adalah nilai-nilai iman.
Iman telah meninabobokan manusia sehingga manusia enggan berusaha, demikian pendapat mereka. Karl Mark sendiri tidak menolak Tuhan. Ia hanya menolak ‘cara’ atau praktek beriman yang membelenggu kemajuan ekonomi, tetapi para pengikutnya menafsirkan ajarannya secara lain. Akhirnya, ajaran itu berubah menjadi permusuhan besar-besaran terhadap Gereja, kaum beriman, para pastor, suster, dan lain-lain.
Akibat dari penyingkiran nilai iman dan keserakahan manusialah, maka yang terjadi berikutnya adalah persaingan. Persaingan bukan saja dalam bidang ekonomi, namun merambat ke bidang lain seperti politik dan persenjataan. Dari hari ke hari persaingan itu semakin memanas. Akibat persaingan ini adalah munculnya dua perang besar. Perang dunia pertama dan kedua yang memakan korban begitu banyak, baik dari segi materi maupun nyawa manusia. Pada saat yang bersamaan muncul beberapa tokoh penghancur yang menjadi penyebab munculnya peperangan besar itu. Mereka menjadi inspirator munculnya ketegangan yang menguasai dunia, seperti: Lenin, Stalin, Adolf Hitler, dan lain-lain.
Ketegangan tidak berhenti, tetapi berlanjut terus. Perang dingin pun menyusul kemudian. Perang ini telah menjadi sesuatu yang paling menakutkan dalam sejarah umat manusia. Negara-negara maju yang berkepentingan mulai meluaskan pengaruhnya secara diam-diam. Hal ini ditandai dengan terpecahnya menjadi negara-negara Blok Timur dan Blok Barat.
Namun, syukur kepada Allah karena perang dingin tidak meletus. Pecahnya negara Uni Soviet, menjadi tanda berakhirnya perang dingin. Persaingan antara Blok Timur dan Blok Barat pun dengan sendirinya mereda. Walaupun setelah itu, muncul suatu fase baru dalam peradaban yang melanda manusia modern sampai saat ini.
Seolah-olah kelanjutan dari keadaan sebelumnya, ketegangan masih terus berlangsung. Perang besar telah terjadi yaitu Perang Teluk antara Irak dan Kuwait. Hingga saat ini, ancaman perang ini terus berlanjut dan telah berubah menjadi suatu permusuhan dan saling membenci antara Irak dan Amerika dengan sekutu-sekutunya. Selain itu, negara-negara - tidak terkecuali miskin atau kaya - berlomba-lomba mendemonstrasikan kekuatan senjatanya. Bahaya produksi senjata nuklir menjadi isu dan ancaman besar yang melanda dunia.

b.      Ensiklik Pacem In Terris
Dalam konteks zaman inilah ensiklik Pacem In Terris diterbitkan. Pacem in Terris, atau dalam bahasa Indonesia Tentang Menegakkan Perdamaian yang Universal berdasarkan Kebenaran, Keadilan, Kemurahan, dan Kebebasan adalah sebuah ensiklik kepausan yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes XXIII pada 11 April 1963. Ensiklik ini hingga kini tetap merupakan ensiklik yang paling terkenal dari abad ke-20 dan menetapkan prinsip-prinsip yang kelak muncul dalam sejumlah dokumen dari Konsili Vatikan II dan paus-paus yang kemudian. Ini adalah ensiklik terakhir yang dirancang oleh Yohanes XXIII.
Kalimat pembukaan "Pacem in Terris" (Damai di Bumi) menegaskan pemahaman Gereja Katolik tentang bagaimana perdamaian dapat tercipta di dunia:
"PACEM IN TERRIS, quam homines universi cupidissime quovis tempore appetiverunt, condi confirmarique non posse constat, nisi ordine, quem Deus constituit, sancte servato."
"Damai di bumi, yang paling dirindukan oleh semua orang dari segala zaman, dapat ditegakkan dengan kuat, hanya apabila perintah yang ditetapkan oleh Allah dapat ditaati dengan setia."
Ketika merancangnya, Paus Yohanes XXIII sedang menderita kanker. Ia wafat dua bulan kemudian sesudah ensiklik ini selesai.

3.     Pokok-Pokok Pembahasan Pacem In Terris[1]
Bagi Paus Yohanes XXIII, kesejahteraan hidup manusia terwujud bila damai dialami oleh segenap manusia dan terjaminnya hak dan kewajiban manusia secara utuh. Sebab itu, perdamaian menjadi fokus dan nilai utama yang diperjuangkan oleh Yohanes XXIII, dengan penekanan dan pengakuan akan hak dan kewajiban setiap manusia sebagaimana yang diwahyukan Allah melalui ajaran-ajaran-Nya dalam Kitab Suci.

a.      Landasan Biblis Bagi Perdamaian
Apa janji Allah tentang perdamaian? Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, memberikan kesaksian kepada kita tentang apa yang dikatakan Allah mengenai suatu dunia yang damai. Salah satu gambaran yang indah terdapat dalam kitab Nabi Yesaya, yaitu gambaran mengenai binatang buas, ternak, dan manusia. Binatang buas merupakan musuh manusia dan ternak. Akan tetapi akan datang waktunya, di mana permusuhan itu tidak ada lagi. Itulah zaman pemerintahan Raja Mesias (Yes 11:1-5). Pada waktu itu:
Serigala akan tinggal bersama domba, dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan singa akan makan rumput bersama-sama dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan berteman dan anak-anak mereka akan bersama-sama berbaring. Singa akan makan jerami seperti lembu. Anak-anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung. Dan ke sarang ular beludak anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya” (Yes 11:6-8).
Bahkan sebelum menjadi karunia Allah kepada manusia dan sebuah proyek manusia dalam kesepadanan dengan rencana ilahi, perdamaian pada tempat pertama merupakan sebuah gelar dasar Allah. Tuhan itu kedamaian (Hak. 6:24). Ciptaan yang merupakan pantulan kemuliaan ilahi, menghasratkan perdamaian. Allah menciptakan segala sesuatu yang ada, dan segenap ciptaan membentuk suatu keseluruhan yang selaras yang dalam setiap bagiannya adalah baik adanya. (bdk. Kej. 1:4,10,18,21,25,31). Seturut wahyu alkitabiah, perdamaian lebih daripada sekedar tidak adanya perang; perdamaian melambangkan kepenuhan hidup (bdk. Mal.2:5). Perdamaian adalah tujuan hidup di tengah masyarakat, sebagaimana yang diterangkan dengan sangat gamblang dalam visi perdamaian mesianik: taktala semua orang akan pergi ke rumah Tuhan, dan ia akan mengajarkan mereka jalan-jalan-Nya dan mereka akan melangkah di jalan damai (bdk. Yes. 2:2-5). Ketika menyendengkan pendengarannya pada apa yang hendak Allah katakana kepada umat-Nya tentang perdamaian, sang pemazmur mendengarkan kata-kata ini: “ kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman” (Mzm. 85:11). [2]
Gambaran indah ini mau mengatakan bahwa perdamaian yang dikerjakan Raja Damai itu berarti pula bebas dari ketakutan, kekerasan, kecemasan, kekuatiran, dan saling membunuh. Kapan hal ini akan terjadi? Hal ini akan terjadi jika manusia membuka diri terhadap rahmat dan tawaran Allah. Tentu saja tidak mengabaikan usaha manusia. Allah senantiasa mengajak dan mengundang manusia untuk menciptakan dan membangun suatu dunia damai.
Janji perdamaian yang membentang sepanjang Perjanjian Lama memperoleh kepenuhannya dalam pribadi Yesus itu sendiri. Yesus adalah damai sejahtera kita (Ef. 2:14). Perdamaian Kristus pada tempat pertama merupakan rekonsiliasi dengan Sang Bapa, yang dihasilkan oleh pelayan Yesus yang dipercayakan kepada para murid-Nya dan yang bermula dengan pemakluman perdamaian: “kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini” ( Luk. 10:5; Rm. 1:7). Yesus Sang Raja Damai mengatakan: “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapa Aku harapkan api itu telah menyala” (Luk 12:49). Api itu adalah api damai. Api yang membakar segala permusuhan, kebencian, kemarahan, dan nafsu balas dendam yang menguasai hati manusia. Api itu akan mengubah segala permusuhan menjadi persahabatan, kebencian menjadi belaskasihan, kemarahan menjadi kelemah-lembutan, nafsu balas dendam menjadi pengampunan. Gagasan injil tentang perdamaian dikumandangkan pula oleh Yesus menjelang kematian-Nya: “Damai sejahtera kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku kuberikan kepadamu, dan apa yang kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu” (Yoh. 14:27). Inilah pernyataan spiritual Yesus. Selanjutnya, ketika Yesus bangkit dari alam maut dab berjumpa dengan para murid-Nya, mereka menerima dari Dia salam dan karunia perdamaian: “Damai sejahtera bagi kamu” (Luk. 24:36; Yoh. 20:19, 21,26)[3]
Inilah dunia damai yang dirindukan Allah bagi manusia. Allah menginginkan pemerintahan-Nya menguasai manusia. Allah menginginkan hukum cintakasih – yang menciptakan perdamaian – menawan hati manusia.
            Bertolak dari landasan Alkitabiah ini maka PT mengemukakan ajarannya mengenai perdamaian. Apa yang ditekankan oleh PT mengenai perdamaian?

b.      Perdamaian Dunia
            Perdamaian di dunia ternyata begitu didambakan oleh setiap umat manusia di sepanjang zaman. Dambaan itu berarti perdamaian di dunia sekarang sedang mengalami suatu keadaan krisis. Lebih ironis lagi perdamaian tersebut telah dirusak oleh manusia yang tidak menaati tata ciptaan Allah. tentang hal ini Paus Yohanes XXIII mengatakan:
  “Perdamaian di dunia begitu didambakan dan diusahakan oleh setiap manusia namun perdamaian itu tidak pernah akan tercapai, tak pernah akan terjamin kalau tata dunia yang ditetapkan oleh Allah tidak dipatuhi dengan seksama. Tata tertib yang mengagungkan itu meliputi dunia ciptaan yang hidup dan daya kekuatan alam. Suatu ciri kekagungan manusia ialah kemampuannya menghargai tata tertib itu.”(PT. 1-2,167)
Menurut Yohanes XXIII perdamaian berhubungan dengan ketaatan akan hukum yang ditetapkan Allah, sebab secara bijaksana Allah telah menciptakan segala sesuatu, entah itu mahkluk hidup atau benda mati. Dalam semua ciptaan tersebut telah terukir hukum ilahi. Di antara semua itu manusia  adalah mahkluk yang tertinggi karena ia dikaruniai martabat yang luhur. Oleh karena itu, manusia tidak boleh dimanipulasi atau diobjektivasi layaknya sebuah materi. Di sini Yohanes XXIII menunjukkan bahwa syarat pertama dan mutlak untuk mewujudkan dan mempertahankan perdamaian itu adalah mentaati hukum yang telah ditetapkan oleh Allah.
Dalam orientasi ketaatan yang mengagumkan itu setiap manusia berhadapan dengan dua kekuatan besar sekaligus, yakni sesama manusia dan ciptaan lainnya. Semua ini diciptakan oleh Allah; di satu sisi menunjukkan kesatuan universal tata ciptaan namun di sisi lain menunjuk pada perbedaan mendasar yang dimiliki oleh keduanya.
Tentang hal ini Yohanes XXIII mengajak umat manusia untuk melihat dan memahami perbedaan dan hubungan keduanya secara jelas. Disinilah letak keluhuran manusia sebagai mahkluk yang dianugerahi akal budi untuk mengerti dan memahami tata tertib ciptaan Allah dan sekaligus mampu untuk mengontrol dan mengendalikan daya kekuatan yang ada demi kebahagiaan dan keselamatan manusia. Jika demikian dimanakah letak permasalahan yang mengancam bahkan merusak perdamaian itu?
Yohanes XXIII secara jelas menunjuk bahwa yang menjadi titik pangkal merosotnya perdamaian adalah karena adanya pandangan–pandangan yang sesat tentang eksistensi manusia. Secara khusus pandangan yang mengatakan bahwa seolah-olah hukum yang mengatur hubungan antar-individu, warga Negara dengan pemerintah dan Negara dengan Negara lainnya sama saja dengan hukum yang menguasai daya atau unsur alam semesta yang buta. Padahal hukum yang mengatur manusia berlainan sama sekali. ( PT. 4,6, 159). Allah telah menciptakan manusia dan alam semesta dengan hukumnya sendiri-sendiri. Dengan perbedaan hakiki ini maka antara manusia dan mahkluk ciptaan lainnya tidak boleh disamaratakan. Tindakan untuk menyamaratakan keduanya tidak bisa dibenarkan dan disitulah letak kesalahan dan kejahatan. Selanjutnya Yohanes XXIII melihat bahwa kesesatan pandangan itu sering muncul dari analisa filsafat yang keliru tentang hakekat dan tujuan hidup manusia. (PT. 159). Kesesatan ini melahirkan praktek-praktek kejahatan. Kesesatan dan kejahatan manusia tersebut membuat hidupnya tidak lagi seperti yang dikehendaki dan ditetapkan oleh Allah.
Konsekuensinya, beliau menegaskan bahwa perdamaian di dunia hanya akan terwujud apabila setiap manusia taat pada hukum Allah yang telah terpatri di dalam kodratnya yang luhur dan mulia. (PT. 5). Hukum yang telah terpatri dalam kodrat manusia itu dengan sendirinya akan membantu manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya di masyarakat, membina hubungan timbal balik antar warga Negara dan pemerintah bahkan akan mendukung kerjasama internasional. (PT. 153)
Lebih lanjut Yohanes XXIII melihat bahwa penyebab merosotnya perdamaian di muka bumi ini adalah karena dangkalnya iman dan moralitas yang dimiliki oleh setiap mereka  yang menyebut dirinya beragama (Kristen). ( PT. 151-152). Fakta dangkalnya iman dan adanya kesenjangan antara iman dan praktek hidup disebabkan oleh pendidikan agama dan tata susila yang tidak memenuhi syarat. (PT 153)
Merosotnya perdamaian di muka bumi ini juga berdampak pada pengakuan atas hak dan kewajiban setiap manusia dalam hidupnya. Hak-hak manusia dalam hal ini sering diabaikan. Oleh karenanya, Paus Yohanes XXIII mengangkat unsur penting lainnya yakni pengakuan atas Hak dan kewajiban bagi setiap manusia.

c.      Pengakuan Atas Hak dan kewajiban Setiap Manusia
            Dalam PT, Yohanes XXIII menguraikan visinya tentang manusia. Menurutnya, manusia adalah seorang pribadi, pemegang hak-hak dan kewajiban-kewajiban.[4] Visi tentang manusia ini secara langsung mengungkapkan sebuah pemahaman yang hakiki tentang manusia. Setiap manusia adalah pribadi yang luhur, yang memiliki hak dan kewajiban asali. Semuanya itu melekat pada diri manusia berdasarkan kodratnya.
Mengingat hak-hak dan kewajiban manusia adalah bagian penting bagi terciptanya perdamaian maka pada bagian ini akan diuraikan tentang pentingnya pengakuan hak-hak dan kewajiban setiap manusia dalam hidupnya.

1)      Hak-hak
Bagi Yohanes XXIII, pengakuan dan penghargaan akan martabat manusia tidak hanya ditinjau dari perspektif insani melainkan pertama-tama harus ditinjau dari perspektif ilahi. Dari perspektif ini bagi paus manusia diciptakan oleh Allah dan telah ditebus dengan harga yang sangat mahal yakni dengan darah Yesus Kristus sendiri. Rahmat ini menjadikan kita putra-putri dan sahabat Allah, serta pewaris kemuliaan kekal. (PT. 10)
Oleh karena martabat manusia ini adalah luhur adanya maka bagi paus martabat manusia tidak dapat diganggu-gugat oleh siapapun. Inilah hukum dasar yang pertama-tama harus diperhatikan dalam hubungan antar manusia. (PT. 9)
Yohanes XXIII juga menyebutkan beberapa jenis HAM yang harus diperhatikan dan dipenuhi dalam hidup bersama. Hak-hak itu antara lain: hak untuk hidup, hak untuk dihargai, hak memiliki hasil kebudayaan, hak beribadat kepada Allah, hak memilih sendiri bentuk hidup, hak ekonomi, hak berkumpul dan berserikat, hak beremigrasi, hak politik dan hak atas perlindungan hukum. (PT.11-27)[5]

2)      Kewajiban-kewajiban
Hak-hak tentu tidak terlepas dari kewajiban-kewajiban. Kedua-duanya berjalan beriringan dan berlaku bagi setiap peribadi manusia tanpa terkecuali. Hak dan kewajiban itu bertumpuh pada hukum kodrati dan karena itu tak terhapuskan atau tergantikan. Paus Yohanes XXIII mengatakan: “sekali lagi diakui bahwa dalam masyarakat manusia hak kodrati seseorang menimbulkan pada sesama kewajiban yang sepadan, maksudnya: kewajiban mengakui dan menghormati hak itu” (PT. 30)
                  Intinya, pengakuan akan hak berbarengan dengan tanggungjawab untuk menunaikan kewajiban-kewajiban. Semacam ada timbal-balik satu sama lain.

d.      Dasar-dasar Nilai Pijakan Perdamaian
Dalam Ensiklik itu, inspirator Konsili Vatikan II itu menyodorkan empat hakiki yang menjadi syarat perdamaian yang juga terdapat dalam jiwa manusia: kebenaran, keadilan, cinta kasih, dan kemerdekaan.
·         Kebenaran[6] akan membangun perdamaian apabila setiap orang secara tulus mengakui bukan hanya haknya sendiri tetapi juga kewajibannya terhadap sesama manusia. Tugas manusia bukan saja mencari kebenaran tetapi juga menanamkan kebenaran itu kepada orang lain. Kebenaran yang dimaksud bukan sekedar slogan atau teori semata tentang kebenaran, melainkan kebenaran yang dihayati sendiri, yang dijiwai dan yang diaktualkan dalam kesehariannya. Kebenaran itu tidak lain adalah Allah sendiri. Menghayati kebenaran berarti menghayati hidup Allah sendiri.
·         Keadilan[7] akan membangun perdamaian, jika di dalam pelaksanaannya setiap orang menghormati hak orang lain dan benar-benar melaksanakan tugas yang ditentukan bagi mereka. Dengan menghormati hak orang lain berarti, manusia mengakui keberadaan sesamanya. Keberadaannya sebagai makhluk yang memiliki hak dan martabat sebagai ciptaan Tuhan.
·         Cinta kasih[8] akan membangun perdamaian, apabila orang-orang merasakan bahwa kebutuhan orang lain sebagai kebutuhannya sendiri dan membagikan hartanya kepada sesama, terutama nilai-nilai akal budi dan semangat yang mereka miliki. Cintakasih dalam ajaran kristiani menduduki tempat utama. Cintakasih menyangkut segala-galanya. Dengan membagikan segala apa yang ada pada kita, berarti kita membangun suatu dunia yang penuh damai. Membagi cintakasih berarti membagi perdamaian.
·         Kemerdekaan akan membangun perdamaian dan membuatnya berkembang, jikalau di dalam memilih sarana untuk tujuan itu, orang-orang bertindak sesuai dengan akal dan bertanggungjawab akan tindakannya sendiri. Kemerdekaan tidak berarti manusia bebas melakukan sesuatu tanpa dibatasi. Kemerdekaan yang sejati justeru merupakan suatu tindakan yang didasarkan pada kemampuan manusia untuk bertanggungjawab atas segala tindakannya. Yang dimaksudkan disini adalah tindakan bukan hanya sekedar tindakan saja, melainkan tindakan benar yang menghasilkan suatu perdamaian.

4.     Refleksi Dan Penutup
Apakah damai masih ada dalam diri kita? Apakah kita mampu menghadirkan kerajaan damai itu kepada orang lain? Perdamaian harus mulai dari diri sendiri, sesama, dan berakhir pada Tuhan. Keluarga merupakan lahan pertama tempat kita dapat menanamkan benih perdamaian, kepada suami, isteri, anak, dan lain-lain. Setelah itu barulah kita bergerak pada tingkat yang lebih luas; tetangga dan lingkungan di mana saja kita berada dan akhirnya dunia seluruhnya.
Di akhir tulisan ini, marilah kita semua berdoa kepada Tuhan agar Dia menghujankan rahmat perdamaian bagi dunia ini, supaya segala permusuhan dilenyapkan, segala peperangan dan pertikaian segera berakhir, sehingga kita dapat menikmati suatu dunia di mana Mesias memerintah untuk selama-lamanya. Dan bersama Santo Fransiskus Asisi, kita berseru: “Tuhan jadikan kami pembawa damai-Mu ke seluruh muka bumi ini.”



“ Dengan hasrat hati yang terakhir ini, saudara-saudara yang terhormat, semoga perdamaian-Nya meluas sampai ke seluruh kawanan domba yang dipercayakan kepada asuhan kalian…..Bagi sekalian orang yang berkemauan baik, kepada siapa surat ini dialamatkan pula, kami mohonkan keselamatan dan kesejahteraan Allah Yang Mahatinggi.” (PT. 264)



Daftar Pustaka
Beding, Marcel. Adjaran Sosial Geredja, Ende: Arnoldus,  1967.
Hardawiryana, R. (Alih Bahasa). Kumpulan Dokumen AJARAN SOSIAL GEREJA TAHUN 1891-1991 dari RERUM NOVARUM sampai dengan CENTESIMUS ANNUS, Seri Dokumen Gerejawi Edisi Khusus. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 1999.
Keiser. B. Solidaritas 100 tahun Ajaran Sosial Gereja, Yogyakarta: Kanisius, 1992
Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, Kompendium Ajaran Sosial Gereja, Maumere: Ledalero, 2009.
Konferensi Waligereja Indonesia.  Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius; Jakarta: Obor, 1996
Komisi Kateketik KWI. Perutusan Murid-murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK, buku guru II. Yogyakarta: Kanisius,  2004.
Komisi Kateketik KWI. Perutusan Murid-murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK, buku guru III. Yogyakarta: Kanisius,  2004.
Schultheis,  J. Michael, dkk. Pokok-pokok Ajaran Sosial Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 1988.



[1] Penjelasan dari bagian ini disarikan dari, R. Hardawiryana, Kumpulan Ajaran Sosial Gereja daru Rerum Novarum sampai Centecimus Annus,  (Jakarta: Dok dan pen KWI, 1999).
[2] Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, Kompendium Ajaran Sosial Gereja, (Maumere: Ledalero, 2009), hlm. 333-334.
[3] Bdk. Ibid. hlm 335.
[4] Marcel Beding, Adjaran Sosial Geredja, (Ende: Arnoldus,  1967), hlm. 327
[5] Ajaran Sosial Gereja menegaskan: “ karena semua manusia mempunyai jiwa berbudi dan didiciptakan menurut citra Allah, karena mempunyai kodrat dan asal yang sama, serta karena penebusan Kristus, mempunyai panggilan dan tujuan ilahi yang sama, maka kesamaan asasi antar manusia harus diakui. “ (GS 29). Dari ajaran ini tampak pandangan gereja bahwa hak asasi adalah hak yang melekat pada diri manusia sebagai insan Allah. Bdk. Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik, (Yogyakarta: Kanisius; Jakarta: Obor, 1996), hlm. 21; Lih, Michael J. Schultheis, dkk, Pokok-pokok Ajaran Sosial Gereja, (Yogyakarta:Kanisius,1988), hlm. 58.
[6] Kebenaran berarti keadaan yang cocok atau sesuai dengan hal yang sesungguhnya. Dalam Kitab Suci Kebenaran berarti mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Allah adalah sumber kebenaran (Bdk. Firman kedelapan). Komisi Kateketik KWI, Perutusan Murid-murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK, Buku III (Yogyakarta: Kanisius,  2004), hlm.32-33.
[7] Keadilan berarti memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, misalnya hak untuk hidup yang wajar, hak untuk memilih agama/ kepercayaan, hak untuk mendapatkan pendidikan dsb. Dalam pembedaannya, keadilan dibagi menjadi. a. Keadilan komutatif:menuntut kesamaan dalam pertukaran, misalnya mengembalikan pinjaman atau jual beli yang berlaku pantas, tidak ada yang rugi. b.Keadilan distributif: menuntut kesamaan yang menguntungkan dan dalam menuntut pengurbanan. Misalnya, kekayaan alam dinikmati secara adil dan pengorbanan untuk pembangunan dipikul bersama-sama dengan adil. c.  Keadilan legal: menuntut kesamaan hak dan kewajiban terhadap Negara sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Bdk. Komisi Kateketik KWI, Perutusan Murid-murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK, Buku III, (Yogyakarta: Kanisius,  2004), hlm.22-23.
[8] Dalam ajaran Kristen, cinta kasih memiliki warna yang khas. Ketika ditanya oleh seorang ahli taurat manakah hukum yang paling utama, Yesus menjawab:”kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu; itulah hukum yang pertama dan terutama”. Yesus langsung menyambung, “dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:37-39). St. Yohanes menambahkan: “Barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya; jikalau seseorang berkata: Aku mengasihi Allah, dan ia membenci  saudaranya, maka ia adalah pendusta” (1 Yoh. 4:20). Kasih kepada sesame dengan demikian merupakan pengejewantahan kasih Allah. Bdk. Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik,(Yogyakarta: Kanisius; Jakarta: Obor, 1996), hlm. 190-191.  

Doa Permohonan Pribadi (Mazmur Kontemporer)


Oleh: Nicolas Renleuw
Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng


Dengan kepala tertunduk dan hati terangkat†
Kuhaturkan segala pergumulan hidupku*
Dengarkanlah jeritan hatiku ya Tuhan
Mengapa Engkau begitu kabur dari pandanganku*
Sebab mataku tak mampu menangkap kemuliaan-Mu
Aku berjalan menelusuri lorong gelap*
Tatapanku tak mampu menjangkau Penolongku
Mengapa Engkau begitu samar dari pendengaranku*
Sebab telingaku tak berdaya menangkap gema keagungan-Mu
Seakan tak berujung lorong gelap yang harus kulalui*
Kakiku letih untuk berjalan dalam ketidakpastian
Aku begitu kecil dan sendirian di desa global ini*
Tak ada yang peduli dengan ketidakadilan yang kualami
Aku begitu terasing dari persaingan menuju kemuliaan-Mu*
Bahkan kemajuan teknologi pun tak mampu member penghiburan bagiku
Semua orang sibuk dengan dirinya masing-masing*
Tak berdaya maupun tak peduli ada sesama yang membutuhkan uluran tangan di sampingnya
Begitu berdosakah aku di hadapan-Mu ya Tuhan*
Mengapa aku begitu terasing dari realitas dunia nyata dan dunia maya di sekitarku
Tinggal sedikit iman dan kepasrahan kepada-Mu yang masih kupunya*
Tetapi aku mau belajar lagi untuk berharap dan berserah kepada penyelenggaraan tangan kasih-Mu
Sebab terlalu indah rancangan-rancangan-Mu dalam sejarah hidupku*
Segenap kemampuan rasioku tak dapat menyangsikan kebesaran kasih-Mu
Hanya Engkaulah Allah yang peduli dan setia dalam hidupku*
Angkatlah aku dari dalam lorong gelap ini
Bangkitlah, dan tolonglah aku, ya Allahku!*
Ya, hanya Engkaulah yang mampu mengisi kekosongan jiwaku
Engkaulah satu-satunya pokok keselamatan dan tujuan hidupku*
Dari Tuhanlah segala pertolongan dan berkat atas umat-Mu

SIAPAKAH SAYA? Refleksi Filosofis tentang Kodrat Manusia yang Dinamis dan Unik

Oleh: Nicolas Renleuw
Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng

Siapakah manusia itu? Bagaimana menjadi seorang manusia? Pertanyaan-pertanyaan filosofis tersebut adalah pertanyaan yang coba dicari jawabannya oleh manusia dari masa ke masa. Para filsuf dari berbagai zaman telah mencoba memecahkan persoalan tersebut dengan mengemukakan berbagai definisi tentang kodrat manusia. Walaupun demikian, tidak satupun dari definisi-definisi tersebut yang mencapai suatu kepastian tentang siapakah manusia. Mengapa demikian? Jawabannya tidak lain adalah karena manusia adalah makhluk yang dinamis dan unik. Rumusan definisi apapun yang coba dikemukakan toh pada akhirnya hanyalah rumusan tentatif  saja.


Kalau memang semua rumusan tentang definisi manusia hanyalah bersifat tentatif saja, apakah masih mungkin untuk memberikan penegasan: siapakah saya? Sehubungan dengan persoalan ini, Marcus Aurelius menawarkan konsep to master oneself. Menurutnya, tidak penting untuk menyibukkan diri dengan berbagai definisi tentang manusia, melainkan manusia harus berusaha untuk menguasai diri sendiri atau menjadi tuan bagi diri sendiri. Definisi-definisi tersebut menjadi berguna sejauh membantu manusia untuk dapat menguasai dirinya sendiri. Dengan kata lain, usaha menjawab pertanyaan siapakah saya bukan terutama bersifat kognitif yakni sebatas mencari tahu dan menambah pengetahuan semata. Usaha untuk merumuskan siapakah saya sebagai manusia terutama bersifat personal-moral, yakni untuk menguasai dan mengarahkan manusia itu sendiri. 

Sebagai seorang calon Imam yang hidup dalam era digital dengan berbagai tawaran yang menarik, tuntutan untuk to master oneself menjadi begitu penting. Pengetahuan atau kesadaran bahwa saya adalah seorang calon imam, dengan segala macam tuntutan hidup dan kualitas yang harus dimiliki, seharusnya mengarahkan saya untuk menghindari hal-hal yang bertentangan dengan gaya hidup seorang calon imam, misalnya berpacaran, serta bertingkah laku sebagaimana seorang calon Imam.

Lebih jauh, Marcus Aurelius mengemukakan bahwa penguasaan diri bukan terutama bersifat faktual, tetapi hendaknya bersifat inventif dan inovatif. Memang pada kenyataannya, manusia adalah makhluk yang dinamis sehingga usaha untuk memahami dan sampai pada penguasaan diri tersebut harus pula terus berjalan selama masih menjadi manusia.

Saya bersyukur karena selama hidup ini saya telah banyak dibantu untuk bukan hanya memahami tetapi sekaligus menguasai dan mengontrol diri.  Sejak tahap awal pembinaan sebagai calon imam, saya telah dibekali dengan banyak pengetahuan yang mendukung untuk itu seperti berbagai materi kuliah, seminar dan bahan-bahan pengolahan serta pengalaman hidup lainnya dalam pembinaan yang intinya membantu saya untuk semakin berkembang sebagai manusia. Salah satu tantangan terbesar yang memang harus saya dan manusia mana pun hadapi adalah masalah konsistensi. Dalam bahasa pembinaan, saya merasa bertanggung jawab untuk konsisten dalam perkembangan diri. Konsistensi dalam perkembangan diri tidak lain berarti selalu inventif dan inovatif seperti yang dikemukakan oleh Marcus Aurelius tersebut. Dalam pengalaman, saya menemukan bahwa salah satu syarat atau metode agar saya dapat mencapai perkembangan diri yang konsisten adalah adanya waktu hening, entah melalui refleksi atau pun meditasi dan latihan rohani lainnya. Melalui refleksi, saya dapat semakin mampu memaksimalkan segala pengetahuan atau pengenalan diri guna membantu saya dalam mengarahkan hidup ini secara inventif dan inovatif.

SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK X, Semester 1




Oleh: Nicolas Renleuw
Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng 


NAMA SEKOLAH                           : SMK NEGERI 1 MANADO
MATA PELAJARAN                        : PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK)
KELAS                                             : X
SEMESTER                                      : I
DURASI PEMBELAJARAN            : 20 X 45
STANDAR KOMPETENSI            : Memahami nilai-nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki-laki yang memiliki rupa-rupa kemampuan dan keterbatasan sehingga dapat berelasi dengan sesama secara lebih baik.


KOMPETENSI DASAR
MATERI POKOK/ PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
PENILAIAN
ALOKASI WAKTU
SUMBER BELAJAR
1.   Mengenal diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya, cita-cita dan panggilan hidupnya, sehingga menerima diri sebagaimana adanya






1.1.Menjelaskan dirinya sebagai pribadi yang unik dan menerima dengan rasa syukur atas karya Allah dalam dirinya.










Saya Pribadi yang unik
·   Arti pribadi yang unik
·   Keunikan manusia dilihat dari segi jasmani, rohani, dan pengalaman hidup
·   Pengungkapan identitas pribadi
·   Penyadaran keunikan pribadi dalam terang Kitab Suci (Mzm 139)
·   Penemuan keunikan diri sendiri

·   Doa pembukaan
·   Menunjukkan keunikan diri dengan cara mengisi “kartu pengenal”
·   Membandingkan antara cirri yang dimiliki dan ciri orang lain dengan cara saling bertukar kartu pengenal.
·   Merumuskan pengertian keunikan pribadi, melalui tanya jawab: dalam hal apa berbeda dengan orang lain; lebih banyak persamaan atau perbedaan, apa yang dimaksud pribadi seseorang dikatakan unik.
·   Membuktikan keunikan diri dengan cara membuat gambar simbol diri.
·   Rangkuman dan informasi.
·   Membaca kutipan Kitab Kej. 1:26-31.
·   Mendiskusikan makna keunikan dengan menyoroti: kalimat dalam kitab suci yang mengungkapkan manusia itu istimewa dan unik.
·   Pleno dan rangkuman, dengan menekankan bahwa manusia makhluk istimewa karena secitra dengan Allah,  Allah “bekerja” secara langsung dalam penciptaan manusia, semua diserahkan bagi manusia. 
·   Tugas: merenungkan dan merumuskan tanggapan atas artikel “Jadilah Diri Sendiri yang Terbaik”.
·    Doa penutup.
·   Menyebutkan unsur-unsur yang menunjukkan keunikan seseorang
·   Menjelaskan pengertian manusia sebagai pribadi unik.
·   Merumuskan pesan kitab Suci Kej. 1:26-31 tentang kunikan manusia ciptaan Allah.
·   Menggambar simbol diri.

Tes Lisan/tertulis:
·   Menyebutkan unsur-unsur yang menunjukkan keunikan seseorang.
·   Menjelaskan pengertian manusia sebagai pribadi unik
·   Merumuskan pesan kitab Suci Kej. 1:26-31 tentang keunikan manusia sebagai ciptaan Allah.

Unjuk Karya:
·   Membuat simbol gambar diri.





Tugas:
·   Membuat tanggapan tertulis atas artikel “Jadilah Diri Sendiri yang Terbaik”.
2 x 45 menit
·   Lembar identitas diri
·   Puisi tentang simbol diri, misalnya “Bunga Liar”
·   Artikel “Jadilah Diri Sendiri yang Terbaik”.
·   Teks Kitab Suci Kej. 1:26-31
·   Komkat KWI. Seri Murid-Murid Yesus; Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/ SMK, Buku Guru 1 dan Buku Siswa 1A. Kanisius, Yogyakarta,2004.



1.2. Menjelaskan bahwa dirinya memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga dapat mengembangkan talentanya secara maksimal
Saya memiliki kelebihan dan kekurangan
·   Kelebihan dan kekuranganku
·   Talenta (Mat 25:14 dst.)
·   Mengembangkan talenta (upaya dan usaha yang perlu ditempuh
·   Doa Pembukaan
·   Menuliskan daftar kelebihan dan kekurangan yang dimiliki teman sebangku: kemampuan, sifat baik dan kurang baik.
·   Saling menukar kelebihan dan kekurangan dengan teman sebangku.
·   Mendialogkan: perasaan ketika membaca daftar kelebihan dan kekurangan yang ditulis teman.
·   Mendiskusikan factor-faktor yang mempengaruhi kelebihan dan kekurangan seseorang, sikap yang sering muncul terhadap kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, serta sikap yang perlu dikembangkan dalam menghadapi kelebihan dan kekurangan diri sendiri maupun orang lain.
·   Rangkuman dan informasi dari guru.
·   Berdiskusi untuk merumuskan pesan dari kutipan Mat. 25: 14-30 dengan menyoroti: dengan tokoh mana mereka memiliki kemiripan dalam menykapi talenta yang diberikan Tuhan, kesiapan untuk memper-tanggungjawabkan; cara mengembangkan talenta yang dimiliki.
·   Pleno dan rangkuman serta informasi-informasi dengan menunjuk contoh-contoh orang yang berbakat (misalnya: Albert Einstein, Isaac Newton, Warner von Braun, Golda Meir).
·   Tugas rumah: melakukan wawancara mengenai cara mengembangkan talenta yang dimiliki dan menghilangkan rasa rendah diri dan sikap “sok super”
·   Doa penutup


·   Menyebutkan sikap yang sering muncul menghadapi kelebihan dan kekurangan diri dan orang lain.
·   Menyebutkan cara mengem,bangkan talenta yang dimiliki.
·   Merumuskan pesan kutipan Mat. 25:14-30 tentang talenta.  
Tes Lisan/tertulis:
·   Menyebutkan sikap yang sering muncul menghadapi kelebihan dan kekurangan diri dan orang lain.
·   Menyebutkan sikap yang perlu dikembangkan dalam menghadapi kelebihan dan kekurangan orang diri dan orang lian.
·   Menyebutkan cara mengembangkan talenta yang dimiliki.
·   Menrumuskan pesan Mat. 25:14-30 tentang talenta.

Unjuk Karya:
·   Melaporkan hasil wawancara.

2 x 45 menit
·   Komkat KWI. Seri Murid-Murid Yesus; Perutusan Murid-Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/ SMK, Buku Guru 1 dan Buku Siswa 1A. Kanisius, Yogyakarta,2004.

2.   Memahami dirinya sebagai manusia yang diciptakan Allah menurut citra-Nya sehingga menyadari bahwa semua manusia adalah saudara se-bapa-ibu.






2.1.Menjelaskan bahwa dirinya diciptakan sebagai citra Allah.
Saya diciptakan sebagai citra Allah
·   Arti diciptakan secitra dengan Allah
·   Analisis KS (Kej 1:26-27)
·   Apa saja kebaikan-kebaikan dalam diriku yang menggambarkan kebaikan Allah
·   Bersikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain
·   Doa pembukaan.
·   Mendiskusikan pengertian kata “citra” dengan merumuskan: tentang kemiripan anak dan orang tua: mirip siapa wajah kita (ayah atau ibu); sifat-sifat ayah atau ibu yang paling banyak diwarisi; mengapa kita memiliki kemiripan dengan ayah dan atau ibu, apakah makhluk ciptaan mengungkapkan sesuatu tentang sang pencipta.
·   Pleno dan rangkuman
·   Merumuskan pesan kutipan Kej. 1:26-31 dan Kej. 2:4-7, dengan menunjukkan arti manusia serupa dan segambar dengan Allah, di mana letak kekhasan manusia sehingga hanya manusia yang serupa dengan Allah, apa arti sabda Allah:”maka Allah melihat segalanya sungguh amat baik”.
·   Rangkuman dan informasi.
·   Menyusun doa atau puisi yang mengungkapkan rasa syukur telah diciptakan sebagai citra Allah.
·   Tugas: merenungkan ucapan orang kudus: St. Katarina dari Siena dan St. Yohanes Kristosomos.
·   Doa penutup.
·   Menjelaskan arti kata manusia “serupa” dan segambar dengan Allah.
·   Menjelaskan kesitimewaan manusia sebagai citra Allah dibandingkan dengan ciptaan Allah lainnya.
·   Menjelaskan makna sabda Tuhan “ Allah melihat segalanya sungguh amat baik”.
·   Menyebutkan sikap-sikap manusia sebagai citra Allah terhadap diri dan sesama.
·    Membuat doa atau puisi dalam hubungannya dengan proses pembelajaran.
Tes lisan / tertulis:
·   Menjelaskan arti kata manusia “serupa” dan segambar dengan Allah.
·   Menjelaskan kesitimewaan manusia sebagai citra Allah dibandingkan dengan ciptaan Allah lainnya.
·   Menjelaskan makna sabda Tuhan “ Allah melihat segalanya sungguh amat baik”.
·   Menyebutkan sikap-sikap manusia sebagai citra Allah terhadap diri dan sesama.
Unjuk karya:
·   Membuat doa atau puisi.
·   Menyusun laporan tentang renungan yang telah dilakukan.
2 x 45 menit
·     7 teks kitab suci: kej. 1:26-31 dan 2:4-7.
·     Ucapan-ucapan santa Katarina dari Siena dan St. Yohanes Kristosomos.
·     Komkat KWI, Sari Murid-Muri Yesus: Perutusan Murid-Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK, Buku Guru 1 dan Buku Siswa 1A. Kanisius, Yogyakarta, 2004.
2.2.Menjelaskan bahwa dirinya dan sesama semartabat satu saudara se-bapa-ibu tanpa diskriminasi di lingkungannya baik ras, agama, dan suku.
Sebagai Citra Allah Saya dan Sesama adalah Saudara
·   Apa itu sikap fanatik/ diskriminatif
·   Sebab-sebab munculnya sikap fanatik dan diskriminatif
·   Jalan keluar untuk menjauhkan sikap fanatik dan diskriminatif
·   Mendalami pesan Kitab Suci
·   Doa pembukaan.
·   Membaca contoh artikel yang mengungkapkan kerinduan hidup damai sebagai sesama Citra Allah.
·   Mendiskusikan artikel dengan mengungkapkan: kesan terhadap isi artikel; menunjukkan contoh lain berbagai kerusuhan di tanah air yang disebabkan oleh fanatisme kelompok, suku dan agama dan sebab-sebabnya.
·   Menganalisis sebab-sebab munculnya diskriminasi dan fanatisme serta mencari jalan keluarnya.
·   Rangkuman dan informasi jika diperlukan.
·   Mempelajari dasar Alkitabiah atas sikap akomodatif dan toleran terhadap sesama.
·   Mengomentari landasan Alkitabiah yang dibaca.
·   Rangkuman.
·   Doa penutup.
·   Menganalisis sebab-sebab munculnya tindakan diskriminasi dan sikap fanatisme.
·   Menjelaskan berbagai upaya dalam mengembangkan persaudaraan sejati umat manusia.
·   Menjelaskan landasan alkitabiah tentang perlunya sikap toleran terhadap sesama dalam situasi pluralisme agama, suku, budaya, dll.
Tes Lisan/tertulis
·   Menganalisis sebab-sebab munculnya tindakan diskriminasi dan sikap fanatisme.
·   Menjelaskan berbagai upaya dalam mengembangkan persaudaraan sejati umat manusia.
·   Menjelaskan lasndasan alkitabiah tentang perlunya sikap toleran.

2x45 menit
·   Cerita tentang kerinduan akan perdamaian misalnya cerita “Kerinduan Masyarakat Ambon”, dari majalah Hidup 5 Mei 2002.
·   Teks kitab suci: kej. 1:27; kol. 1:15; 1 Kor. 1:10; Mat. 7:1-5; Luk. 6:37-42; 10:25-37.
·   Komkat KWI, Perutusan Murid-Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK, Buku Guru 1 dan Buku Siswa 1A. kanisius, Yogyakarta, 2004.

3.   Memahami jati dirinya sebagai mausia yang diciptakan Allah untuk saling melengkapi sebagai partner yang sederajat






3.1.Menganalisa dan mengungkapkan, menjelaskan kodrat pria dan wanita sehingga menghargai lawan jenis dengan berbuat adil
Kepriaan dan Kewanitaan
·      Memahami hakikat kepriaan dan kewanitaan
·      Ciri-ciri kepriaan dan kewanitaan ditinjau secara biologis
·      Perbedaan antara pria dan wanita dari segi psikologis
·      Daya tarik antara pria dan wanita
·      Apa kata Kitab Suci tentang hakikat pria dan wanita
·   Doa pembukaan.
·   Tanya jawab tentang simbol/ungkapan yang biasa dipakai laki-laki dan perempuan beserta maknanya.
·   Membaca cerita mengenai hubungan laki-laki dan perempuan, misalnya cerita berjudul “laki-laki dan perempuan”.
·   Mendiskusikan tentang kesan atas cerita; kesulitan hubungan laki-laki dan perempuan; keindahan dan keunggulan laki-laki dan perempuan.
·   Pleno, rangkuman dan informasi tentang hakekat kelelakian dan keperempuanan.
·   Menyadari daya tarik antara laki-laki dan perempuan, misalnya dengan mendengarkan atau menyanyikan lagu yang berjudul “untukmu kekasihku”.
·   Tanya jawab tentang isi lagu, misalnya kalimat yang paling mengena; kalimat yang menunjukkan harapan dan kecemasan pengalaman siswa sendiri dalam hubungannya dengan lawan jenis; sebab terjadinya daya tarik laki-laki dan perempuan.
·   Rangkuman dan informasi sejauh diperlukan.
·   Merumuskan pesan kitab suci kej. 1:26-27 berkaitan dengan hakekat penciptaan laki-laki dan perempuan dan konsekuensi dalam relasi antar mereka.
·   Merangkum bersama hasil diskusi.
·   Doa penutup.
·   Menjelaskan hakekat ke-laki-laki-an dan ke-perenpuan-an secara biologis.
·   Menjelaskan sifat komplementer dalam relasi laki-laki dan perempuan.
·   Menjelaskan maksud kesederajatan antara laki-laki dan perempuan.
Tes lisan / tertulis:
·    Menjelaskan hakekat ke-laki-laki-an dan ke-perenpuan-an secara biologis.
·   Menjelaskan sifat komplementer dalam relasi laki-laki dan perempuan.
·   Menjelaskan maksud kesederajatan antara laki-laki dan perempuan.
2 x 45 menit
·     Cerita tentang laki-laki dan perempuan.
·     Gambar organ seksual laki-laki dan perempuan.
·     Lagu, misalnya ”untuk mu kekasih”.
·     Teks Kitab Suci. Kej. 1:26-27.
·     Komkat KWI, Sari Murid-Muri Yesus: Perutusan Murid-Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK, Buku Guru 1 dan Buku Siswa 1A. Kanisius, Yogyakarta, 2004.
3.2.Menganalisa dan menjelaskan tugas pria dan wanita berdasarkan kebudayaan, sehingga tercermin adanya kesetaraan wanita dan laki-laki
Tugas Pria dan Wanita
·      Tugas pria dan wanita dalam kebudayaan tertentu
·      Tugas pria dan wanita menurut kodratnya
·      Tugas pria dan wanita menurut Kitab Suci dan ajaran Gereja
·      Tindakan-tindakan yang tepat terhadap pria dan wanita sebagai makhluk yang setia
·   Doa pembukaan.
·   Mengamati contoh ketidakadilan menyangkut peran dan tugas perempuan dalam masyarakat, misalnya cerita “mengabdi suami”.
·   Mendiskusikan tentang peran dan tuga laki-laki dan perempuan, contoh-contoh pernyataan yang melecehkan peran dan tugas perempuan, hal-hal yang melatarbelakangi pembagian tugas dan peran, tanggapan/ kesan terhadap model/contoh pembagian tugas yang ditemukan.
·   Pleno dan rangkuman.
·   Informasi tentang peranan dan tugas laki-laki dan perempuan dari segi kodratnya.
·   Mendiskusikan peranan dan tugas laki-laki dan perempuan dalam terang kitab suci kej. 2:7. 18-25, dengan menunjukkan ayat-ayat yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan saling melengkapi; bahwa Tuhan menghendaki laki-laki dan perempuan saling melengkapi; laki-laki dan perempuan sederajat; upaya melaksanakan kesederajatan itu dalam hidup sehari-hari.
·   Rangkuman dan tambahan informasi yang dianggap perlu.
·   Tugas membuat karangan “meningkatkan peranan kaum perempuan dalam masyarakat dewasa ini” (2-3 hlm).
·   Doa penutup.
·   Mensharingkan pengalaman setelah mendengar cerita dan menerangkan tugas/peranan laki-laki dan perempuan menurut budaya atau situasi sekitar.
·   Menjelaskan peranan dan tugas laki-laki dan perempuan secara kodrati.
·   Menjelaskan pandangan masyarakat tentang peranan dan tugas laki-laki dan perempuan baik secara pribadi maupun sebagai pasangan.
·   Merumuskan pesan Kej. 2:7.18-25 dalam kaitannya dengan peran dan tugas laki-laki dan perempuan.
·   Membuat karangan yang berjudul “Meningkatkan Peranan Kaum Perempuan dalam Masyarakat Dewasa ini”.

Unjuk Kerja:
·   Sharing tentang pandangan masyarakat tentang peranan dan tugas laki-laki dan perempuan
Tes Lisan/tertulis
·   Menjelaskan tugas laki-laki dan perempuan secara kodrat (baik secara pribadi maupun sebagai pasangan).
·   Menjelaskan tugas laki-laki dan perempuan menurut Kitab Suci Kej. 2:17.18-25.
Unjuk Karya:
·   Menulis karangan.
2x45 menit
·   Cerita tentang penindasan terhadap lawan jenis, misalnya cerita: mengabdi suami.
·   Teks kitab suci: kej. 2:7.18-25.
·   Komkat KWI, Sari Murid-Muri Yesus: Perutusan Murid-Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK, Buku Guru 1 dan Buku Siswa 1A. kanisius, Yogyakarta, 2004.

4.   Mengenal suara hatinya sehingga dapat bertindak secara benar dan tepat






4.1.Mengungkapkan dan menjelaskan peranan suara hait dalam setiap membuat keputusan serta menjelaskan
Hati Nurani
·      Arti dan fungsi suara hati
·      Peranan suara hati dalam mengambil keputusan
·   Doa pembukaan.
·   Membaca artikel tentang pengalaman pergumulan hatinurani, misalnya artikel “Pergumulan Hatinurani Seorang Gadis”.
·   Tanya jawab tentang artikel seputar: sikap nia sesudah ia mengandung; sikap pacar nia dan orang tuanya; hati nurani nia; sikap nia untuk memutuskan hubungan dengan pacarnya.
·   Sharing pengalaman pergumulan hati nurani dalam kehidupan sehari-hari.
·   Mendiskusikan pemahaman tentang hati nurani dengan menyorot: makna hati nurani,cara kerjanya, fungsi, dan sikap terhadap hati nurani.
·   Membaca kutipan Rm 7:14-26 dan Kutipan Dokumen Gauidum et spes, Art. 16, dan merumuskan hal-hal penting yang terkandung di dalamnya.
·   Melengkapi rumusan hasil dengan temuan tetang makna hati nurani yang tersirat Kitab Suci dan Dokumen Gereja.
·   Pleno, rangkuman dan informasi.
·   Tugas rumah: membaca cerita “Bill dari Los Angeles” dan membuat surat tanggapan yang di tunjukan kepadanya.  
·   Doa penutup.
·   Menjelaskan pengertian hati nurani dilihat dari segi waktu, kebenaran dan kepastiannya.
·   Menjelaskan cara kerja dan fungsi hati nurani.
·   Menjelaskan cara berperilaku berdasarkan pedoman hati nurani.
·   Menjelaskan makna hati nurani sebagai hukum Allah.
·   Menjelaskan konsekuensi hati nurani dalam kaitan dengan upaya mencari dan memperjuangkan kebenaran sejati.
Tes lisan / tertulis:
·   Menjelaskan pengertian hati nurani dilihat dari segi waktu, kebenaran dan kepastiannya.
·   Menjelaskan cara kerja dan fungsi hati nurani.
·   Menjelaskan cara berperilaku berdasarkan pedoman hati nurani.
·   Menjelaskan makna hati nurani sebagai hukum Allah.
·   Menjelaskan konsekuensi hati nurani dalam kaitan dengan upaya mencari dan memperjuangkan kebenaran sejati.
Unjuk karya:
·   Membuat surat tanggapan.
2 x 45 menit
·     Pengalaman siswa.
·     Cerita tentang: “Pergumulan Hati Nurani seorang Gadis”.
·     Teks kitas suci: Rm. 7:14-26.
·     Gaudium et Spes. Art. 16.
·     Komkat KWI, Sari Murid-Murid Yesus: Perutusan Murid-Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK, Buku Guru 1 dan Buku Siswa 1A. Kanisius, Yogyakarta, 2004.
4.2.Menyebutkan beberapa cara untuk membina suara hati agar tidak keliru atau tumpul
Pembinaan Suara Hati
·      Beberapa cara untuk membina suara hati agar tidak keliru atau tumpul
·   Doa pembukaan.
·   Mencermati artikel/ kejadian yang mengambarkan kemerosotan hati nurani, misalnya cerita “Budaya Korupsi”.
·   Mendiskusikan artikel/kejadian dengan mengungkapkan: setuju atau tidak setuju dalam pernyataan dalam cerita, menyebutkan contoh-contoh tindakan/perilaku remaja yang mengambarkan tumpulnya hati nurani, menyebutkan penyebab tumpulnya/kelirunya  hati nurani, cara membina suara hati.
·   Pleno dan rangkuman.
·   Mendalami cara pembinaan hati nurani dalam terang Kitab Suci dengan membaca teks Gal 5:16-25.
·   Mendialogkan keinginan dalam dirikita yang saling bertentangan menurut St. Paulus; perbuataan daging dan buah-buah roh; ke mana hati nurani harus diarahkan; kata-kata atau kalimatdari teks di atas yang relevan bagi diri siswa.
·   Membuat rangkuman bersama  tentang perlunya pembinaan hati nurani.    
·   Doa penutup.
·   Menyebutkan contoh dan sebab-sebab hati nurani bisa menjadi tumpul dan keliru.
·   Merumuskan cara-cara untuk membina hati nurani.
·   Merumuskan pesan kitab suci (Gal. 5:16-25) yang berhubungan dengan hati nurani.

Tes Lisan/tertulis
·   Menyebutkan contoh dan sebab-sebab hati nurani bisa menjadi tumpul dan keliru.
·   Merumuskan cara-cara untuk membina hati nurani.
·   Merumuskan pesan kitab suci (Gal. 5:16-25) mengenai hati nurani.


2x45 menit
·   Cerita: Budaya Korupsi.
·   Teks kitas suci gal. 5:16-25.
·   Komkat KWI, Sari Murid-Muri Yesus: Perutusan Murid-Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK, Buku Guru 1 dan Buku Siswa 1A. kanisius, Yogyakarta, 2004.

5.   Bersikap kritis terhadap pengaruh mass media, kelompok tertentu dan sebagainya sehingga mampu mengambil keputusan yang tepat dan benar yang dapat dipertanggungjawabkan






5.1.Mengkritisi pengaruh media massa terhadap konsumerisme, materialisme dan hedonisme
Bersikap kritis terhadap media massa
·      Sikap kritis terhadap pengaruh konsumerisme, hedonisme dan materialisme
·      Sikap kritis terhadap tawaran-tawaran yang datang dengan berpatokan pada sikap hidup Yesus
·   Doa pembukaan.
·   Sharing pengalaman memanfaatkan media massa, misalnya: acara TV yang paling disukai, alasanya, hal positif dan negatif yang diterima dari acara tersebut.
·   Membaca artikel tentang pengaruh media massa, misalnya artikel “Pengaruh Media”.
·   Mendiskusikan pengaruh media massa bagi kehidupan, dengan menyorot: jenis-jenis media, pengaruh positif dan negatif baik terhadap diri sendiri maupun masyarakat.
·   Membuat rangkuman bersama.
·   Mendalami sikap Yesus yang kritis dengan membaca Mrk 2:23-38.
·   Mendiskusikan maksud ucapan Yesus “hari sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari sabat”; arti kata-kata Yesus itu bagi kita; dan upaya-upaya membina sikap kritis di dalam dirinya terhadap media.
·   Pleno dan rangkuman.
·   Tugas: membaca dan merangkum dekrit Konsili Vatikan II tentang komunikasi sosial.  
·   Doa penutup.
·   Menyebutkan pengaruh positif dan negatif media massa.
·   Merumuskan pesan teks Mrk. 2:23-38 dalam kaitannya dengan sikap kritis yesus terhadap hukum Taurat dan hari Sabat.
·   Menjelaskan contoh sikap kritis terhadap media massa. Merumuskan pandangan gereja tentang media massa berdasarkan dekrit konsili Vatikan II tentang komunikasi Sosial.
Tes lisan / tertulis:
·   Menyebutkan pengaruh positif dan negatif media massa terhadap masyarakat.
·   Merumuskan sikap kritis Yesus terhadap hari sabat dan contoh bersikap kritis terhadap media.
·   Menjelaskan pandangan gereja tentang media massa berdasarkan dekrit komunikasi sosial.

2 x 45 menit
·     Artikel tentang: Pengaruh Media.
·     Dekrit konsili vatikan II tentang komunikasi sosial, artikel 5,9-12.
·     Komkat KWI, Sari Murid-Muri Yesus: Perutusan Murid-Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK, Buku Guru 1 dan Buku Siswa 1A. Kanisius, Yogyakarta, 2004.
5.2.Mengkritisi tawaran-tawaran yang ada pada saat itu dengan berpedoman pada sikap hidup Yesus
Bersikap kritis terhadap ideologi, aliran/paham dan tren-tren yang berkembang
·   Berbagai ideologi, paham dan aliran yang dapat mempengaruhi kaum muda
·   Berbagai tren yang sedang berkembang
·   Sikap Yesus terhadap aliran-aliran pada zamannya
·   Bersikap kritis terhadap berbagai tawaran-tawaran zaman
·   Doa pembukaan.
·   Membaca berbagai contoh ideologi, paham dan aliran yang mulai mencuat dalam masyarakat, misalnya cerita “Ideologi” dari Anthoni de Mello.
·   Berdiskusi untuk merumuskan: kesan terhadap cerita;macam-macam ideologi, faham/aliran, dan trend-trend gaya hidup yangberkembang; segi positif dan negatifnya.
·   Membuat rangkuman bersama dan memberikan masukan jika perlu.
·   Membaca dan mendiskusikan sikap kritis Yesus terhadap kaum farisi dalam Mat 23:1-36; kaum  saduki dalam Mat 22:23-33; tawaran keduniaan Luk 4:1-13, dengan pertanyaan: pesan apa yang diperjuangkan Yesus dalam kutipan tersebut.
·   Merangkum dan menambah informasi sejauh diperlukan.
·   Tugas: Membuat uraian tentang trend gaya hidup remaja yang memprihatinkan.
·   Doa penutup.
·   Menyebutkan macam-macam ideologi dan sekte-sekte dalam kehidupan beragama yang dikenal.
·   Menganalisis dan mengidentifikasi kecenderungan-kecenderungan dan isu-isu yang muncul pada zaman globalisasi.
·   Menyebutkan aliran-aliran yang ada pada masa Yesus dan menjelaskan sikap kritis Yesus terhadap aliran dan tawaran keduniaan yang ada pada zaman-Nya.

Tes Lisan/tertulis
·   Menyebutkan macam-macam ideologi dan sekte-sekte dalam kehidupan beragama yang dikenal.
·   Menganalisis dan mengidentifikasi kecenderungan-kecenderungan dan isu-isu yang muncul pada zaman globalisasi.
·   Menyebutkan aliran-aliran yang ada pada masa Yesus dan menjelaskan sikap kritis Yesus terhadap aliran dan tawaran keduniaan yang ada pada zaman-Nya.

Unjuk Karya:
·   Mengerjakan tugas membuat uraian tentang salah satu trend atau gaya hidup remaja yang memprihatinkan.
2x45 menit
·   Pengalaman siswa.
·   Cerita sufi misalnya: “Ideologi”.
·   Teks kitab suci: Mat. 23:1-36; 22:23-33 dan Luk. 4:1-13.
·   Komkat KWI, Sari Murid-Muri Yesus: Perutusan Murid-Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK, Buku Guru 1 dan Buku Siswa 1A. kanisius, Yogyakarta, 2004.






Pineleng, 3 Septem