Sabtu, 02 Februari 2013

Apakah Memang Dia Jodohku?

Ini ceritaku. Hanya salah satu cerita kecil dari dinamisnya hubungan cinta beda agama (CBA) yang saya jalani. Sebenarnya bukan sebuah cerita sih. Mungkin lebih tepat kalo disebut sebagai sebuah refleksi. Hmm, mungkin bagi mereka yang punya atau pernah punya hubungan cinta beda agama juga memiliki pengalaman yang sama denganku. Ya, bahwa menjalani hubungan CBA itu punya dinamika tersendiri. Mulai dari tantangan yang datang dari pihak keluarga, teman-teman, bahkan dari otoritas agama yang kita anut. Well, tentang ini saya sudah sedikit membahasnya dalam cerita sebelumnya: Hubungan Terlarang? Emang Loe Tuhan?

Refleksi saya kali ini berangkat dari sebuah pertanyaan kecil dalam sebuah diskusi di grup Cinta Beda Agama Facebook. Ada seorang anggota grup yang mengajukan pertanyaan: Bagaimana kita meyakinkan diri sendiri dan orang lain bahwa dia adalah jodohku? Bagi saya pertanyaan ini merupakan penuntun ke dalam sebuah refleksi yang mendalam. Saya merumuskan kembali pertanyaan itu kepada diri sendiri: Apakah memang dia jodohku? Dan setelah merenungkan kisahku inilah yang kupegang sebagai prinsip.

1) Meyakinkan Diri Sendiri.
Hal terpenting yang saya buat adalah meyakinkan diri sendiri kalau pasangan itu memang soulmate yg sesungguhnya. Keyakinan bahwa "ini lho jodohku dari Tuhan!" itu tidak instan dan butuh proses pemurnian panjang. Maksudnya ialah tentu saja keyakinan itu berasal dari pengalaman selama menjalin hubungan. Dan yang terpenting adalah soal pemurnian motivasi dalam mencintai. Kalau sudah gitu, tak ada alasan untuk tidak mempertahankan anugerah cinta yg diberikan-Nya.

2) Berhadapan dengan Orang Lain
Sesudah meyakinkanitu berhadapann dengan keluarga yg melarang. Bagi saya, orang tua bisa juga keliru. Mungkin mereka ingin menunjukkan cara terbaik mencintai kita dgn 'melarang' kita utk terlibat CBA. Tapi bukan berarti "cara terbaik" mereka itu adalah cara yang sempurna. So, bukannya durhaka, tapi ada saatnya kita menentukan sendiri keputusan hidup kita. Membahagiakan orang tua, tidak selalu berarti mengikuti kehendak mereka. Yang penting, ntar kalau dah menyatu sama pasangan, tetap berbakti pada orang tua. Tunjukkan cara terbaik kita dalam mencintai mereka. Sekali lagi, meskipun cara terbaik itu, bukan cara yang paling sempurna.

Itulah dua prinsip sederhana yang kupegang. Ya, "hanya" itu. Dan setelah ditimbang-timbang, kelihatannya meeka yang menjalin hubungan cinta seagama pun tetap tidak bisa lepas dari prinsip ini. Memang kelihatan sederhana. Sederhana kalau memang diyakini dan dijadikan sebagai pegangan dalam menjalin hubungan. Saya selalu berdoa agar tetap konsisten dalam prinsip ini. Dan saya yakin Tuhan memberkati.




Jodoh itu di tangan Tuhan, tapi ingatlah bahwa takdir Tuhan ada di ujung usaha manusia.
Jangan pernah menyerah untuk perjuangkan cintamu.
Dimana ada cinta yang murni, di situ pasti ada jalan keluar yang dapat menembus berbagai tembok-tembok perbedaan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar