Oleh: Nicolas Renleuw
Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng
Dengan
kepala tertunduk dan hati terangkat†
Kuhaturkan segala pergumulan hidupku*
Dengarkanlah jeritan hatiku ya Tuhan
Mengapa
Engkau begitu kabur dari pandanganku*
Sebab mataku tak mampu menangkap kemuliaan-Mu
Aku
berjalan menelusuri lorong gelap*
Tatapanku tak mampu menjangkau Penolongku
Mengapa
Engkau begitu samar dari pendengaranku*
Sebab telingaku tak berdaya menangkap gema
keagungan-Mu
Seakan
tak berujung lorong gelap yang harus kulalui*
Kakiku letih untuk berjalan dalam ketidakpastian
Aku
begitu kecil dan sendirian di desa global ini*
Tak ada yang peduli dengan ketidakadilan yang
kualami
Aku
begitu terasing dari persaingan menuju kemuliaan-Mu*
Bahkan kemajuan teknologi pun tak mampu member
penghiburan bagiku
Semua
orang sibuk dengan dirinya masing-masing*
Tak berdaya maupun tak peduli ada sesama yang
membutuhkan uluran tangan di sampingnya
Begitu
berdosakah aku di hadapan-Mu ya Tuhan*
Mengapa aku begitu terasing dari realitas dunia
nyata dan dunia maya di sekitarku
Tinggal
sedikit iman dan kepasrahan kepada-Mu yang masih kupunya*
Tetapi aku mau belajar lagi untuk berharap dan
berserah kepada penyelenggaraan tangan kasih-Mu
Sebab
terlalu indah rancangan-rancangan-Mu dalam sejarah hidupku*
Segenap kemampuan rasioku tak dapat menyangsikan
kebesaran kasih-Mu
Hanya
Engkaulah Allah yang peduli dan setia dalam hidupku*
Angkatlah aku dari dalam lorong gelap ini
Bangkitlah,
dan tolonglah aku, ya Allahku!*
Ya, hanya Engkaulah yang mampu mengisi kekosongan
jiwaku
Engkaulah
satu-satunya pokok keselamatan dan tujuan hidupku*
Dari Tuhanlah segala pertolongan dan berkat atas
umat-Mu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar