Jumat, 20 Januari 2012

NASIHAT-NASIHAT KEPADA JEMAAT (Flp 3:17-4:9)



NASIHAT-NASIHAT KEPADA JEMAAT
(Flp 3:17-4:9)
Oleh: Nicolas Renleuw
Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng

I.    Keterangan Ayat[1]
a.   Ikutilah Teladanku (3:17)
Paulus tidak ragu-ragu mengajak umat Filipi agar bersama-sama mengikuti teladan Paulus dan beberapa orang lain yang sesudah diteliti dengan seksama (skopeo, lihat ay. 14), terbukti hidup pada tingkatan yang sama tingginya, yakni karena ia adalah seorang peneladan Kristus yang setia meski tidak sempurna. Typos (teladan) pada mulanya berarti tanda bekas pukulan, kemudian berarti "pola" atau "cetakan." Mungkin yang dimaksudkan Paulus ialah berpikir dan bersikap sepertinya terhadap hal bersunat dan hukum taurat sehingga mereka tetap menolak segala anjuran palsu.
b.   Banyak Orang…Seteru Salib Kristus (3:18)
Sebagian ahli berpendapat bahwa yang dimaksudkan ialah orang-orang Kristen berhaluan Yahudi, yang juga dimaksudkan dalam Flp 3:2. Mereka ini diidentikan sebagai orang-orang yang mengaku percaya tetapi mencemarkan Injil dengan cara hidup yang tidak susila dan ajaran palsu. Mereka beranggapan bahwa hukum taurat dan hal bersunat sebagai suatu syarat mutlak untuk dibenarkan. Dengan demikian mereka menyangkal bahwa salib Kristus adalah satu-satunya sumber penyelamatan (Bdk. Gal 5:11 dan Gal 6:12-14.) dan karena itu salib merupakan batu sandungan bagi mereka (Bdk.Gal 5:11 dan 1 Kor 1:23).
Namun sebagian lainnya berpendapat bahwa Yang dimaksud dengan seteru salib Kristus bukanlah golongan Yudaisme (ay. 2 dst.) juga bukan golongan kafir (ini tentu akan menimbulkan reaksi yang berbeda dengan menangis), melainkan orang-orang penganut Libertin yang dalam hal tertentu terkait dengan gereja itu. Mereka menafsirkan kebebasan Kristen secara salah sebagai kebebasan dari segala batasan moral. Mereka adalah (bukan "hidup sebagai") seteru salib Kristus. Mereka memusuhi segala sesuatu yang berpihak pada salib.
c.    Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut…aib…perkara duniawi  (3:19)
Kesudahan mereka adalah kebinasaan, lawan dari keselamatan. Tuhan mereka, hal yang paling utama bagi mereka, adalah perut. Yang dimaksudkan bukan hanya kerakusan tetapi segala bentuk pemuasan nafsu. Kebebasan yang mereka sangka benar sebetulnya adalah perbudakan oleh nafsu yang memalukan dan mereka ditentukan untuk memikirkan hal-hal yang kotor dan duniawi.
d.   Kewargaan kita adalah di dalam sorga…Juruselamat (3:20-21)
Sekalipun politeuma (‘kewargaan’, hanya dipakai satu kali dalam Perjanjian Baru) mungkin menunjuk kepada pola hidup yang dianut seorang warga, yang dimaksudkan di sini ialah negeri di mana dia menjadi anggota warganya. Para warga Romawi yang tinggal di perbatasan seperti Filipi akan langsung mengerti apa yang dimaksudkan. Orang-orang Kristen yang dewasa hidup sebagai sekelompok warga surgawi dan menghidupi nilai-nilainya yang tinggal di bumi untuk sementara. Banyak sahabat dan kerabat kita sudah di sana, dan tidak lama lagi kita pun akan berada di sana. Yesus juga di sana, sambil menyiapkan tempat untuk kita, dan ia telah berjanji akan kembali dan membawa kita untuk tinggal bersama Dia.
e.    Karena itu…dengan teguh…mahkota (4:1)
Karena itu, mengingat kewarganegaraan surga yang engkau miliki dan perubahan gemilang yang akan terjadi karenanya. Nasihat berdirilah dengan teguh merupakan penutup pasal 3 dan sekaligus pendahuluan pasal selanjutnya. Perhatikan enam sebutan kasih sayang dalam satu ayat ini. Stephanos, mahkota merupakan sebuah rangkaian daun berbentuk bulat yang dibuat khusus untuk atlit yang memenangkan perlombaan. Kata ini juga dipakai untuk karangan bunga yang dikalungkan pada tamu di dalam sebuah perjamuan. Jadi, mahkota merupakan tanda kemenangan dan perayaan.
f.     Euodia dan Sintikhe…kunasihati…sehati sepikir (4:2)
Euodia dan Sintikhe adalah dua orang perempuan yang diduga adalah tokoh-tokoh terkemuka dalam umat di jemaat Filipi yang belakangan mulai saling menjengkelkan, padahal perselisihan mereka sangat mempengaruhi suasana umat.Pengulangan kunasihati menunjukkan bahwa Paulus tidak berpihak. Sehati sepikir berarti kembangkan keselarasan pikiran dan watak (bdk. 2:2).
g.   Sunsugos… teman yang setia…Berjuang dengan aku…Klemens…kitab kehidupan (4:3)
Nama Yunani Sunsugos (Suzigus) berarti: teman, rekan sekerja
( bdk. Fil 10-11). Suatu permainan kata dengan arti tertentu. Untuk mempermudah terjadinya damai Paulus merujuk kepada Sunsugos yang sesuai dengan arti namanya, benar-benar merupakan seorang teman yang setiaSunsugos rupanya adalah teman seseorang yang diperoleh ketika dibabtis. Jika hanya sebutan saja, dugaan tentang siapa yang dimaksudkan bisa ditarik mulai dari Silas hingga istri Paulus yang diduga bernama Lidia. Synethlesan (Berjuang dengan aku) merupakan kiasan yang diambil dari gelanggang pertempuran gladiator (bdk. Flp 1:27). Klemens mungkin ditambahkan untuk mengingatkan mereka akan peristiwa tertentu. Rujukan kepada kitab kehidupan yang didalamnya terdaftar para anggota persemakmuran surgawi memberikan kesan bahwa Klemens dan kawan-kawan mungkin telah mengorbankan hidup mereka ketika surat ini ditulis.
h.   Senantiasa…bersukacitalah… dalam Tuhan… kebaikan hati …Tuhan sudah dekat (4:4-5)
Chairete (bersukacitalah) adalah sebuah ungkapan perpisahan yang umum dipakai. Penambahan kata senantiasa menunjukkan bahwa yang ada dalam pikiran Paulus adalah artinya yang lebih dalam, Pengulangan bersukacitalah menunjukkan bahwa keadaan di Filipi adalah sedemikian rupa sehingga nasihat semacam ini rasanya tidak masuk akal. Orang Kristen dapat diperintahkan untuk bersukacita, sebab sumber sukacita mereka bukan dalam situasi tetapi dalam Tuhan. Kata yang agak sulit diartikan epieikes (kebaikan hati) menunjuk kepada kesediaan untuk mendengarkan alasan, kesediaan untuk tidak membalas. Motivasi bagi "sikap manis" ini adalah kedatangan kembali Kristus yang sudah dekat. Tuhan sudah dekat, kata-kata sandi dari gereja mula-mula (bdk. kata Aram yang sama artinya maranatha, dalam I Kor. 16:22).
i.     Di dalam segala hal …Dengan ucapan syukur (4:6)
Permusuhan dari kalangan kafir (bdk. Flp 1:28) dapat menimbulkan kekhawatiran. Hal ini harus dihilangkan dengan doa. Di dalam segala hal, semua yang dapat menimbulkan kekhawatiran jika tidak didoakan. Dengan ucapan syukur, bersyukur atas apa yang telah dilakukan Allah merupakan sikap yang tepat untuk mengajukan permohonan baru.
j.     Damai sejahtera Allah …yang melampaui segala akal… Akan memelihara (4:7)
Damai sejahtera Allah ialah ketenangan yang dimiliki Allah dan hanya Allah yang dapat memberikannya. Frasa, yang melampaui segala akal, pada umumnya dipahami sebagai ketidakmampuan mutlak dari pikiran manusia untuk memahami kedalaman damai sejahtera Allah ini. Mungkin lebih tepatnya ungkapan ini berarti bahwa damai sejahtera Allah jauh melampaui semua perencanaan cermat dan gagasan cemerlang kita untuk mengatasi kekhawatiran kita. Akan memelihara. Phoureõ,"memelihara," adalah sebuah istilah militer yang berarti "menjaga atau membentengi." Dengan memakai kiasan yang jitu Paulus melukiskan damai sejahtera Allah sebagai seorang pengawal yang bertugas menjaga di gerbang kehidupan batiniah seseorang - pikiran, kehendak dan perasaan.
k.    Yang benar…Yang mulia…Yang adil…Yang suci…Yang manis...Yang sedap didengar… Semua yang disebut kebajikan…Pikirkanlah (4:8)
Di dalam "paragraf tentang kesehatan batin" ini Paulus mengemukakan sejumlah kebajikan yang mungkin sekali berasal dari tulisan seorang tokoh etika Yunani. Dua dari delapan kebajikan yang tercantum tidak disebutkan di bagian Perjanjian Baru mana pun, dan satu hanya muncul di dalam surat ini saja. Yang benar, berkaitan dengan sifat yang nyata dan hakiki. Yang mulia, layak untuk dihormati, dimuliakan. Yang adil, sesuai dengan konsepsi yang tertinggi tentang apa yang benar. Yang suci, tidak tercampur dengan unsur-unsur yang akan merendahkan martabat jiwa. Yang manis, yang mengilhamkan kasih. Yang sedap didengar, segala sesuatu yang enak untuk didengar. Semua yang disebut kebajikan. Oleh Lightfoot diparafrase menjadi "Apa pun yang masih bernilai di dalam konsepsi kafirmu yang lama tentang kebajikan", dengan maksud untuk menekankan pertimbangan Paulus untuk tidak mengabaikan sumber rujukan yang ada. Mereka diperintahkan. Pikirkanlah (logizomai:  maksudnya, resapkan) semua kebajikan kafir tersebut.
l.      "Lakukanlah itu" … Allah sumber damai sejahtera (4:9).
Di samping itu mereka diperintahkan, "Lakukanlah itu" (Kata perintah prasette adalah dalam bentuk waktu sekarang), yaitu semua moralitas dam etika khusus Kristen yang telah mereka pelajari dari kehidupan dan ajaran sang rasul. Bukan hanya "damai sejahtera Allah" (ay. 7). namun juga Allah sumber damai sejahtera akan menyertai mereka.


II. Tafsiran Umum[2]
a.      Reformasi Hidup (3:17-21)
Kristen tidak lagi hidup secara daging. Rupanya di antara jemaat Filipi terdapat orang-orang yang memberi teladan salah. Mereka tidak menolak Injil dengan jalan mengandalkan usaha moral dan keagamaan mereka, sebaliknya mereka meniadakan kuasa Injil dengan menganjurkan kehidupan yang memenuhi nafsu tubuh (ayat 19). Dengan berbuat demikian, mereka hidup sebagai musuh salib Kristus (ayat 18). Kehidupan Paulus adalah contoh tentang bagaimana hidup Kristen seharusnya. Apabila anugerah Tuhan telah menjamah hidup kita, pastilah hidup itu akan mengeluarkan hal-hal yang benar.
Warganegara sorga. Dengan suatu kepastian yang kokoh, Paulus memberitahukan, bahwa jemaat Filipi adalah warga sorga yang tinggal di dunia ini (ayat 20). Keadaan jasmani kita kini bersifat sementara saja, sebab kelak kita akan diberikan tubuh surgawi yang mulia (ayat 21). Kita akan luput dari pengaruh keduniawian dengan hawa nafsunya yang membinasakan, bila kita ingat kedua kebenaran tersebut. Hiduplah sebagai warganegara sorga, bukan dunia ini.

b.      Undangan untuk mewujudkan sukacita: kesatuan, kegembiraan dan kedamaian (4:1-9)
Seperti Tuhan Yesus menjelang kematian-Nya berdoa untuk kesehatian para pengikut-Nya, kini Paulus dalam keadaan terpenjara pun mempedulikan keadaan gereja di Filipi. Ketidakserasian hubungan, apalagi itu terjadi di antara para aktivis seperti Euodia dan Sintikhe, adalah hal yang tidak baik dibiarkan. Paulus meminta keduanya bersikap sepadan dengan status mereka sebagai pewaris hidup kekal (ayat 3). Di dalam Kristus semua orang percaya adalah sesama pewaris Kerajaan. Karena itu, ia meminta juga warga jemaat lainnya (Sunsugos berarti sesama pemikul kuk) untuk turut berusaha mendamaikan kedua pelayan Tuhan itu. Hanya gereja yang warganya sehati terdapat kesukaan. Ini juga kondisi yang membuat pelayan Tuhan dan Tuhan melihat gereja sebagai sukacita dan mahkota (ayat 1).
Berbagai kesulitan seperti yang dialami gereja di Filipi wajar membuat mereka kurang bersukacita. Kekuatiran baik tentang kehidupan pribadi maupun gereja memang bisa membuat kesukaan menjadi sesuatu yang tidak akrab dalam pengalaman Kristen. Tetapi Paulus mengingatkan bahwa sukacita Kristen berasal dari Tuhan (ayat 4). Sebaliknya dari membiarkan kondisi sukar mempengaruhi sikap Kristen, Paulus meminta agar Kristen di Filipi secara aktif menyatakan kebaikan hati mereka (ayat 5). Status 'dalam Tuhan' yang menjadi sumber Kristen memiliki sukacita dan damai sejahtera tidak boleh dihayati oleh orang Kristen secara pasif. Hanya bila secara aktif orang Kristen memupuk status tersebut dalam doa, maka relasi dengan Tuhan itu menjadi komunikasi yang hidup dan hangat. Dalam kondisi demikian kekuatiran tak beroleh tempat sebab damai dan sukacita Allah sendiri penuh dalam hati orang percaya (ayat 4-7).
Intinya, untuk mewujudan sukacita tersebut, kekuatan dan daya kemanusiaan kita sendiri tidaklah cukup. Dibutuhkan keterbukaan pribadi pelayan untuk sehati sepikir dalam Tuhan Yesus Kristus. Singkirkan sikap mementingkan diri sendiri, acuh tak acuh, angkuh, karena itu hanya akan mendatangkan perpecahan, pertikaian, pertengkaran, perceraian, dlsb. Injil Kristus yang kita perjuangkan adalah Injil yang di dalamnya ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra, dan belas kasihan.
Ayat 8 sering disebut orang sebagai Pemikiran Positif ala Kristen.[3] Setelah lahir baru kita masuk ke dalam proses pengudusan yang berjalan seumur hidup. Pengudusan yang dikerjakan Tuhan mencakup seluruh aspek dalam hidup kita, salah satu yang sangat penting yaitu aspek pikiran.
Dalam dosa manusia suka memikirkan apa yang jahat dan tidak benar di mata Tuhan. Paulus mengajak jemaat di Filipi belajar mengontrol atau melatih pikiran untuk hal-hal yang baik. Banyak hal yang kita lakukan dipicu dan dikendalikan oleh apa yang kita pikirkan. Misalnya jika kita berpikir jahat tentang seseorang maka kita akan menyatakannya pula dalam relasi dan sikap kita terhadap dia. Ketika kita berpikir kotor kita didorong untuk melakukan hal yang kotor pula. Sebaliknya, apabila kita memikirkan apa yang benar, yang mulia, yang adil, suci dan seterusnya (ayat 8), kita juga akan melakukan hal-hal benar, mulia, adil, suci. Paulus sendiri mempraktikkan prinsip ini, sehingga ia dapat hidup tanpa didikte oleh keadaan (ayat 10-13).
Pikiran tidak memiliki kekuatan otonom untuk menentukan apa yang hendak dipikirkannya. Pikiran membutuhkan anugerah Tuhan agar dapat berfungsi dengan benar. Pengudusan pikiran adalah hal yang sangat penting. Dengan anugerah Tuhan kita melatih pikiran kita dengan jalan merenungkan firman Tuhan (ayat 8). Hal-hal dalam ayat 8 meliputi berbagai macam modus kehidupan. "Yang benar" mencakup aspek rasionalitas; "yang mulia" aspek ibadah; "yang adil" aspek hukum; "kesucian atau kemurnian" mencakup aspek kesalehan; "yang manis" aspek estetika; "sedap didengar" aspek informasi yang kita konsumsi; "kebajikan" berkaitan dengan moral dan etika; "patut dipuji" mencakup konsep nilai. Kekristenan mengajarkan keutuhan dan bukan keterkepingan. Jika hati kita telah dikuduskan oleh Kristus maka seluruh aspek hidup kita pun harus dikuduskan.


III.             Khotbah

SUKACITA YANG SEJATI

Saudara/i yang terkasih!
Mengawali khotbah ini saya mengajak kita sekalian untuk menengok ke kiri dan kanan kita sambil melemparkan senyum paling indah yang kita miliki kepada saudara-saudara yang ada di samping kita tersebut. Senyum merupakan simbol dari sukacita. Dengan tersenyum kita menularkan energi positif kepada saudara-saudara yang ada di sekitar kita. Tak ada penyangkalan bila ditanyakan apakah seseorang merindukan damai sejahtera dan sukacita dalam hidupnya. Bahkan berbagai usaha dilakukan untuk pemenuhan kedua hal tersebut. Namun tidak setiap saat kita bisa tersenyum. Kita bisa bertanya, sudah berapa kali saya tersenyum sepanjang hari ini. Jangan-jangan kita lebih banyak  cemberut dan muram dari pada tersenyum. Mungkin terlalu banyak masalah atau beban yang menghimpit kita. Terlalu banyak kecemasan yang ada dalam hati kita. Tetapi apakah itu menjadi alasan yang cukup bagi kita untuk berhenti tersenyum? Apakah cukup jika sukacita kita hanya terjadi saat-saat yang menyenangkan bagi kita saja?

Saudara/i yang terkasih!
Banyak orang beranggapan bahwa anjuran untuk senantiasa bersukacita sebagaimana yang dikemukakan Paulus kepada Jemaat di Filipi hari ini merupakan suatu ajakan yang kurang realistis dan mustahil untuk dilakukan. Tetapi perintah ini dianjurkan oleh orang dalam posisi menderita, Paulus, yang sementara di penjara kepada jemaat yang juga terancam aniaya. Inilah salah satu teladan Paulus yang kongkret. Ia mengawali ajakannya dengan mengkritik dan menentang para pengajar-pengajar palsu yang memberikan teladan salah dengan menganjurkan jemaat di Filipi untuk meniadakan kuasa Injil dan memelihara kehidupan dengan nafsu tubuh. Orang-orang inilah yang disebutnya sebagai seteru salib Kristus.
Paulus juga merasa prihatin dengan situasi umat Filipi yang memprihatinkan karena terjadinya perselisihan antar tokoh-tokoh umat yang seharusnya menjadi teladan bagi jemaat yang lain. Berbagai kesulitan seperti yang dialami gereja di Filipi tersebut wajar membuat mereka kurang bersukacita. Kekuatiran baik tentang kehidupan pribadi maupun gereja memang bisa membuat kesukaan menjadi sesuatu yang tidak akrab dalam pengalaman Kristen. Karena itu, Paulus mengajak mereka yang bertikai untuk berdamai dalam Kristus. Ia meminta atau menganjurkan mediator dari sesama saudara yang lain.

Saudara/i yang terkasih!
Ada berbagai cara yang ditempuh oleh manusia untuk mencapai damai sejahtera dan sukacita. Memang Paulus menganjurkan untuk melakukan sesuatu, tetapi bukan dengan cara askese (mengasingkan diri), mengkonsumsi obat penenang, kemaruk harta, budak uang, dlsb. Damai sejahtera dan sukacita tidak dapat diperoleh dengan cara-cara kedagingan.  
Memang mudah untuk kelihatan bersukacita ketika keadaan di luar menggembirakan. Tetapi demikian pula sangat mudah sukacita semacam ini berakhir. Paulus mengingatkan bahwa sukacita Kristen yang sejati berasal dari Tuhan (ayat 4). Orang Kristen harus tahu rahasia sukacita hati yang dalam dan menetap, yang tidak terpengaruh oleh keadaan luar. Sukacita itu dijanjikan sendiri oleh Yesus kepada para pengikut-Nya. Hanya dari Allah dan dekat dengan Kristus saja, hati dan pikiran kita boleh mengalaminya. Hanya oleh anugerah Allah dalam Tuhan Yesus sajalah mendatangkan sukacita terus-menerus dalam kehidupan kita.
Karena itu, ia mengingatkan agar mereka jangan membiarkan kondisi sukar mempengaruhi sikap Kristen, Paulus meminta agar Kristen di Filipi secara aktif menyatakan kebaikan hati mereka (ayat 5). Status 'dalam Tuhan' yang menjadi sumber Kristen memiliki sukacita dan damai sejahtera tidak boleh dihayati oleh orang Kristen secara pasif. Hanya bila secara aktif orang Kristen memupuk status tersebut dalam doa, maka relasi dengan Tuhan itu menjadi komunikasi yang hidup dan hangat. Dalam kondisi demikian kekuatiran tak beroleh tempat sebab damai dan sukacita Allah sendiri penuh dalam hati orang percaya (ayat 4-7).

Saudara/i terkasih!
Kita telah mengetahui dan mengerti rahasia sukacita yang sejati. Karena itu marilah kita mendasarkan sukacita kita pada Yesus Kristus agar sukacita kita boleh bertahan abadi dan marilah kita membebaskan diri dari perkara-perkara duniawi yang mungkin saja dapat mendatangkan sukacita secara cepat tetapi sekaligus tidak bertahan lama. Semoga demikian!


Daftar Pustaka
Abineno, Dr. L. Ch. Tafsiran Surat Filipi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1967.
Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Filipi, Kolose, 1&2 Tesalonika. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.
Bergant, Dianne, CSA dan Robert J. Karris, OFM (ed.). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Terj. A. Hadiwiyata. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Brown, Raymond, Joseph Fitmeyer, and Roland E. Murphy (ed.). The New Jerome Biblical Commentary. The First Edition. Makati: St. Paul Publications, 1963.
Harrington, Wilfrid J., O.P. Record of The Fulfillment: The New Testament. Chicago: The Priory Press, 1965.
Lembaga Biblika Indonesia. Surat-Surat Paulus 3. Yogyakarta: Kanisius, 1989.
Wycliffe. Tafsiran dan Catatan Filipi. http://alkitab.sabda.org/commentary. Diunduh tanggal 11 April 2011.




[1] Dikelola dari berbagai sumber: Brendan Byrne, “The Letter to The Philippians dalam Raymond Brown, Joseph Fitmeyer, and Roland E. Murphy (ed.), The New Jerome Biblical Commentary, The First Edition (Makati: St. Paul Publications, 1963), p. 796-797; Lembaga Biblika Indonesia, Surat-Surat Paulus 3 (Yogyakarta: Kanisius, 1989), hlm. 38-40; Wycliffe, Tafsiran dan Catatan Filipi dalam http://alkitab.sabda.org/commentary., diunduh tanggal 11 April 2011; William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Filipi, Kolose, 1&2 Tesalonika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 107-109; Dr. L. Ch. Abineno, Tafsiran Surat Filipi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1967), hlm. 99-115; Wilfrid J. Harrington, O.P., Record of The Fulfillment: The New Testament (Chicago: The Priory Press, 1965), p.279-280; Ivan Havener, OSB, “Filipi” dalam Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM (ed.), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, terj. A. Hadiwiyata (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 357-359.
[2] Ada kurang lebih dua pendapat besar seputar proses penulisan surat Filipi. Kelompok pertama yang antara lain diwakili oleh Ivan Havener, OSB menegaskan bahwa surat ini ditulis dalam tiga kesempatan berbeda. Alasannya antara lain karena terdapat pemenggalan yang mencolok di dalamnya (Bdk. Ivan Havener, OSB, “Filipi” dalam Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM (ed.), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, terj. A. Hadiwiyata (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 351-352). Kelompok kedua yang diwakili William Barclay mengemukakan bahwa surat ini hanya ditulis dalam sekali kesempatan atau tempat yang sama. Alasannya ialah bahwa surat Filipi merupakan surat pribadi dan surat pribadi tidak pernah disusun secara teratur seperti suatu uraian yang mendalam (Bdk. William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Filipi, Kolose, 1&2 Tesalonika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 16-17). Tafsiran ini bukan terutama didasarkan pada permasalahan tersebut melainkan pada dua tema besar yang kami temukan dalam perikop yang kami dibahas.
[3] Lih. William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Filipi, Kolose, 1&2 Tesalonika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 108.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar