NASIHAT-NASIHAT
KEPADA JEMAAT
(Flp
3:17-4:9)
Oleh:
Nicolas Renleuw
Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng
I. Keterangan Ayat[1]
a.
Ikutilah Teladanku (3:17)
Paulus tidak ragu-ragu mengajak
umat Filipi agar bersama-sama mengikuti teladan Paulus dan beberapa orang lain yang
sesudah diteliti dengan seksama (skopeo, lihat ay. 14), terbukti
hidup pada tingkatan yang sama tingginya, yakni karena ia adalah seorang
peneladan Kristus yang setia meski tidak sempurna.
Typos (teladan) pada mulanya berarti tanda bekas pukulan, kemudian
berarti "pola" atau "cetakan." Mungkin yang dimaksudkan
Paulus ialah berpikir dan bersikap sepertinya terhadap hal bersunat dan hukum
taurat sehingga mereka tetap menolak segala anjuran palsu.
b.
Banyak Orang…Seteru Salib Kristus
(3:18)
Sebagian ahli berpendapat bahwa yang dimaksudkan ialah orang-orang
Kristen berhaluan Yahudi, yang juga dimaksudkan dalam Flp 3:2. Mereka ini
diidentikan sebagai orang-orang yang mengaku percaya tetapi mencemarkan Injil
dengan cara hidup yang tidak susila dan ajaran palsu. Mereka beranggapan bahwa
hukum taurat dan hal bersunat sebagai suatu syarat mutlak untuk dibenarkan.
Dengan demikian mereka menyangkal bahwa salib Kristus adalah satu-satunya
sumber penyelamatan (Bdk. Gal 5:11 dan Gal 6:12-14.)
dan karena itu salib merupakan batu sandungan bagi
mereka (Bdk.Gal 5:11 dan 1 Kor 1:23).
Namun sebagian lainnya
berpendapat bahwa Yang dimaksud dengan seteru salib Kristus bukanlah
golongan Yudaisme (ay. 2 dst.) juga bukan golongan
kafir (ini tentu akan menimbulkan reaksi yang berbeda dengan menangis),
melainkan orang-orang penganut Libertin yang dalam hal tertentu terkait dengan
gereja itu. Mereka menafsirkan kebebasan Kristen secara salah sebagai kebebasan
dari segala batasan moral. Mereka adalah (bukan "hidup
sebagai") seteru salib Kristus. Mereka memusuhi segala sesuatu
yang berpihak pada salib.
c.
Kesudahan mereka ialah
kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut…aib…perkara duniawi (3:19)
Kesudahan mereka adalah
kebinasaan, lawan dari keselamatan. Tuhan mereka, hal yang
paling utama bagi mereka, adalah perut. Yang dimaksudkan bukan hanya
kerakusan tetapi segala bentuk pemuasan nafsu. Kebebasan yang mereka sangka
benar sebetulnya adalah perbudakan oleh nafsu yang memalukan dan mereka
ditentukan untuk memikirkan hal-hal yang kotor dan duniawi.
d.
Kewargaan kita adalah di dalam sorga…Juruselamat
(3:20-21)
Sekalipun politeuma (‘kewargaan’, hanya dipakai
satu kali dalam Perjanjian Baru) mungkin menunjuk kepada pola hidup yang dianut
seorang warga, yang dimaksudkan di sini ialah negeri di mana dia menjadi
anggota warganya. Para warga Romawi yang tinggal di perbatasan seperti Filipi
akan langsung mengerti apa yang dimaksudkan. Orang-orang Kristen yang dewasa
hidup sebagai sekelompok warga surgawi dan menghidupi nilai-nilainya yang
tinggal di bumi untuk sementara. Banyak sahabat dan kerabat kita sudah di sana,
dan tidak lama lagi kita pun akan berada di sana. Yesus juga di sana, sambil
menyiapkan tempat untuk kita, dan ia telah berjanji akan kembali dan membawa
kita untuk tinggal bersama Dia.
e.
Karena itu…dengan teguh…mahkota
(4:1)
Karena itu, mengingat
kewarganegaraan surga yang engkau miliki dan perubahan gemilang yang akan
terjadi karenanya. Nasihat berdirilah dengan teguh merupakan penutup
pasal 3 dan sekaligus pendahuluan
pasal selanjutnya. Perhatikan enam sebutan kasih sayang dalam satu ayat
ini. Stephanos, mahkota merupakan sebuah rangkaian daun
berbentuk bulat yang dibuat khusus untuk atlit yang memenangkan perlombaan.
Kata ini juga dipakai untuk karangan bunga yang dikalungkan pada tamu di dalam
sebuah perjamuan. Jadi, mahkota merupakan tanda kemenangan dan
perayaan.
f.
Euodia dan
Sintikhe…kunasihati…sehati sepikir (4:2)
Euodia dan
Sintikhe adalah dua orang perempuan
yang diduga adalah tokoh-tokoh terkemuka dalam umat di jemaat Filipi yang
belakangan mulai saling menjengkelkan, padahal perselisihan mereka sangat
mempengaruhi suasana umat.Pengulangan kunasihati menunjukkan bahwa
Paulus tidak berpihak. Sehati sepikir berarti kembangkan keselarasan
pikiran dan watak (bdk. 2:2).
g.
Sunsugos… teman yang
setia…Berjuang dengan aku…Klemens…kitab kehidupan (4:3)
Nama Yunani Sunsugos (Suzigus) berarti: teman, rekan sekerja
( bdk. Fil 10-11).
Suatu permainan kata dengan arti tertentu. Untuk mempermudah terjadinya damai
Paulus merujuk kepada Sunsugos yang sesuai dengan
arti namanya, benar-benar merupakan seorang teman yang setia. Sunsugos rupanya
adalah teman seseorang yang diperoleh ketika dibabtis. Jika hanya sebutan saja,
dugaan tentang siapa yang dimaksudkan bisa ditarik mulai dari Silas hingga
istri Paulus yang diduga bernama Lidia. Synethlesan (Berjuang
dengan aku) merupakan
kiasan yang diambil dari gelanggang pertempuran gladiator (bdk. Flp 1:27). Klemens mungkin ditambahkan untuk mengingatkan mereka
akan peristiwa tertentu. Rujukan kepada kitab kehidupan yang
didalamnya terdaftar para anggota persemakmuran surgawi memberikan kesan bahwa
Klemens dan kawan-kawan mungkin telah mengorbankan hidup mereka ketika surat
ini ditulis.
h.
Senantiasa…bersukacitalah… dalam
Tuhan… kebaikan hati …Tuhan sudah dekat (4:4-5)
Chairete (bersukacitalah) adalah
sebuah ungkapan perpisahan yang umum dipakai. Penambahan
kata senantiasa menunjukkan bahwa yang ada dalam pikiran Paulus
adalah artinya yang lebih dalam, Pengulangan bersukacitalah menunjukkan
bahwa keadaan di Filipi adalah sedemikian rupa sehingga nasihat semacam ini
rasanya tidak masuk akal. Orang Kristen dapat diperintahkan untuk bersukacita,
sebab sumber sukacita mereka bukan dalam situasi tetapi dalam Tuhan. Kata
yang agak sulit diartikan epieikes (kebaikan hati) menunjuk kepada
kesediaan untuk mendengarkan alasan, kesediaan untuk tidak membalas. Motivasi
bagi "sikap manis" ini adalah kedatangan kembali Kristus yang sudah
dekat. Tuhan sudah dekat, kata-kata sandi dari gereja mula-mula (bdk.
kata Aram yang sama artinya maranatha, dalam I Kor. 16:22).
i.
Di dalam segala hal …Dengan
ucapan syukur (4:6)
Permusuhan dari kalangan kafir (bdk. Flp 1:28) dapat menimbulkan kekhawatiran. Hal ini harus dihilangkan dengan
doa. Di dalam segala hal, semua
yang dapat menimbulkan kekhawatiran jika tidak didoakan. Dengan
ucapan syukur, bersyukur
atas apa yang telah dilakukan Allah merupakan sikap yang tepat untuk mengajukan
permohonan baru.
j.
Damai sejahtera Allah …yang
melampaui segala akal… Akan memelihara (4:7)
Damai sejahtera Allah ialah
ketenangan yang dimiliki Allah dan hanya Allah yang dapat memberikannya.
Frasa, yang melampaui segala akal, pada umumnya dipahami sebagai
ketidakmampuan mutlak dari pikiran manusia untuk memahami kedalaman damai
sejahtera Allah ini. Mungkin lebih tepatnya ungkapan ini berarti bahwa damai
sejahtera Allah jauh melampaui semua perencanaan cermat dan gagasan cemerlang
kita untuk mengatasi kekhawatiran kita. Akan
memelihara. Phoureõ,"memelihara," adalah sebuah istilah militer
yang berarti "menjaga atau membentengi." Dengan memakai kiasan yang
jitu Paulus melukiskan damai sejahtera Allah sebagai seorang pengawal yang
bertugas menjaga di gerbang kehidupan batiniah seseorang - pikiran, kehendak
dan perasaan.
k.
Yang benar…Yang mulia…Yang
adil…Yang suci…Yang manis...Yang sedap didengar… Semua yang disebut kebajikan…Pikirkanlah
(4:8)
Di
dalam "paragraf tentang kesehatan batin" ini Paulus mengemukakan
sejumlah kebajikan yang mungkin sekali berasal dari tulisan seorang tokoh etika
Yunani. Dua dari delapan kebajikan yang tercantum tidak disebutkan di bagian Perjanjian
Baru mana pun, dan satu hanya muncul di dalam surat ini saja. Yang
benar, berkaitan dengan sifat yang nyata dan hakiki. Yang
mulia, layak untuk dihormati, dimuliakan. Yang
adil, sesuai dengan konsepsi yang tertinggi tentang apa yang
benar. Yang suci, tidak tercampur dengan unsur-unsur yang akan
merendahkan martabat jiwa. Yang manis, yang mengilhamkan
kasih. Yang sedap didengar, segala
sesuatu yang enak untuk didengar. Semua yang disebut kebajikan. Oleh
Lightfoot diparafrase menjadi "Apa pun yang masih bernilai di dalam
konsepsi kafirmu yang lama tentang kebajikan", dengan maksud untuk
menekankan pertimbangan Paulus untuk tidak mengabaikan sumber rujukan yang ada. Mereka diperintahkan. Pikirkanlah (logizomai:
maksudnya, resapkan) semua kebajikan kafir tersebut.
l.
"Lakukanlah itu" … Allah sumber
damai sejahtera (4:9).
Di
samping itu mereka diperintahkan, "Lakukanlah itu" (Kata
perintah prasette adalah dalam bentuk waktu sekarang), yaitu
semua moralitas dam
etika khusus Kristen yang telah mereka pelajari dari kehidupan dan ajaran sang
rasul. Bukan hanya "damai sejahtera Allah" (ay. 7). namun juga Allah sumber
damai sejahtera akan menyertai mereka.
a.
Reformasi Hidup (3:17-21)
Kristen
tidak lagi hidup secara daging. Rupanya di antara jemaat Filipi terdapat
orang-orang yang memberi teladan salah. Mereka tidak menolak Injil dengan jalan
mengandalkan usaha moral dan keagamaan mereka, sebaliknya mereka meniadakan
kuasa Injil dengan menganjurkan kehidupan yang memenuhi nafsu tubuh (ayat 19).
Dengan berbuat demikian, mereka hidup sebagai musuh salib Kristus (ayat 18).
Kehidupan Paulus adalah contoh tentang bagaimana hidup Kristen seharusnya.
Apabila anugerah Tuhan telah menjamah hidup kita, pastilah hidup itu akan
mengeluarkan hal-hal yang benar.
Warganegara
sorga. Dengan suatu kepastian yang kokoh, Paulus memberitahukan, bahwa jemaat
Filipi adalah warga sorga yang tinggal di dunia ini (ayat 20).
Keadaan jasmani kita kini bersifat sementara saja, sebab kelak kita akan
diberikan tubuh surgawi yang mulia (ayat 21).
Kita akan luput dari pengaruh keduniawian dengan hawa nafsunya yang
membinasakan, bila kita ingat kedua kebenaran tersebut. Hiduplah sebagai
warganegara sorga, bukan dunia ini.
b.
Undangan untuk mewujudkan sukacita: kesatuan, kegembiraan dan
kedamaian (4:1-9)
Seperti
Tuhan Yesus menjelang kematian-Nya berdoa untuk kesehatian para pengikut-Nya,
kini Paulus dalam keadaan terpenjara pun mempedulikan keadaan gereja di Filipi.
Ketidakserasian hubungan, apalagi itu terjadi di antara para aktivis seperti
Euodia dan Sintikhe, adalah hal yang tidak baik dibiarkan. Paulus meminta
keduanya bersikap sepadan dengan status mereka sebagai pewaris hidup kekal
(ayat 3).
Di dalam Kristus semua orang percaya adalah sesama pewaris Kerajaan. Karena
itu, ia meminta juga warga jemaat lainnya (Sunsugos berarti sesama pemikul kuk)
untuk turut berusaha mendamaikan kedua pelayan Tuhan itu. Hanya gereja yang
warganya sehati terdapat kesukaan. Ini juga kondisi yang membuat pelayan Tuhan dan
Tuhan melihat gereja sebagai sukacita dan mahkota (ayat 1).
Berbagai
kesulitan seperti yang dialami gereja di Filipi wajar membuat mereka kurang
bersukacita. Kekuatiran baik tentang kehidupan pribadi maupun gereja memang
bisa membuat kesukaan menjadi sesuatu yang tidak akrab dalam pengalaman
Kristen. Tetapi Paulus mengingatkan bahwa sukacita Kristen berasal dari Tuhan
(ayat 4).
Sebaliknya dari membiarkan kondisi sukar mempengaruhi sikap Kristen, Paulus
meminta agar Kristen di Filipi secara aktif menyatakan kebaikan hati mereka
(ayat 5).
Status 'dalam Tuhan' yang menjadi sumber Kristen memiliki sukacita dan damai
sejahtera tidak boleh dihayati oleh orang Kristen secara pasif. Hanya bila
secara aktif orang Kristen memupuk status tersebut dalam doa, maka relasi
dengan Tuhan itu menjadi komunikasi yang hidup dan hangat. Dalam kondisi
demikian kekuatiran tak beroleh tempat sebab damai dan sukacita Allah sendiri
penuh dalam hati orang percaya (ayat 4-7).
Intinya,
untuk mewujudan sukacita tersebut, kekuatan dan daya kemanusiaan kita sendiri
tidaklah cukup. Dibutuhkan keterbukaan pribadi pelayan untuk sehati sepikir
dalam Tuhan Yesus Kristus. Singkirkan sikap mementingkan diri sendiri, acuh tak
acuh, angkuh, karena itu hanya akan mendatangkan perpecahan, pertikaian,
pertengkaran, perceraian, dlsb. Injil Kristus yang kita perjuangkan adalah
Injil yang di dalamnya ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh,
ada kasih mesra, dan belas kasihan.
Ayat 8 sering
disebut orang sebagai Pemikiran Positif ala Kristen.[3]
Setelah lahir baru kita masuk ke dalam proses pengudusan yang berjalan seumur
hidup. Pengudusan yang dikerjakan Tuhan mencakup seluruh aspek dalam hidup
kita, salah satu yang sangat penting yaitu aspek pikiran.
Dalam
dosa manusia suka memikirkan apa yang jahat dan tidak benar di mata Tuhan.
Paulus mengajak jemaat di Filipi belajar mengontrol atau melatih pikiran untuk
hal-hal yang baik. Banyak hal yang kita lakukan dipicu dan dikendalikan oleh
apa yang kita pikirkan. Misalnya jika kita berpikir jahat tentang seseorang
maka kita akan menyatakannya pula dalam relasi dan sikap kita terhadap dia.
Ketika kita berpikir kotor kita didorong untuk melakukan hal yang kotor pula.
Sebaliknya, apabila kita memikirkan apa yang benar, yang mulia, yang adil, suci
dan seterusnya (ayat 8),
kita juga akan melakukan hal-hal benar, mulia, adil, suci. Paulus sendiri
mempraktikkan prinsip ini, sehingga ia dapat hidup tanpa didikte oleh keadaan
(ayat 10-13).
Pikiran
tidak memiliki kekuatan otonom untuk menentukan apa yang hendak dipikirkannya.
Pikiran membutuhkan anugerah Tuhan agar dapat berfungsi dengan benar.
Pengudusan pikiran adalah hal yang sangat penting. Dengan anugerah Tuhan kita
melatih pikiran kita dengan jalan merenungkan firman Tuhan (ayat 8).
Hal-hal dalam ayat 8 meliputi
berbagai macam modus kehidupan. "Yang benar" mencakup aspek
rasionalitas; "yang mulia" aspek ibadah; "yang adil" aspek
hukum; "kesucian atau kemurnian" mencakup aspek kesalehan; "yang
manis" aspek estetika; "sedap didengar" aspek informasi yang
kita konsumsi; "kebajikan" berkaitan dengan moral dan etika;
"patut dipuji" mencakup konsep nilai. Kekristenan mengajarkan
keutuhan dan bukan keterkepingan. Jika hati kita telah dikuduskan oleh Kristus
maka seluruh aspek hidup kita pun harus dikuduskan.
III.
Khotbah
SUKACITA YANG
SEJATI
Saudara/i yang terkasih!
Mengawali khotbah ini saya
mengajak kita sekalian untuk menengok ke kiri dan kanan kita sambil melemparkan
senyum paling indah yang kita miliki kepada saudara-saudara yang ada di samping
kita tersebut. Senyum merupakan simbol dari sukacita. Dengan tersenyum kita
menularkan energi positif kepada saudara-saudara yang ada di sekitar kita. Tak
ada penyangkalan bila ditanyakan apakah seseorang merindukan damai sejahtera
dan sukacita dalam hidupnya. Bahkan berbagai usaha dilakukan untuk pemenuhan
kedua hal tersebut. Namun
tidak setiap saat kita bisa tersenyum. Kita bisa bertanya, sudah berapa kali
saya tersenyum sepanjang hari ini. Jangan-jangan kita lebih banyak cemberut dan muram dari pada tersenyum.
Mungkin terlalu banyak masalah atau beban yang menghimpit kita. Terlalu banyak
kecemasan yang ada dalam hati kita. Tetapi apakah itu menjadi alasan yang cukup
bagi kita untuk berhenti tersenyum? Apakah cukup jika sukacita kita hanya
terjadi saat-saat yang menyenangkan bagi kita saja?
Saudara/i yang terkasih!
Banyak orang beranggapan bahwa
anjuran untuk senantiasa bersukacita sebagaimana yang dikemukakan Paulus kepada
Jemaat di Filipi hari ini merupakan suatu ajakan yang kurang realistis dan
mustahil untuk dilakukan. Tetapi perintah ini dianjurkan oleh
orang dalam posisi menderita, Paulus, yang sementara di penjara kepada jemaat
yang juga terancam aniaya. Inilah salah satu teladan Paulus yang kongkret. Ia
mengawali ajakannya dengan mengkritik dan menentang para pengajar-pengajar
palsu yang memberikan teladan salah dengan menganjurkan jemaat di Filipi untuk
meniadakan kuasa Injil dan memelihara kehidupan dengan nafsu tubuh. Orang-orang
inilah yang disebutnya sebagai seteru salib Kristus.
Paulus juga merasa prihatin
dengan situasi umat Filipi yang memprihatinkan karena terjadinya perselisihan
antar tokoh-tokoh umat yang seharusnya menjadi teladan bagi jemaat yang lain. Berbagai
kesulitan seperti yang dialami gereja di Filipi tersebut wajar membuat mereka
kurang bersukacita. Kekuatiran baik tentang kehidupan pribadi maupun gereja
memang bisa membuat kesukaan menjadi sesuatu yang tidak akrab dalam pengalaman
Kristen. Karena itu, Paulus mengajak mereka yang bertikai untuk berdamai dalam
Kristus. Ia meminta atau menganjurkan mediator dari sesama saudara yang lain.
Saudara/i yang terkasih!
Ada
berbagai cara yang ditempuh oleh manusia untuk mencapai damai sejahtera dan
sukacita. Memang Paulus menganjurkan untuk melakukan sesuatu, tetapi bukan
dengan cara askese (mengasingkan diri), mengkonsumsi obat penenang, kemaruk
harta, budak uang, dlsb. Damai sejahtera dan sukacita tidak dapat diperoleh
dengan cara-cara kedagingan.
Memang
mudah untuk kelihatan bersukacita ketika keadaan di luar menggembirakan. Tetapi
demikian pula sangat mudah sukacita semacam ini berakhir. Paulus mengingatkan
bahwa sukacita Kristen yang sejati berasal dari Tuhan (ayat 4).
Orang Kristen harus tahu rahasia sukacita hati yang dalam dan menetap, yang
tidak terpengaruh oleh keadaan luar. Sukacita itu dijanjikan sendiri oleh Yesus
kepada para pengikut-Nya. Hanya dari Allah dan dekat dengan Kristus saja, hati
dan pikiran kita boleh mengalaminya. Hanya oleh anugerah Allah dalam Tuhan
Yesus sajalah mendatangkan sukacita terus-menerus dalam kehidupan kita.
Karena
itu, ia mengingatkan agar mereka jangan membiarkan kondisi sukar mempengaruhi
sikap Kristen, Paulus meminta agar Kristen di Filipi secara aktif menyatakan
kebaikan hati mereka (ayat 5).
Status 'dalam Tuhan' yang menjadi sumber Kristen memiliki sukacita dan damai
sejahtera tidak boleh dihayati oleh orang Kristen secara pasif. Hanya bila
secara aktif orang Kristen memupuk status tersebut dalam doa, maka relasi
dengan Tuhan itu menjadi komunikasi yang hidup dan hangat. Dalam kondisi
demikian kekuatiran tak beroleh tempat sebab damai dan sukacita Allah sendiri
penuh dalam hati orang percaya (ayat 4-7).
Saudara/i
terkasih!
Kita
telah mengetahui dan mengerti rahasia sukacita yang sejati. Karena itu marilah
kita mendasarkan sukacita kita pada Yesus Kristus agar sukacita kita boleh
bertahan abadi dan marilah kita membebaskan diri dari perkara-perkara duniawi
yang mungkin saja dapat mendatangkan sukacita secara cepat tetapi sekaligus
tidak bertahan lama. Semoga demikian!
Daftar Pustaka
Abineno,
Dr. L. Ch. Tafsiran Surat Filipi.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1967.
Barclay,
William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari:
Surat Filipi, Kolose, 1&2 Tesalonika. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.
Bergant,
Dianne, CSA dan Robert J. Karris, OFM (ed.).
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Terj.
A. Hadiwiyata. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Brown,
Raymond, Joseph Fitmeyer, and Roland E. Murphy (ed.). The New Jerome Biblical
Commentary. The First Edition. Makati: St. Paul Publications, 1963.
Harrington,
Wilfrid J., O.P. Record of The
Fulfillment: The New Testament. Chicago: The Priory Press, 1965.
Lembaga
Biblika Indonesia. Surat-Surat Paulus 3.
Yogyakarta: Kanisius, 1989.
Wycliffe.
Tafsiran dan Catatan Filipi. http://alkitab.sabda.org/commentary. Diunduh tanggal 11 April 2011.
[1] Dikelola dari berbagai sumber:
Brendan Byrne, “The Letter to The Philippians dalam Raymond Brown, Joseph
Fitmeyer, and Roland E. Murphy (ed.), The
New Jerome Biblical Commentary, The First Edition (Makati: St. Paul
Publications, 1963), p. 796-797; Lembaga Biblika Indonesia, Surat-Surat Paulus 3 (Yogyakarta:
Kanisius, 1989), hlm. 38-40; Wycliffe, Tafsiran
dan Catatan Filipi dalam http://alkitab.sabda.org/commentary., diunduh tanggal 11 April 2011;
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap
Hari: Surat Filipi, Kolose, 1&2 Tesalonika (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006), hlm. 107-109; Dr. L. Ch. Abineno, Tafsiran
Surat Filipi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1967), hlm. 99-115; Wilfrid J. Harrington,
O.P., Record of The Fulfillment: The New
Testament (Chicago: The Priory Press, 1965), p.279-280; Ivan Havener, OSB,
“Filipi” dalam Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM (ed.), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, terj. A.
Hadiwiyata (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 357-359.
[2] Ada kurang lebih dua pendapat
besar seputar proses penulisan surat Filipi. Kelompok pertama yang antara lain
diwakili oleh Ivan Havener, OSB menegaskan bahwa surat ini ditulis dalam tiga
kesempatan berbeda. Alasannya antara lain karena terdapat pemenggalan yang
mencolok di dalamnya (Bdk. Ivan
Havener, OSB, “Filipi” dalam Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM
(ed.), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru,
terj. A. Hadiwiyata (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 351-352). Kelompok kedua
yang diwakili William Barclay mengemukakan bahwa surat ini hanya ditulis dalam
sekali kesempatan atau tempat yang sama. Alasannya ialah bahwa surat Filipi
merupakan surat pribadi dan surat pribadi tidak pernah disusun secara teratur
seperti suatu uraian yang mendalam (Bdk. William
Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari:
Surat Filipi, Kolose, 1&2 Tesalonika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006),
hlm. 16-17). Tafsiran ini bukan terutama didasarkan pada permasalahan tersebut
melainkan pada dua tema besar yang kami temukan dalam perikop yang kami
dibahas.
[3] Lih. William Barclay, Pemahaman
Alkitab Setiap Hari: Surat Filipi, Kolose, 1&2 Tesalonika (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2006), hlm. 108.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar