INJIL
UNTUK SEGALA BANGSA
Oleh: Nicolas Renleuw
(Tingkat
IV, Jurusan Filsafat)
Saudara-saudari
yang terkasih!
Kisah Para Rasul
10 dimulai dengan seorang yang bernama Kornelius dari Kaisarea. Kaisarea adalah
sebuah kota di pesisir barat Palestina yang banyak didiami oleh orang
non-Yahudi. Kaisarea adalah kota yang sudah lama ada. Kota ini kemudian
diperbaharui dan diperluas oleh Herodes Agung menjadi kota pelabuhan dan
garnisun (tempat kedudukan tentara). Herodes jugalah yang merubah nama kota ini
menjadi Kaisarea untuk menghormati tuannya, yaitu Kaisar Agustus. Kota ini
menjadi tempat kediaman gubernur-gubernur Romawi (Pilatus, Feliks, Festus). Bagi orang-orang Yahudi, nama
Kaisarea dengan gaya bangunan kota, tempat kediaman gubernur Romawi, dan markas
besar militer, melambangkan dominasi politik dan kultural dari kuasa kafir.
Lalu siapakah
Kornelius? Ayat 1-2 memberitahukan dua identitasnya. Pertama, ia adalah seorang
perwira pasukan Italia. Jadi dia bukan seorang Yahudi, tetapi seorang Roma.
Sehubungan dengan itu, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa penguasa-penguasa
Romawi pada umumnya memobilisir serdadu-serdadu setempat untuk menjamin
keamanan kota-kota yang didudukinya. Sekalipun demikian, mereka menambahkan
juga ke antaranya korps-korps pilihan sendiri yang menjadi semacam pasukan
khusus untuk mengetahui lebih dahulu atau pun mencegah bahaya-bahaya
pengkhianatan. Demikianlah Kornelius yang berasal dari Italia adalah seorang
kepala pasukan tentara. Dalam ketentaraan Romawi satu legiun itu terdiri dari
6000 orang yang dibagi dalam 10 pasukan. Satu pasukan terdiri pula dari 6 bagian, jadi
masing-masing dengan 100 orang. Maka sebagai kepala pasukan, Kornelius memimpin
kira-kira 600 orang. Kedudukannya tersebut menjadikannya sebagai orang yang
cukup terpandang di Kaisarea.
Kedua, dia
adalah seorang yang takut akan Allah. ‘Takut akan Allah’ atau God fearer adalah sebuah istilah bagi
orang non-Yahudi yang tertarik pada agama Yahudi, mereka bahkan menyembah Allah
bangsa Yahudi dan menjalankan peraturan-peraturan agama Yahudi, hanya saja
mereka tidak disunat. Karena itu, bagi orang Yahudi, mereka tetap dianggap
sebagai kafir. Kornelius dapat dikatakan termasuk dalam golongan ini.
Kehidupannya sebagai tentara agaknya tidak membuat ia menjadi kasar atau pun
apatis terhadap agama. Selain tidak disunat, Kornelius tidak berbeda dengan
orang Yahudi lainnya dalam hal kehidupan dan imannya. Dia melaksanakan perintah
Tuhan dengan memberi sedekah pada orang-orang miskin, dan dia selalu berdoa
kepada Allah yang disembah orang Yahudi. Dan hal ini bukan hanya dibiasakan
dalam kehidupan pribadinya, tetapi dalam kehidupan keluarganya yang dicatat
dalam Kitab Suci sebagai ‘seisi rumahnya’, artinya terhitung juga semua
hamba-hambanya. Meskipun tidak digolongkan sebagai rakyat Yahudi oleh sunat,
namun mereka hampir selalu, sebagai pembedaan, disebut “orang saleh”.
Saudara-saudari yang terkasih!
Tuhan lebih
memperhatikan iman dan kehidupan Kornelius, daripada sekadar tanda-tanda
lahiriah seperti sunat. Suatu hari,
kira-kira jam 3 petang ketika Kornelius sedang berdoa, malaikat Tuhan
menampakkan diri kepadanya, dan mengatakan bahwa semua doa dan perbuatannya
sudah sampai kepada Allah dan berkenan kepadaNya. Kornelius menjadi yakin akan
kenyataan penglihatan ini oleh karena dengan jelasnya ia mendengar namanya
dipanggil. Wajarlah bila Kornelius terkejut oleh penglihatan ini, tetapi
kemudian hatinya menjadi tenang dan digembirakan. Sapaan ataupun jawaban
malaikat Tuhan kepada Kornelius tersebut
menyiratkan pula bahwa Kornelius berusaha untuk beribadah dengan tulus kepada
Allah.
Kemudian
malaikat itu menyuruh Kornelius untuk mengirim orang menjemput Rasul Petrus,
yang sedang berada sekitar Yope yang berjarak sekitar 50 jam dari Kaisarea.
Menarik untuk disimak bahwa Kornelius tidak disuruh pergi kepada Filipus, yang
pada waktu itu mungkin sekali berada di Kaisarea, tetapi ia disuruh pergi
kepada Petrus. Rupanya Allah bukan hanya mempunyai sesuatu maksud dengan Kornelius
saja, tetapi lebih-lebih dan terutama dengan Petrus. Kornelius harus mengirim
orangnya kepada Petrus dalam kepercayaan, bahwa Allah mempunyai suatu berita
baginya dengan perantaraan Petrus. Dan apa yang dibuat Kornelius sungguh
memberikan kesan yang jelas kepada kita tentang imannya. Ia segera mengambil
tindakan tanpa ragu-ragu. Apalagi di antara anggota-anggota keluarga dan
prajurit-prajuritnya terdapat lagi orang-orang lain yang memiliki iman dan yang
hidup bersama-sama dalam iman ini juga. Perjalanan ke Yope ini memakan waktu
sekurang-kurangnya satu hari bagi pesuruh-pesuruh Kornelius ini.
Pertanyaan kita
sekarang, maukah Petrus pergi ke rumah Kornelius? Jangankan ke rumahnya,
berhubungan dengan bangsa lain sudah dilarang keras! Untuk itulah, Tuhan harus
berbuat sesuatu untk membuang prasangka yang negatif itu, Tuhan harus ‘mencuci
otak’nya dan mengubah pikirannya.
Saudara-saudara yang terkasih!
Apa yang Tuhan
lakukan ? Mari kita lihat Kis 10:9-18. Pada pukul 12.00 siang, Petrus naik ke
atas rumah untuk berdoa. Ini adalah kebiasaan orang Yahudi yang sehari berdoa
tiga kali. Saat itu Petrus merasa lapar dan ingin makan. Mungkin dia mencium
aroma makanan yang sedang disiapkan oleh sang tuan rumah. Petrus yang sedang
lapar ini tiba-tiba diliputi kuasa ilahi, dan tampaklah olehnya langit terbuka
dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat
sudutnya, yang diturunkan ke tanah. Di dalamnya terdapat pelbagai jenis
binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. Dalam penglihatannya,
Petrus melihat berbagai jenis binatang di dalam kain itu, ada yang boleh
dimakan dan ada yang tidak boleh. Penglihatan itu menjadi lebih
sungguh-sungguh, oleh karena terdengar suara yang berkata kepada Petrus:
sembelihlah dan makanlah. Sebagai orang Yahudi, Petrus tidak pernah memakan
daging binatang yang haram dan tentu saja Petus tidak rela melepaskan begitu
saja tradisi bangsa Yahudi yang sudah berabad-abad lamanya itu. Karena itu
perintah tersebut terdengar hingga tiga kali.
Kata sembelih
menunjuk pada menyembelih binatang-binatang dengan upacara. Hukum-hukum taurat
yang bersifat upacara yang diberikan oleh Allah kepada Israel untuk
menggambarkan kedatangan Mesias dan karya keselamatanNya, kini tidak diperlu
lagi. Ia telah datang dan melaksanakan pekerjaanNya. Keselamatan kini harus
diterima saja oleh iman kepercayaan. Karena itu tidak perlulah orang-orang
kafir mengikuti bagian-bagian upacara dari Hukum Taurat untuk beribadah kepada
Allah.
Dengan demikian,
Allah menyodorkan dua pelajaran berharga kepada Petrus. Pertama, ia harus
belajar bahwa sebagai orang Yahudi ia tidak usah lagi belajar tentang
gambaran-gambaran yang samar-samar mengenai apa yang akan datang, sebab apa
yang dilukiskan dalam hukum Taurat yang bersifat upacara sekarang telah menjadi
kenyataan. Kedua, masa menyendiri bagi bangsa Israel sudah selesai, yang
berarti bahwa pengertian halal dan haram
tidak berlaku lagi bagi perhubungan antar bangsa Yahudi dengan
bangsa-bangsa lain. Bahwa hukum-hukum taurat yang bersifat upacara ini tentulah
tidak perlu lagi dipaksakan kepada mereka , yang sekarang dari luar bangsa
Israel memasuki persekutuan dengan Allah dengan perantaraan Yesus Kristus
sebagai Pembebas bagi semua bangsa di bumi. Perubahan pandangan ini sangat
berkesan bagi para rasul dan orang-orang Kristen pertama asal Yahudi sehingga
beberapa kali diulang oleh Lukas. Penglihatan yang diterima Kornelius
diceritakan tiga kali (KIs 10:3-6; 30-32; 11:13-14), penglihatan Petrus dua kali
(Kis 10:10-16; 11:5-10) dan juga Kis 10:28 menunjuk kepada pengulangan cerita
tersebut.
Sementara Petrus
bertanya-tanya tentang maksud penglihatan itu, datanglah jawabannya. Tibalah
orang yang diutus oleh Kornelius. Tentu saja Petrus akan berkeberatan untuk
mengikuti begitu saja serdadu-serdadu Romawi ini dan orang-orang lain atas
permintaan mereka. Tetapi Roh Kudus mengingatkan Petrus bahwa mereka adalah
orang yang diutusNya, karena itu Petrus tidak perlu bimbang untuk menerima mereka
dan pergi bersama mereka. Para pesuruh Kornelius kemudian memperkenalkan
tuannya dengan cara yang tepat yakni sebagai orang yang adil dan takut akan
Allah. Kedua kualitas ini pada umumnya diakui dan dihormati oleh orang Yahudi.
Barulah mereka menceritakan bagaimana Kornelius mendapat penglihatan Allah dan
menyuruh mengundang Petrus.
Saudara-saudara yang terkasih!
Lewat karya
Tuhan, perlahan-lahan Petrus mulai mengerti maksud penglihatan itu dan bahwa
kemudian ia juga mau menerima sepenuhnya perintah Roh Allah. Hai ini mulia
terlihat ketika ia mengundang orang-orang Romawi suruhan Kornelius untuk makan
bersama-sama dengan dia dan bermalam di tempatnya. Suatu hal yang sebenarnya
sangat tabu bagi orang Yahudi. Bahkan kemudian tanpa ragu-ragu, keesokan
harinya pergilah Petrus bersama mereka ke rumah Kornelius di Kaisarea. Petrus
membawa serta beberapa saudara karena ia yakin bahwa akan terjadi pertemuan
penting di Kaisarea. Demikian pula Kornelius mempersiapkan penyambutan yang
layak bagi mereka. Baik Petrus maupun Kornelius, yang dipersiapkan Allah lewat
penglihatan untuk karya-karya besarNya, membawa serta saudara-saudara yang
semuanya pasti merupakan-saksi-saksi yang berharga dalam peristiwa penting ini.
Sesampainya di
rumah Kornelius, dia menemukan sudah banyak orang menunggu, termasuk sanak
saudara dan sahabat-sahabat Kornelius. Karena diliputi kegembiraan besar,
Kornelius menunjukkan hormat sebesar-besarnya dengan menyembahnya. Tindakan
Kornelius ini dapat dimengerti di tengah-tengah lingkungan kafir. Tetapi Petrus
yang seorang Yahudi segera menolak penghormatan yang bersifat ilahi itu.
Ini adalah
pertama kali dalam hidupnya Petrus menginjakkan kaki ke rumah orang non-Yahudi,
hatinya pasti bergejolak. Sesuai dengan sifat dan wataknya, Petrus tidak lagi
mengucapkan basa-basi formil. Karena itu dia berkata, “Kamu tahu, betapa
kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang
bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan
kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tahir.” Dari
penuturan tersebut, kita mengetahui bagaimana Petrus sekarang mengerti dengan
jelas arti dan maksud penglihatannya. Cara pandangnya telah berubah. Hal ini
mempengaruhi pula pemilihan kata-katanya. Sikap congkak,yang diambil oleh
kebanyakan orang Yahudi terhadap orang-orang kafir dan dengan kesombongan yang
tidak pada tempatnya memandang rendah kepada mereka tidak lagi ada pada Petrus.
Mungkin oleh karena itu juga dalam ayat 28 ia tidak berbicara tentang orang
kafir sebagai orang buangan, tetapi ia mempergunakan ungkapan yang lebih lunak
yaitu mereka yang datang dari bangsa lain. Suatu sikap yang bersifat Injili dan
patut dipelajari guna menjadi contoh bagi pembawa-pembawa Injil sesudahnya.
Setelah Petrus
mendengarkan Kornelius memberitahu dia apa yang terjadi empat hari sebelumnya,
yaitu ketika dia sedang berdoa, Tuhan menampakkan diri dan menyuruhnya
menjemput Petrus. Lewat semua ini, akhirnya Petrus sampai pada sebuah
kesimpulan yang sangat penting, yang terdapat di ayat 34-35, “Sesungguhnya aku
telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa
manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya.”
Petrus telah mengetahui dan ia mulia juga menyatakanya bahwa Allah adalah llah
bagi semua bangsa. Israel tidaklah berada dalam kedudukan yang istimewa, oleh
karena ia sendiri adalah lebih kudus ataupun lebih baik daripada bangsa-bangsa
lain di hadapan Allah. Dasar kedudukan khusus Israel hanyalah terletak pada
kenyataan bahwa Allah telah memanggil banggsa ini untuk memunculkan daripadanya
Sang Mesias, sebagaimana telah dijanjikan Allah kepada Abraham (Kej 12:1-3).
Tetapi kini Kristus telah datang dan telah melaksanakan pekerjaanNya, maka perbedaan
antara Israel dan bangsa lain dalam hal ini telah ditiadakan.
Setelah itu,
mulailah dia berbicara tentang Injil dan keselamatan dari Tuhan Yesus kepada
mereka. Sementara Petrus berkhotbah, turunlah Roh Kudus di atas seluruh orang
yang mendengarkannya, yang membuat orang yang pergi bersama Petrus menjadi
tercengang. Mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa Roh dan
memuliakan Allah. Rupanya Roh Kudus juga turun atas diri orang-orang yang
selama ini mereka anggap kafir dan najis. Lalu Petrus berkata, “Bolehkah orang
mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah
menerima Roh Kudus samap seperti kita.” Setelah itu mereka dibaptis.
Cara pandang dan
cara pikir Petrus telah berubah. Tetapi para rasul dan orang-orang percaya lain
di Yerusalem masih belum. Setelah mendengar hal ini, mereka mempertanyakan
mengapa Petrus bisa masuk ke rumah bangsa lain, bahkan makan bersama mereka.
Untuk itu, Petrus harus menjelaskan dari awal semua yang telah terjadi, mulai
dari penglihatan yang dia peroleh di lantai atas rumah Simon di Yope, kemudian
kejadian yang dia dan orang yang bersama-samanya saksikan di rumah Kornelius.
Setelah mendengarkan semua penjelasan Petrus, barulah mereka menjadi tenang,
dan sambil memuliakan Allah mereka berkata, “Jadi kepada bangsa-bangsa lain
juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.”
Saudara-saudari yang terkasih!
Inilah cara
Allah mengubah pola pikir dan cara pandang para rasul dan murid terhadap bangsa
lain. Akhirnya Gereja mula-mula membuat sebuah kesimpulan yang sangat penting,
bahwa Allah tidak membedakan orang, semuanya baik Yahudi atau non-Yahudi
sama-sama berharga dan dikasihi Allah, semuanya pantas memperoleh keselamatan.
Ini bukan kesimpulan yang dibuat manusia, tetapi ini adalah hasil dari pimpinan
Allah yang sangat jelas dan tidak mungkin disangkal.
Adalah Allah
yang menyatakan bahwa semua bangsa sama dikasihi dan berharga di hadapanNya.
Karena itu maka Injil harus diberitakan kepada semua bangsa, tanpa ada
pembatasnya. Allah mengasihi Kornelius dan keluarganya, sehingga Dia
menyelamatkan keluarga ini. Pada saat yang sama Allah juga memakai Kornelius
sebagai sebuah sarana untuk mengajar para rasul dan orang percaya, bahwa Dia
tidak membedakan orang. Di hadapan Allah tidak ada yang najis, di hadapan Allah
tidak ada yang tidak cocok atau tidak layak. Semua orang layak dan cocok untuk
mendapat bagian dalam KerajaanNya, untuk mendapatkan keselamatan.
Pelajaran yang
Allah berikan pada Petrus dan Gereja di Yerusalem, juga menjadi pelajaran bagi
kita hari ini. Saat ini, apakah gereja masih memilah-milah, membeda-bedakan
manusia? Apakah gereja masih baik secara sadar atau tidak, telah mengelompokkan
bahwa ada yang lebih pantas atau cocok menjadi bagian dari gereja dan orang
percaya ? Istilah yang paling tepat adalah, apakah gereja sudah bersifat
‘eksklusif, hanya suku tertentu, latar belakang sosial tertentu, atau
jenis-jenis orang tertentu yang pantas dan cocok menjadi bagian dari gereja
ini. Dan secara tidak langsung, kita telah melakukan penolakan terhadap
kelompok-kelompok lainnya. Pada sisi lain, mungkin dalam pikiran kita sudah
tertanam sebuah prasangka buruk bahwa adalah kelompok tertentu di masyarakat
ini tidak cocok dan tidak pantas dalam Kerajaan Allah. Apakah kita yakin bahwa
Yesus sudah mati untuk mereka, atau kita berpikir jiwa mereka kurang cocok dan
kurang pantas menjadi anak Tuhan? Atau tidak perlu berpikir terlalu jauh,
mungkin kita juga memiliki prasangka terhadap orang-orang tertentu di sekitar
kita, mungkin karena karakternya, pekerjaannya, atau kehidupannya, yang kita
anggap tidak pantas atau tidak layak menjadi anak Tuhan, mereka tidak mungkin
bisa diselamatkan oleh Tuhan. Kita harus sadar bahwa tidak ada orang yang najis
atau yang tidak cocok atau tidak pantas di hadapan Allah. Bahwa Allah tidak
membedakan manusia, tetapi berkenan pada semua orang yang sungguh-sungguh
mencariNya dan menjalankan perintahNya.
Biarlah kita
diingatkan bahwa tidak ada seorangpun yang najis dan tidak cocok di hadapan
Allah, karena Allah tidak membedakan orang, tetapi Dia mengasihi dan mau
menyelamatkan semua orang. S E K I A N
Daftar Bacaan
a.
Buku
Guthrie, D. (ed.). Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius-Wahyu.
Terj. Dr. Harun Hadiwijono, dkk.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980
Brink, Ds., H. Tafsiran
Alkitab Kisah Para Rasul. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Brown, Raymond E., Joseph A. Fitzmyer, SJ, dan Rolland E.
Murphy, O.Carm. (ed.). The Jerome Biblical Commentary. London:
Geoffrey Chapman, 1969.
Bergant, Dianne, CSA dan Robert J. Karris, OFM (ed.). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Ter. A. S. Hadiwiyata. Yogyakarta:
Kanisius, 2002.
b.
Internet
http://www.sabdaspace.org/
http://www.sinarharapan.co.id/
http://psbrahmana.blogspot.com/
http://gpdimaranatha.org/
http://www.gkketapang.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar