Jumat, 20 Januari 2012

Pertobatan Kornelius


INJIL UNTUK SEGALA BANGSA
Oleh: Nicolas Renleuw
(Tingkat IV, Jurusan Filsafat)

Saudara-saudari yang terkasih!
Kisah Para Rasul 10 dimulai dengan seorang yang bernama Kornelius dari Kaisarea. Kaisarea adalah sebuah kota di pesisir barat Palestina yang banyak didiami oleh orang non-Yahudi. Kaisarea adalah kota yang sudah lama ada. Kota ini kemudian diperbaharui dan diperluas oleh Herodes Agung menjadi kota pelabuhan dan garnisun (tempat kedudukan tentara). Herodes jugalah yang merubah nama kota ini menjadi Kaisarea untuk menghormati tuannya, yaitu Kaisar Agustus. Kota ini menjadi tempat kediaman gubernur-gubernur Romawi (Pilatus, Feliks, Festus). Bagi orang-orang Yahudi, nama Kaisarea dengan gaya bangunan kota, tempat kediaman gubernur Romawi, dan markas besar militer, melam­bang­kan dominasi politik dan kultural dari kuasa kafir.
Lalu siapakah Kornelius? Ayat 1-2 memberitahukan dua identitasnya. Pertama, ia adalah seorang perwira pasukan Italia. Jadi dia bukan seorang Yahudi, tetapi seorang Roma. Sehubungan dengan itu, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa penguasa-penguasa Romawi pada umumnya memobilisir serdadu-serdadu setempat untuk menjamin keamanan kota-kota yang didudukinya. Sekalipun demikian, mereka menambahkan juga ke antaranya korps-korps pilihan sendiri yang menjadi semacam pasukan khusus untuk mengetahui lebih dahulu atau pun mencegah bahaya-bahaya pengkhianatan. Demikianlah Kornelius yang berasal dari Italia adalah seorang kepala pasukan tentara. Dalam ketentaraan Romawi satu legiun itu terdiri dari 6000 orang yang dibagi dalam 10 pasukan.  Satu pasukan terdiri pula dari 6 bagian, jadi masing-masing dengan 100 orang. Maka sebagai kepala pasukan, Kornelius memimpin kira-kira 600 orang. Kedudukannya tersebut menjadikannya sebagai orang yang cukup terpandang di Kaisarea.
Kedua, dia adalah seorang yang takut akan Allah. ‘Takut akan Allah’ atau God fearer adalah sebuah istilah bagi orang non-Yahudi yang tertarik pada agama Yahudi, mereka bahkan menyembah Allah bangsa Yahudi dan menjalankan peraturan-peraturan agama Yahudi, hanya saja mereka tidak disunat. Karena itu, bagi orang Yahudi, mereka tetap dianggap sebagai kafir. Kornelius dapat dikatakan termasuk dalam golongan ini. Kehidupannya sebagai tentara agaknya tidak membuat ia menjadi kasar atau pun apatis terhadap agama. Selain tidak disunat, Kornelius tidak berbeda dengan orang Yahudi lainnya dalam hal kehidupan dan imannya. Dia melaksanakan perintah Tuhan dengan memberi sedekah pada orang-orang miskin, dan dia selalu berdoa kepada Allah yang disembah orang Yahudi. Dan hal ini bukan hanya dibiasakan dalam kehidupan pribadinya, tetapi dalam kehidupan keluarganya yang dicatat dalam Kitab Suci sebagai ‘seisi rumahnya’, artinya terhitung juga semua hamba-hambanya. Meskipun tidak digolongkan sebagai rakyat Yahudi oleh sunat, namun mereka hampir selalu, sebagai pembedaan, disebut “orang saleh”.

Saudara-saudari yang terkasih!
Tuhan lebih memperhatikan iman dan kehidupan Kornelius, daripada sekadar tanda-tanda lahiriah seperti  sunat. Suatu hari, kira-kira jam 3 petang ketika Kornelius sedang berdoa, malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya, dan mengatakan bahwa semua doa dan perbuatannya sudah sampai kepada Allah dan berkenan kepadaNya. Kornelius menjadi yakin akan kenyataan penglihatan ini oleh karena dengan jelasnya ia mendengar namanya dipanggil. Wajarlah bila Kornelius terkejut oleh penglihatan ini, tetapi kemudian hatinya menjadi tenang dan digembirakan. Sapaan ataupun jawaban malaikat Tuhan  kepada Kornelius tersebut menyiratkan pula bahwa Kornelius berusaha untuk beribadah dengan tulus kepada Allah.
Kemudian malaikat itu menyuruh Kornelius untuk mengirim orang menjemput Rasul Petrus, yang sedang berada sekitar Yope yang berjarak sekitar 50 jam dari Kaisarea. Menarik untuk disimak bahwa Kornelius tidak disuruh pergi kepada Filipus, yang pada waktu itu mungkin sekali berada di Kaisarea, tetapi ia disuruh pergi kepada Petrus. Rupanya Allah bukan hanya mempunyai sesuatu maksud dengan Kornelius saja, tetapi lebih-lebih dan terutama dengan Petrus. Kornelius harus mengirim orangnya kepada Petrus dalam kepercayaan, bahwa Allah mempunyai suatu berita baginya dengan perantaraan Petrus. Dan apa yang dibuat Kornelius sungguh memberikan kesan yang jelas kepada kita tentang imannya. Ia segera mengambil tindakan tanpa ragu-ragu. Apalagi di antara anggota-anggota keluarga dan prajurit-prajuritnya terdapat lagi orang-orang lain yang memiliki iman dan yang hidup bersama-sama dalam iman ini juga. Perjalanan ke Yope ini memakan waktu sekurang-kurangnya satu hari bagi pesuruh-pesuruh Kornelius ini.
Pertanyaan kita sekarang, maukah Petrus pergi ke rumah Kornelius? Jangankan ke rumahnya, berhubungan dengan bangsa lain sudah dilarang keras! Untuk itulah, Tuhan harus berbuat sesuatu untk membuang prasangka yang negatif itu, Tuhan harus ‘mencuci otak’nya dan mengubah pikirannya.

Saudara-saudara yang terkasih!
Apa yang Tuhan lakukan ? Mari kita lihat Kis 10:9-18. Pada pukul 12.00 siang, Petrus naik ke atas rumah untuk berdoa. Ini adalah kebiasaan orang Yahudi yang sehari berdoa tiga kali. Saat itu Petrus merasa lapar dan ingin makan. Mungkin dia mencium aroma makanan yang sedang disiapkan oleh sang tuan rumah. Petrus yang sedang lapar ini tiba-tiba diliputi kuasa ilahi, dan tampaklah olehnya langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah. Di dalamnya terdapat pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. Dalam penglihatannya, Petrus melihat berbagai jenis binatang di dalam kain itu, ada yang boleh dimakan dan ada yang tidak boleh. Penglihatan itu menjadi lebih sungguh-sungguh, oleh karena terdengar suara yang berkata kepada Petrus: sembelihlah dan makanlah. Sebagai orang Yahudi, Petrus tidak pernah memakan daging binatang yang haram dan tentu saja Petus tidak rela melepaskan begitu saja tradisi bangsa Yahudi yang sudah berabad-abad lamanya itu. Karena itu perintah tersebut terdengar hingga tiga kali.
Kata sembelih menunjuk pada menyembelih binatang-binatang dengan upacara. Hukum-hukum taurat yang bersifat upacara yang diberikan oleh Allah kepada Israel untuk menggambarkan kedatangan Mesias dan karya keselamatanNya, kini tidak diperlu lagi. Ia telah datang dan melaksanakan pekerjaanNya. Keselamatan kini harus diterima saja oleh iman kepercayaan. Karena itu tidak perlulah orang-orang kafir mengikuti bagian-bagian upacara dari Hukum Taurat untuk beribadah kepada Allah.
Dengan demikian, Allah menyodorkan dua pelajaran berharga kepada Petrus. Pertama, ia harus belajar bahwa sebagai orang Yahudi ia tidak usah lagi belajar tentang gambaran-gambaran yang samar-samar mengenai apa yang akan datang, sebab apa yang dilukiskan dalam hukum Taurat yang bersifat upacara sekarang telah menjadi kenyataan. Kedua, masa menyendiri bagi bangsa Israel sudah selesai, yang berarti bahwa pengertian halal dan haram  tidak berlaku lagi bagi perhubungan antar bangsa Yahudi dengan bangsa-bangsa lain. Bahwa hukum-hukum taurat yang bersifat upacara ini tentulah tidak perlu lagi dipaksakan kepada mereka , yang sekarang dari luar bangsa Israel memasuki persekutuan dengan Allah dengan perantaraan Yesus Kristus sebagai Pembebas bagi semua bangsa di bumi. Perubahan pandangan ini sangat berkesan bagi para rasul dan orang-orang Kristen pertama asal Yahudi sehingga beberapa kali diulang oleh Lukas. Penglihatan yang diterima Kornelius diceritakan tiga kali (KIs 10:3-6; 30-32; 11:13-14), penglihatan Petrus dua kali (Kis 10:10-16; 11:5-10) dan juga Kis 10:28 menunjuk kepada pengulangan cerita tersebut.
Sementara Petrus bertanya-tanya tentang maksud penglihatan itu, datanglah jawabannya. Tibalah orang yang diutus oleh Kornelius. Tentu saja Petrus akan berkeberatan untuk mengikuti begitu saja serdadu-serdadu Romawi ini dan orang-orang lain atas permintaan mereka. Tetapi Roh Kudus mengingatkan Petrus bahwa mereka adalah orang yang diutusNya, karena itu Petrus tidak perlu bimbang untuk menerima mereka dan pergi bersama mereka. Para pesuruh Kornelius kemudian memperkenalkan tuannya dengan cara yang tepat yakni sebagai orang yang adil dan takut akan Allah. Kedua kualitas ini pada umumnya diakui dan dihormati oleh orang Yahudi. Barulah mereka menceritakan bagaimana Kornelius mendapat penglihatan Allah dan menyuruh mengundang Petrus.

Saudara-saudara yang terkasih!
Lewat karya Tuhan, perlahan-lahan Petrus mulai mengerti maksud penglihatan itu dan bahwa kemudian ia juga mau menerima sepenuhnya perintah Roh Allah. Hai ini mulia terlihat ketika ia mengundang orang-orang Romawi suruhan Kornelius untuk makan bersama-sama dengan dia dan bermalam di tempatnya. Suatu hal yang sebenarnya sangat tabu bagi orang Yahudi. Bahkan kemudian tanpa ragu-ragu, keesokan harinya pergilah Petrus bersama mereka ke rumah Kornelius di Kaisarea. Petrus membawa serta beberapa saudara karena ia yakin bahwa akan terjadi pertemuan penting di Kaisarea. Demikian pula Kornelius mempersiapkan penyambutan yang layak bagi mereka. Baik Petrus maupun Kornelius, yang dipersiapkan Allah lewat penglihatan untuk karya-karya besarNya, membawa serta saudara-saudara yang semuanya pasti merupakan-saksi-saksi yang berharga dalam peristiwa penting ini.
Sesampainya di rumah Kornelius, dia menemukan sudah banyak orang menunggu, termasuk sanak saudara dan sahabat-sahabat Kornelius. Karena diliputi kegembiraan besar, Kornelius menunjukkan hormat sebesar-besarnya dengan menyembahnya. Tindakan Kornelius ini dapat dimengerti di tengah-tengah lingkungan kafir. Tetapi Petrus yang seorang Yahudi segera menolak penghormatan yang bersifat ilahi itu.
Ini adalah pertama kali dalam hidupnya Petrus menginjakkan kaki ke rumah orang non-Yahudi, hatinya pasti bergejolak. Sesuai dengan sifat dan wataknya, Petrus tidak lagi mengucapkan basa-basi formil. Karena itu dia berkata, “Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tahir.” Dari penuturan tersebut, kita mengetahui bagaimana Petrus sekarang mengerti dengan jelas arti dan maksud penglihatannya. Cara pandangnya telah berubah. Hal ini mempengaruhi pula pemilihan kata-katanya. Sikap congkak,yang diambil oleh kebanyakan orang Yahudi terhadap orang-orang kafir dan dengan kesombongan yang tidak pada tempatnya memandang rendah kepada mereka tidak lagi ada pada Petrus. Mungkin oleh karena itu juga dalam ayat 28 ia tidak berbicara tentang orang kafir sebagai orang buangan, tetapi ia mempergunakan ungkapan yang lebih lunak yaitu mereka yang datang dari bangsa lain. Suatu sikap yang bersifat Injili dan patut dipelajari guna menjadi contoh bagi pembawa-pembawa Injil sesudahnya.
Setelah Petrus mendengarkan Kornelius memberitahu dia apa yang terjadi empat hari sebelumnya, yaitu ketika dia sedang berdoa, Tuhan menampakkan diri dan menyuruhnya menjemput Petrus. Lewat semua ini, akhirnya Petrus sampai pada sebuah kesimpulan yang sangat penting, yang terdapat di ayat 34-35, “Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya.” Petrus telah mengetahui dan ia mulia juga menyatakanya bahwa Allah adalah llah bagi semua bangsa. Israel tidaklah berada dalam kedudukan yang istimewa, oleh karena ia sendiri adalah lebih kudus ataupun lebih baik daripada bangsa-bangsa lain di hadapan Allah. Dasar kedudukan khusus Israel hanyalah terletak pada kenyataan bahwa Allah telah memanggil banggsa ini untuk memunculkan daripadanya Sang Mesias, sebagaimana telah dijanjikan Allah kepada Abraham (Kej 12:1-3). Tetapi kini Kristus telah datang dan telah melaksanakan pekerjaanNya, maka perbedaan antara Israel dan bangsa lain dalam hal ini telah ditiadakan.
Setelah itu, mulailah dia berbicara tentang Injil dan keselamatan dari Tuhan Yesus kepada mereka. Sementara Petrus berkhotbah, turunlah Roh Kudus di atas seluruh orang yang mendengarkannya, yang membuat orang yang pergi bersama Petrus menjadi tercengang. Mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa Roh dan memuliakan Allah. Rupanya Roh Kudus juga turun atas diri orang-orang yang selama ini mereka anggap kafir dan najis. Lalu Petrus berkata, “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus samap seperti kita.” Setelah itu mereka dibaptis.
Cara pandang dan cara pikir Petrus telah berubah. Tetapi para rasul dan orang-orang percaya lain di Yerusalem masih belum. Setelah mendengar hal ini, mereka mempertanyakan mengapa Petrus bisa masuk ke rumah bangsa lain, bahkan makan bersama mereka. Untuk itu, Petrus harus menjelaskan dari awal semua yang telah terjadi, mulai dari penglihatan yang dia peroleh di lantai atas rumah Simon di Yope, kemudian kejadian yang dia dan orang yang bersama-samanya saksikan di rumah Kornelius. Setelah mendengarkan semua penjelasan Petrus, barulah mereka menjadi tenang, dan sambil memuliakan Allah mereka berkata, “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.”

Saudara-saudari yang terkasih!
Inilah cara Allah mengubah pola pikir dan cara pandang para rasul dan murid terhadap bangsa lain. Akhirnya Gereja mula-mula membuat sebuah kesimpulan yang sangat penting, bahwa Allah tidak membedakan orang, semuanya baik Yahudi atau non-Yahudi sama-sama berharga dan dikasihi Allah, semuanya pantas memperoleh keselamatan. Ini bukan kesimpulan yang dibuat manusia, tetapi ini adalah hasil dari pimpinan Allah yang sangat jelas dan tidak mungkin disangkal.
Adalah Allah yang menyatakan bahwa semua bangsa sama dikasihi dan berharga di hadapanNya. Karena itu maka Injil harus diberitakan kepada semua bangsa, tanpa ada pembatasnya. Allah mengasihi Kornelius dan keluarganya, sehingga Dia menyelamatkan keluarga ini. Pada saat yang sama Allah juga memakai Kornelius sebagai sebuah sarana untuk mengajar para rasul dan orang percaya, bahwa Dia tidak membedakan orang. Di hadapan Allah tidak ada yang najis, di hadapan Allah tidak ada yang tidak cocok atau tidak layak. Semua orang layak dan cocok untuk mendapat bagian dalam KerajaanNya, untuk mendapatkan keselamatan.
Pelajaran yang Allah berikan pada Petrus dan Gereja di Yerusalem, juga menjadi pelajaran bagi kita hari ini. Saat ini, apakah gereja masih memilah-milah, membeda-bedakan manusia? Apakah gereja masih baik secara sadar atau tidak, telah mengelompokkan bahwa ada yang lebih pantas atau cocok menjadi bagian dari gereja dan orang percaya ? Istilah yang paling tepat adalah, apakah gereja sudah bersifat ‘eksklusif, hanya suku tertentu, latar belakang sosial tertentu, atau jenis-jenis orang tertentu yang pantas dan cocok menjadi bagian dari gereja ini. Dan secara tidak langsung, kita telah melakukan penolakan terhadap kelompok-kelompok lainnya. Pada sisi lain, mungkin dalam pikiran kita sudah tertanam sebuah prasangka buruk bahwa adalah kelompok tertentu di masyarakat ini tidak cocok dan tidak pantas dalam Kerajaan Allah. Apakah kita yakin bahwa Yesus sudah mati untuk mereka, atau kita berpikir jiwa mereka kurang cocok dan kurang pantas menjadi anak Tuhan? Atau tidak perlu berpikir terlalu jauh, mungkin kita juga memiliki prasangka terhadap orang-orang tertentu di sekitar kita, mungkin karena karakternya, pekerjaannya, atau kehidupannya, yang kita anggap tidak pantas atau tidak layak menjadi anak Tuhan, mereka tidak mungkin bisa diselamatkan oleh Tuhan. Kita harus sadar bahwa tidak ada orang yang najis atau yang tidak cocok atau tidak pantas di hadapan Allah. Bahwa Allah tidak membedakan manusia, tetapi berkenan pada semua orang yang sungguh-sungguh mencariNya dan menjalankan perintahNya.
Biarlah kita diingatkan bahwa tidak ada seorangpun yang najis dan tidak cocok di hadapan Allah, karena Allah tidak membedakan orang, tetapi Dia mengasihi dan mau menyelamatkan semua orang.  S E K I A N



Daftar Bacaan
a.      Buku
Guthrie, D. (ed.). Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius-Wahyu. Terj. Dr. Harun Hadiwijono, dkk. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980
Brink, Ds., H. Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Brown, Raymond E., Joseph A. Fitzmyer, SJ, dan Rolland E. Murphy, O.Carm. (ed.). The Jerome Biblical Commentary. London: Geoffrey Chapman, 1969.
Bergant, Dianne, CSA dan Robert J. Karris, OFM (ed.). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Ter. A. S. Hadiwiyata. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

b.      Internet
http://www.sabdaspace.org/
http://www.sinarharapan.co.id/
http://psbrahmana.blogspot.com/
http://gpdimaranatha.org/
http://www.gkketapang.org/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar