SEKOLAH TINGGI FILSAFAT
SEMINARI PINELENG
PENERAPAN METODE PAP DI UNIT
MANADO
DAN DAMPAKNYA BAGI ASPEK
PEMBINAAN HIDUP ROHANI
PARA FRATER PESERTA BINA
(Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Akhir Semester
Pada Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Sosial)
Dosen Pembimbing:
Ignatius Welerubun, SS, MA
Disusun Oleh:
Nicolas Renleuw
(Program
Studi: FILSAFAT)
Minor III – Semester
VII
Pineleng, 2010
BAB I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Biara
Skolastikat MSC Pineleng adalah sebuah wadah pembinaan bagi para frater calon
Imam tarekat MSC Provinsi Indonesia .
Salah satu aspek penting dan utama yang di tekankan dalam wadah pembinaan calon
Imam ini adalah aspek hidup rohani. Dalam upaya pembinaan hidup rohani para
frater calon Imam MSC
ini, komunitas skolastikat telah memfasilitasinya sedemikian rupa melalui acara-acara
harian. Acara-harian yang dimaksud adalah doa-doa bersama komunitas antara
lain: doa brevir, misa, meditasi, rekoleksi, salve, dan hora sancta. Dalam
prakteknya, tanpa bermaksud meremehkan acara doa bersama yang lain, misa atau
perayaan ekaristi sering mendapat penekanan lebih sebagai tolak ukur
perkembangan hidup rohani seorang frater calon Imam MSC . Demikianlah kehadiran dalam
acara-acara doa bersama ini kemudian menjadi salah satu tolak ukur perkembangan
hidup rohani para frater calon Imam MSC
tersebut
Pentingnya
pembinaan hidup rohani para frater calon Imam ini sendiri ditegaskan dalam
Dokumen Konsili Vatikan II, yakni dalam Dekrit ‘Optatam Totius’ tentang
Pembinaan Imam khususnya Bagian IV tentang Pembinaan
rohani yang lebih intensif. Ataukah
Dekrit ‘Perfectae
Caritatis ’ tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius
pasal 6 menegaskan bahwa hidup rohani
harus diutamakan. Hal ini juga dapat terlihat dalam Direktorium Skolastikat
MSC Pineleng pasal 152 tentang acara harian di mana terlihat dengan jelas
banyaknya waktu yang disediakan komunitas untuk pembinaan aspek ini serta
ditempatkan pada pembukaan acara harian. Konstitusi MSC pasal 137-144 juga
berbicara tentang Doa, di mana
ditekankan pula pentingnya aspek hidup rohani.
Akan
tetapi, dalam kenyataan hidup harian yang terjadi di Skolastikat MSC Pineleng,
para frater sering mengabaikan acara-acara doa bersama tersebut, khususnya
tidak menghadiri perayaan Ekaristi harian karena berbagai alasan. Tak terelakkan gejala ini terjadi juga di Unit Manado,
salah satu unit pembinaan dalam skolastikat.
Sebagai
tanggapan atas fenomena ini Penanggung Jawab Unit (PJU) Manado ,
Rm. St. Sumpana
MSC menerapkan metode Pedoman
Analisa Pribadi (PAP) untuk anggota unit Manado .
Metode ini diharapkan dapat membantu para frater untuk mempertanggung-jawabkan
ketidakhadirannya dalam Perayaan Ekaristi melalui suatu refleksi yang jernih
tentang situasi diri dan keadaan batin. Metode PAP juga sebenarnya memiliki
tujuan mulia yakni membantu para frater untuk mengaktualisasikan pesan
Konstitusi dan Dokumen
Gereja tentang pentingnya doa bagi
kehidupan para calon Imam sebagaimana telah diuraikan di atas. Konkretnya, membantu para frater untuk membangun komitmen
dalam kesetiaan menghadiri Perayaan Ekaristi. Singkatnya, metode PAP diharapkan
turut membantu para frater unit Manado untuk semakin berkembang dalam aspek
pembinaan hidup rohani.
Pada kenyataannya, penerapan metode ini menimbulkan pro
dan kontra, bukan hanya di dalam unit Manado sendiri tetapi juga di dalam
komunitas khususnya di kalangan para frater. Sebagian orang setuju dan sebagian
lagi tidak. Dalam situasi pro-kontra tersebut, metode atau kebijakan ini tetap
diterapkan dalam unit Manado, dan tentu saja akan tetap dilaksanakan oleh para
frater apapun pendapatnya mengingat Kaul Ketaatan yang diikrarkannya. Dan
metode ini sudah diterapkan dan dilaksanakan di Unit Manado kurang lebih satu
tahun lamanya.
Tentu setiap pihak yang berbeda sikap dalam menanggapi penerapan metode PAP
di Unit Manado ini memiliki argumennya masing-masing. Tetapi, yang lebih
menarik bagi saya untuk diteliti atau dikaji adalah sejauh mana pengaruh metode
PAP ini dalam menunjang perkembangan hidup rohani para frater Unit Manado. Dengan
demikian, melalui penelitian dan pengkajian tentang sejauh mana pengaruh metode
PAP bagi perkembangan hidup rohani para frater di Unit Manado, diharapkan pula
dapat memberikan suatu sumbangan berharga sebagai jalan tengah atas situasi
pro-kontra yang terjadi dalam komunitas bina Skolastikat MSC Pineleng.
B. Perumusan Masalah
Setelah mendeskripsikan latar
belakang masalah pada bagian pertama, peneliti merumuskan masalah yang hendak
diteliti sebagai berikut: “sejauh mana pengaruh metode Pedoman Analisa Pribadi
(PAP) bagi aspek pembinaan hidup rohani para frater unit Manado Skolastikat MSC
Pineleng?”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini dibagi dalam dua (2) jenis: yakni: tujuan umum dan tujuan
khusus.
Tujuan Umum.
Peneliti membuat penelitian ini dengan tujuan sebagai
berikut:
1.
Untuk memenuhi
tuntutan Akademik dari mata kuliah Metodologi Penelitian Sosial di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STF – SP).
2.
Untuk
mendeskripsikan dan memperkenalkan salah satu metode pembinaan yang diterapkan
dalam pembinaan para frater Skolastik MSC yakni metode PAP.
3.
Untuk
memperoleh data yang akan dimamfaatkan dalam karya tulis ini sehingga memiliki nilai dan daya-guna bagi peneliti.
Tujuan Khusus.
Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan
khusus sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui dan memahami faktor-faktor apa yang menyebabkan sehingga para frater
seringkali lalai dalam membina hidup rohaninya, khususnya dalam hal kehadiran
dalam perayaan Ekaristi.
2.
Untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh penerapan metode PAP bagi perkembangan hidup
rohani para frater.
D. Manfaat/Pentingnya
Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk belajar
menjadi seorang peneliti sosial.
2) Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk memberikan
informasi atau deskripsi umum tentang sejauh mana pengaruh penerapan metode PAP
bagi perkembangan hidup rohani para frater unit Manado.
3) Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para frater
agar dapat menjadi pribadi yang peka dan tanggap terhadap aspek pembinaan hidup
rohani.
4) Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan suatu
sumbangan berharga sebagai jalan tengah atas situasi pro-kontra yang terjadi
dalam komunitas bina Skolastikat MSC Pineleng sehubungan dengan penerapan
metode PAP di Unit Manado.
5) Selain itu, manfaat yang dapat diberikan melalui penelitian
ini adalah untuk memenuhi tugas semester dari mata kuliah Metodologi Penelitian
Sosial.
E.
Lingkup dan
Keterbatasan Penelitian
Dalam
penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di komunitas Biara
Skolastikat MSC Pineleng, khususnya Unit Pembinaan Manado. Unit Manado saat
ini, yakni periode tahun pembinaan 2010-2011 dihuni oleh 15 frater minor yang
berasal dari tingkat I-IV yang didampingi oleh seorang pastor yakni Rm. St.
Sumpana MSC. Mengingat metode PAP sudah diterapkan di Unit Manado sejak tahun
pembinaan 2009-2010, maka ada juga 12 orang frater berbeda[1]
yang sekarang menghuni unit-unit pembinaan lain tetapi pernah juga menggunakan
metode PAP. Oleh karena itu, ada kurang lebih 27 frater yang dapat dijadikan
sebagai informan. Adapun peneliti hanya akan memilih 15 orang diantaranya
sebagai informan.
F.
Literatur
Review
Dalam proses
penelitian ini, peneliti akan menguraikan beberapa istilah dari permasalahan
yang diambil, yakni “Sejauh Mana
Pengaruh Penerapan Metode Pedoman Analisa Pribadi (PAP) bagi perkembangan Hidup
Rohani Para Frater Unit Manado Skolastikat MSC Pineleng”.
1. Pemahaman
tentang Pedoman Analisa Pribadi (PAP)
a.
Personalite
et Relations Humaines (PRH)
Pedoman
Analisa Pribadi (PAP) merupakan salah satu cara atau metode refleksi yang
dikembangkan dan menjadi ciri khas utama dari suatu proses pelatihan
pengembangan diri yang dikenal dengan nama Personalite
et Relations Humaines (PRH) yang dalam bahasa Indonesia disebut Kepribadian
dan Relasi-Relasi Antar Manusia.[2]
Sistem PRH lahir dan didirikan di Prancis dan kemudian berkembang hingga ke
Indonesia. Sistem PRH dikembangkan melalui sebuah organisasi yang tertata rapi
dan memiliki fasilitator-fasilitator resmi di setiap negara yang mendapat
lisensi langsung dari pusatnya di Prancis dan bahkan lisensi tersebut harus
diperbaharui terus setiap tahunnya.
PRH
sudah cukup dikenal di Indonesia sebagai salah satu proses pembinaan yang cukup
mumpuni. Berbagai programnya seperti ‘who
am I?’, ‘leading my life’, ‘discovering the core of my identity’, ‘growing in
personal solidity’, ‘finding fulfiiment in my work’ dst, diberikan secara
bertahap sesuai perkembangan masing-masing pribadi peserta prosesnya. Dalam
arti tersebut, proses pembinaan lewat PRH sebenarnya merupakan bagian yang
penting dari proses pembentukan karakter seseorang. [3]
Saat
ini ada dua orang fasilitator PRH yang berasal dari dan tinggal di Indonesia
yakni Rm. Hendrikus Suhendro MSC dan Rm. St. Sumpana MSC. Kebetulan kedua tokoh
ini merupakan Pembina di Pranovisiat (Romo Hendro) dan Skolastikat MSC Pineleng
(Romo Sumpana) sehingga mereka pun juga menerapkan atau mengambil unsur-unsur
PRH untuk diterapkan dan turut mewarnai jalannya pembinaan di kedua rumah bina tarekat
MSC Indonesia tersebut.
b. Pedoman
Analisa Pribadi
Sebagaimana sudah dijelaskan dalam bagian latar belakang
masalah, di Skolastikat MSC khususnya unit pembinaan Manado, Rm. St. Sumpana
MSC menerapkan metode PAP untuk menanggulangi fenomena kelalaian para frater
dalam menghadiri perayaan Ekaristi.
PAP dirancang untuk memungkinkan penggunanya untuk mengenali
diri sendiri melalui pangalaman-pengalaman pribadi, agar si pengguna dapat
menganalisa dan menggali secara metodik realitas-realitas dirinya.[4]
Lebih konkret, Rm. Sumpana menjelaskan bahwa penerapan metode PAP di Unit
Manado Skolastikat MSC bertujuan untuk membantu para frater untuk
mempertanggungjawabkan kehidupan rohaninya secara dewasa, khususnya
ketidakhadirannya dalam perayaan Ekaristi.[5]
Agar dapat menggali dan menganalisa realitas-realitas diri
secara metodik, PRH memberikan langkah-langkah menulis atau mengerjakan PAP
sebagai berikut.[6]
1)
Menulis
situasi hidup yang dialami.
2)
Memfokuskan
diri pada penginderaan yang hidup.
3)
Menjabarkan
penginderaan atau menganalisa penginderaan yang hidup dan reaksi batin
4)
Mengelola
reaksi batin yang negatif untuk menemukan hal baru tentang diri.
2. Pemahaman
tentang Hidup Rohani
Hidup rohani adalah suatu aktivitas total yang melibatkan seluruh
kepribadian kita untuk menjawab Allah. Hidup rohani bukan hanya soal
intelegensi tetapi menyertakan seluruh daya yang ada pada tiap pribadi untuk
menjawab Allah, termasuk daya-daya kognitif atau intelektual, daya-daya afektif
dan kemampuan kehendak.[7]
Dalam perjalanan rohani, tiap pribadi pasti menghadapi kesulitan dan hambatan
entah dalam level intelektual, afeksi maupun penghendakan karena disposisi real
yang dimiliki atau juga karena pengaruh dari lingkungan sekitar.[8]
Hanya apabila disertai dengan kemampuan dan ketrampilan tertentu kita dapat
mengolah hidup dan dapat mencari sarana yang sekaligus dapat menyentuh dan
membongkar dinamika bawah sadar yang jelas mempengaruhi diri kita untuk
membatinkan nilai-nilai dan sikap dalam panggilan.[9]
Dalam bentuk hidup
religius, pembinaan hidup rohani merupakan salah satu syarat mutlak. Alasannya,
misalnya, dijelaskan secara rinci dalam Dekrit Perfectae Caritatis sebagai berikut:
“…Karena
para religius pertama-tama telah menanggapi panggilan Allah dengan mengikrarkan
nasehat-nasehat injili, sehingga mereka tidak hanya mati bagi dosa, melainkan
dengan mengingkari dunia, hidup semata-mata bagi Allah. Sebab seluruh hidup
telah mereka baktikan untuk mengabdi kepada-Nya… Karena penyerahan diri itu
telah diterima oleh Gereja, maka hendaknya mereka menyadari kewajiban mereka
untuk mengabdi kepada-Nya… Dalam segala situasi hendaknya mereka berusaha
mengembangkan kehidupan yang bersama Kristus tersembunyi dalam Allah, yang
menjadi sumber serta dorongan untuk mencintai sesame demi keselamatan dunia dan
pembangunan Gereja… Maka dari itu para anggota tarekat-tarekat hendaknya
memelihara semangat doa dan doa sendiri, sambil dengan tekun menimba dari
sumber-sumber spiritualitas Kristiani yang asli… mengambil Kitab Suci…merayakan
liturgi suci dengan hati dan bibir, terutama misteri Ekaristi suci, dan dari
sumber yang kaya melimpah itu memupuk hidup rohani mereka…”[10]
Dengan
demikian, hidup rohani sebenarnya bukan hanya melulu soal urusan masing-masing
pribadi dengan Allah meskipun inilah aspek yang paling penting (forum internum). Dari segi pembinaan
formal di lembaga-lembaga pembinaan, kriteria pertumbuhan hidup rohani
seseorang juga diukur lewat kehadiran atau partisipasi dalam doa-doa pribadi
dan terutama doa-doa bersama (forum externum).
Karena itu, perkembangan hidup rohani yang jujur kiranya diukur melalui aspek
ini, baik lahiriah maupun batiniah.
3.
Relasi
Metode Pedoman Analisa Pribadi dengan Aspek Hidup Rohani
Sebagaimana
sudah dikemukakan di atas, hidup rohani merupakan salah satu aspek penting
dalam pembinaan para frater calon imam tarekat MSC. Sebagai suatu aktivitas
yang berkaitan langsung dengan Yang Ilahi, hidup rohani tidak hanya menyangkut
soal intelegensi semata tetapi juga afeksi dan daya-daya kehendak. Kemajuan dan
kemunduran hidup rohani dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik intern
maupun ekstern yakni lingkungan sekitarnya. Karena itu, untuk mencapai
kematangan dalam aspek hidup rohani, seseorang dituntut untuk terus-menerus
membina dirinya melalui sarana-sarana yang tepat.
Dalam hal
inilah kita dapat melihat hubungan atau kaitan langsung aspek hidup rohani
dengan metode PAP. Sebagai sebuah metode dalam pengembangan diri, metode PAP
menawarkan suatu cara refleksi yang melibatkan juga aspek afeksi dan intelegensi
yakni terutama dalam menganalisa realitas pengalaman inderawi yang dialami.
Dengan kata lain, melalui analisa terhadap realitas pengalaman inderawi
tersebut, orang diajak untuk melihat lebih dalam hidup rohaninya.
Karena itu, secara teori idealnya metode PAP merupakan
salah satu sarana yang tepat dalam mengembangkan hidup rohani. Namun perlu
diingatkan pula bahwa sarana-sarana tertentu yang digunakan akan dapat lebih
efektif apabila para penggunanya memiliki kemampuan dan keterampilan tertentu
pula yang memungkinkannya untuk menggunakan sarana yang tepat dalam
mengembangkan hidup rohaninya. Sederhananya, metode tertentu dapat efektif
apabila pelakunya memiliki kemauan dan merasa cocok dalam menggunakannya.
Karena itu kita tidak dapat langsung mengatakan bahwa metode tertentu dapat
secara langsung membawa perubahan pada penggunanya. Karena itu, peneliti merasa
perlu untuk meneliti secara langsung sejauh mana pengaruh metode PAP bagi
perkembangan hidup rohani para frater unit Manado Skolastikat MSC Pineleng.
G.
Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian:
Unit pembinaan Manado, Biara
Skolastikat MSC, Pineleng.
2. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan metode observasi, kuesioner dan
wawancara kepada para informan. Alasan penggunaan metode ini karena peneliti
sendiri hidup bersama-sama dalam satu komunitas dan juga turut bersama-sama
merasakan dan terlibat langsung dalam menjalankan segala aturan hidup yang berlaku di dalam
komunitas Skolastikat MSC, khususnya dalam unit pembinaan Manado. Dengan
observasi yang dimaksud, peneliti dapat mengukur dan menganalisa secara real bagaimana
pengaruh penerapan metode PAP bagi perkembangan hidup rohani para frater di
unit Manado. Akhirnya, melalui metode wawancara peneliti dapat lebih dalam
menggali dan memahami bagaimana masing-masing pribadi informan mengalami
pengaruh penerapan metode PAP bagi perkembangan hidup rohaninya. Di sini
peneliti sungguh-sungguh dibantu karena dapat menggalinya bersama-sama dengan
merangkum semua data-data yang ada lewat dua metode pertama, yakni observasi
dan kuesioner.
3. Seleksi Informan
Dalam menentukan informan tidak semua frater Skolastik
MSC yang dipilih. Di sini peneliti menggunakan Teknik Turki, dengan alasan peneliti bertanya langsung kepada para
frater, siapakah dari antara mereka yang dapat bersedia menjadi informan bagi
peneliti dalam penelitian ini. Sedikitnya, peneliti meminta bantuan 15 orang
frater sebagai informan dalam penelitian ini. Alasan pemilihan ini adalah
karena bagi peneliti 15 orang frater tersebut dapat mewakili seluruh frater
yang pernah mengalami model pembinaan dengan metode PAP di unit pembinaan
Manado dalam dua tahun pembinaan terakhir.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen atau sarana-sarana yang digunakan peneliti
dalam mengadakan penelitian yakni daftar nama para frater beserta dengan konsep
pertanyaan panduan agar pembicaraan dan proses pengumpulan data dapat berjalan
sesuai dengan tujuan peneliti. Selain itu peneliti juga menggunakan kertas
buram dan bulpoin untuk mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh para
informan. Peneliti juga menggunakan sarana komputer dalam penyelesaian tugas
penelitian ini.
5. Strategi Analisis Data
Dalam mengolah
dan menganalisa data-data yang kami peroleh dari penelitian, kami merujuk pada
kerangka teoretis yang telah kami kemukakan pada bagian literatur review.
6. Tahap-tahap Penelitian
Dalam mengadakan penelitian ini,
peneliti berjalan melalui suatu proses dan beberapa tahapan dengan maksud agar
penelitian yang dilakukan lebih sistematis dan koheren, sehingga hasil yang
diperoleh juga dapat dipahami secara sistematis. Beberapa tahapan yang dilalui
oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a.
Pemilihan dan
Perumusan Tema dan Topik
Pada tahap ini peneliti mencoba
memilih tema dan menentukan topik penelitian. Awalnya peneliti agak merasa
bingung untuk memilih Tema dan topik penelitian yang hendak didalami. Namun,
dengan melihat begitu banyak realitas yang di dalam kehidupan peneliti sendiri,
secara khusus dalam kehidupan berkomunitas maka peneliti memutuskan untuk
memilih persoalan yang lebih dekat dialami
oleh para frater. Dari berbagai tema yang ada sesuai dengan realitas maka
peneliti lebih memilih tema “Dampak
Metode Pedoman Analisa Pribadi (PAP)”. Kemudian dengan adanya tema tersebut
peneliti mulai menentukan topik yang menyangkut persoalan ambulasi, lebih
jelasnya penulis mengangkat topik: “Kebijakan
Metode Pedoman Analisa Pribadi dan Pengaruhnya bagi Aspek Pembinaan Hidup
Rohani Para Frater Unit Manado Skolastikat MSC Pineleng”.
b.
Penentuan
Metodologi Penelitian
Pada tahap ini, peneliti mencoba menentukan
metode penelitian yang akan dipakai dalam proses penelitian ini, serta
menyusun program perencanaan penelitian. Metode yang digunakan oleh peneliti
adalah Metode Observasi (pengamatan),
Metode Kuesioner dan Wawancara.
c.
Pengumpulan
Data.
Pada bagian ini, peneliti melakukan beberapa hal sehubungan dengan
pengumpulan data. Pengumpulan data ini dibuat dengan menggunakan ketiga metode
tersebut. Penggunaan ketiga metode ini adalah agar kami dapat memperoleh data
yang akurat dan komprehensif.[11]
d.
Pengolahan dan
analisa data
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan mengadakan pengolahan data, dan
analisa data. Hasil yang diperoleh dari pengolahan data ini merupakan hasil
final/keseluruhan. Data yang telah
terkumpul akan mempermudah penulis dalam proses pengetikan.
1) Pengetikan
Setelah merangkum semua data yang
diperoleh maka pada tahap ini
peneliti mulai mengadakan pengetikan.
2) Pengeditan.
Setelah mengadakan pengetikan,
maka pada tahap selanjutnya peneliti mengadakan pengeditan untuk mengoreksi
hal-hal teknis yang berhubungan dengan proses pengetikan.
e.
Pembuatan laporan penelitian
Setelah
mengadakan proses pengeditan dan segala hasil koreksinya maka tahap selanjutnya
adalah membuat laporan akhir hasil peneltian.
BAB II.
PROFIL UNIT MANADO SKOLASTIKAT MSC PINELENG
A. Sejarah
Singkat Wilayah Penelitian
Unit Manado
sebagai wilayah penelitian kami merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dengan unit-unit tempat tinggal lainnya dan membentuk komunitas Skolastikat
MSC. Karena itu yang akan kami paparkan di sini adalah sejarah Skolastikat MSC
Indonesia secara umum.
Skolastikat MSC Indonesia di Pineleng didirikan oleh para
MSC perintis dan pendahulu dari Belanda sebagai bentuk kepedulian bagi
pendidikan dan pembinaan para calon Imam MSC pribumi di Indonesia. Pada awalnya
Skolastikat MSC masih bergabung dan merupakan bagian dari Seminari Tinggi Hati
Kudus Pineleng yang adalah Seminari Tinggi untuk Keuskupan Manado. Seminari ini
diresmikan dan ditahbiskan pada tanggal 15 Agustus 1954 oleh Mgr. Nicolaus
Verhouven MSC. Para calon imam MSC pribumi pertama yang didik di Seminari
Pineleng, di antaranya adalah Pater J. Talibonso MSC, Pater P. B. Resubun MSC,
dan Pater J. Pondaag MSC, terlebih
dahulu mengikuti kursus Filsafat selama dua tahun. Setelah itu, pada tahun
1956. Mereka mengikuti tahun Novisiat MSC yang pertama di Paal III, Manado.
Kemudian pada tanggal 22 Agustus 1958, Skolastikat MSC bagi para frater
Skolastikat MSC pribumi dimulai dan dijalani sambil menekuni studi Teologi
selama 4 tahun di Seminari Tinggi Pineleng.
Kemudian proses
pembinaan dan pendidikan para frater Skolastikat MSC berlangsung sebagaimana
yang diwariskan sejak angkatan pertama ini, yakni: setelah para calon MSC
mengikuti kursus Filsafat selama 1 tahun, mereka menjalani satu tahun Novisiat
(sekarang di Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah) hingga mengikrarkan Kaul
Pertama dan secara resmi diterima menjadi anggota dari Tarekat MSC. Setelah itu
mereka kembali mengikuti studi Teologi selama 4 tahun di Seminari Tinggi
Pineleng tahun 1983.
Pada tahun
1984, Skolastikat MSC mulai berdiri
sendiri, terpisah dari Seminari Tinggi Pineleng yang dihuni oleh para frater
calon imam Diosesan Manado dan Diosesan Amboina. Pada tahun yang sama, mulailah
proses pembangunan kompleks rumah bina
Skolastikat MSC, yang akhirnya dapat diselesaikan dan kemudian diberkati
dan diresmikan pada tanggal 1 Februari 1987 oleh wakil pemimpin umum MSC pada
masa itu, Pater Denis J. Murphy MSC. Kompleks rumah bina itulah yang kini
ditinggali oleh para frater Skolastikat MSC hingga hari ini, dengan nama “Biara
Hati Kudus MSC”.
Pada tahun
2006, diadakan proses renovasi bertahap terhadap keempat unit pembinaan yakni dimulai
dari Unit Merauke, Unit Amboina, Unit Manado dan Unit Purwokerto. Karena
terkendala dana maka proses renovasi ini akhirnya berhenti pada tahun 2008
dengan diselesaikannya renovasi Unit Purwokerto. Sesudah renovasi,
masing-masing dari keempat unit pembinaan tersebut memiliki 1 buah kapel, 1
buah ruang rekreasi, 1 buah kamar untuk penanggung jawab unit, 16 kamar frater,
6 buah km/WC, ruang cuci, taman tengah, 1 buah gudang kecil, dan kolam ikan
(Unit Merauke).
B. Gambaran
Umum Wilayah Penelitian
Unit Manado
adalah salah satu unit pembinaan dalam komunitas bina Skolastikat MSC Pineleng.
Dari segi letak geografis, ia pun berada dalam satu kesatuan dengan gedung atau
bangunan-bangunan lain dalam wilayah Skolastikat MSC. Sebelah barat berbatasan
dengan Unit Purwokerto, sebelah Timur berbatasan dengan Unit Amboina, sebelah
Selatan berbatasan dengan Unit Borneo dan sebelah Utara berbatasan dengan Unit
Nusantara dan Kapel Komunitas Skolastikat.
Sementara
itu, sebagai satu kesatuan, rumah bina Skolastikat MSC terletak di desa
Pineleng II, Jaga VI kecamatan Pineleng, kabupaten Minahasa Induk, 9 Km dari
kota Manado. Adapun batas-batas wilayah Skolastikat MSC sebagai berikut: Bagian
Utara: dan Selatan dibatasi oleh rumah-rumah penduduk. Sedangkan, bagian Timur
dibatasi oleh desa Lotta, dan bagian Barat dibatasi oleh jalan raya umum Manado –Tomohon. Para
pendatang baru yang hendak mengetahui keberadaan Skolastikat MSC Pineleng pun dapat
dengan mudah menemukannya. Perjalanan dari kota Manado (terminal Karombasan)
menuju ke desa Pineleng II memakan waktu kurang lebih 10-15 menit dengan
menggunakan kendaraan umum. Biaya transportasinya sekitar Rp. 2. 500/orang. Struktur
letak rumah bina Skolatikat MSC yang berbatasan langsung dengan jalan raya
Manado – Tomohon dan juga wilayah permukiman penduduk desa Pineleng memudahkan
orang untuk menemukannya.
Sebagai
salah satu unit dari Skolastikat MSC Pineleng, saat ini Unit Manado ditempati
oleh 16 orang anggota tarekat MSC yakni seorang romo pendamping dan 15 orang
frater. Kecuali pastor pendamping, anggota unit Manado biasanya berganti-ganti
setiap tahunnya. Sebagaimana yang sudah kami kemukakan pada bagian-bagian
terdahulu, yang menjadi responden kami pada penelitian ini bukan hanya para
frater anggota atau penghuni unit Manado sekarang tetapi juga pada tahun
pembinaan sebelumnya yakni mereka yang telah merasakan terlebih dahulu
penerapan metode PAP pada tahun pertamanya yang saat ini berjumlah sekitar 12
orang. Sehingga secara keseluruhan ada 27 frater yang pernah menghuni unit
Manado selama penerapan metode PAP.
Secara
demografis, Unit Manado dipimpin oleh seorang pala unit dan dibantu seorang
sekretaris serta fungsionaris-fungsionaris unit lainnya. Saat ini Fr. Fritz
Ponomban MSC menjabat sebagai Pala Unit dan Fr. Krisanto Reyaan MSC menjabat
sebagai sekretaris unit. Sementara itu, ke 27 frater yang pernah mengalami
pembinaan dengan metode PAP di Unit Manado dapat dirinci sebagai berikut:
Ø Tingkat IVb : 4 orang
Ø Tingkat IV : 7 orang
Ø Tingkat III : 7 orang
Ø Tingkat II : 5 orang
Ø Tingkat I : 4 orang
Adapun para frater tersebut
berasal dari berbagai daerah atau suku di Indonesia, antara lain: Manado, Kei,
Tanimbar, Banggai, Toraja, Papua, Jawa, Jakarta, Dayak (Kalimantan Barat), dan
Palembang.
BAB III
MENCERMATI
REALITAS PENERAPAN METODE PAP DI UNIT MANADO
DAN DAMPAKNYA
BAGI ASPEK PEMBINAAN HIDUP ROHANI
PARA FRATER
PESERTA BINA
Sebagaimana
sudah kami jelaskan sebelumnya, kedatangan Romo St. Sumpana MSC sebagai PJU Unit
Manado dengan latar belakang PRH-nya turut memberikan warna tersendiri bagi
pembinaan di Unit Manado. Salah satu kebijakannya yang turut memberi warna bagi
pembinaan di Unit Manado adalah penerapan salah satu metode pembinaan dalam PRH
yakni Metode Pedoman Analisa Pribadi. Penerapan kebijakan Metode PAP merupakan
tanggapan terhadap realitas di komunitas Skolastikat MSC dan Unit Manado secara
khusus di mana para frater seringkali lalai mengikuti perayaan Ekaristi. Bagi
Romo Sumpana, kehadiran dalam Perayaan Ekaristi menjadi sebuah standar dalam
mengukur hidup rohani seorang frater peserta bina. Secara konkret, para frater
di Unit Manado yang tidak mengikuti perayaan Ekaristi diwajibkan untuk
berefleksi dengan langkah-langkah pedoman analisa pribadi tersebut. Dengan kata
lain, para frater yang tidak hadir dalam Perayaan Ekaristi dapat
mempertanggungjawabkan ketidakhadirannya secara jujur. Idealnya, metode PAP
dimaksudkan untuk membantu para peserta bina untuk semakin berkembang dalam
hidup rohaninya.
Pada bagian
ini kami akan memberikan gambaran berdasarkan penelitian yang kami buat yaitu
bagaimana pengaruh Metode PAP bagi perkembangan hidup rohani para frater Unit
Manado tersebut. Pertama, kami akan memaparkan realitas keadaan Unit Manado
pasca penerapan Metode PAP. Kemudian pada bagian selanjutnya kami akan mencoba
menganalisa bagaimana pengaruh metode PAP tersebut bagi perkembangan hidup
rohani para frater
A.
Realitas Unit
Manado Pasca Penerapan Metode PAP
1.
Kebijakan
Metode Pedoman Analisa Pribadi (PAP)[12]
Dalam
penerapannya di Unit Manado, pedoman analisa pribadi wajib dikerjakan oleh para
frater peserta bina yang tidak menghadiri Perayaan Ekaristi untuk setiap
harinya. Melalui PAP tersebut, para frater yang bersangkutan diminta untuk
mendeskripsikan situasinya pada hari tersebut. Sambil menguraikan situasinya,
si frater diminta untuk merasakan dinamika batinnya melalui
penginderaan-penginderaan yang hidup. Sesudah itu, ia diminta untuk memilih
salah satu penginderaan yang paling hidup dan kemudian mengeksplorasi dn
menguraikannya secara mendetail. Seringkali tidak jarang seorang frater yang
mengerjakan PAP diminta untuk berefleksi ulang apabila refleksinya dianggap
kurang mendalam atau kurang sesuai dengan langkah-langkah yang dimaksudkan
dalam PAP.
Refleksi
berdasarkan PAP tersebut kemudian disharingkan kepada seluruh anggota Unit
Manado dalam satu minggu berjalan. Sesudah itu, hasil refleksi tersebut
dikumpulkan kepada penanggung jawab unit sebagai data untuk menjadi salah satu
acuan dalam evaluasi perkembangan hidup rohaninya nanti. Dalam arti bukan hanya
soal isi refleksinya yang berupa dinamika batinnya tetapi juga soal aspek
lahiriah yakni berapa kali seorang frater peserta bina mengerjakan PAP dalam
satu semester atau satu tahun.
Pada
dasarnya, Romo Sumpana selaku penanggung jawab unit mengharapkan kejujuran dari
para frater untuk secara sadar mengambil dan mengerjakan PAP apabila ia tidak
mengikuti perayaan Ekaristi. Tetapi di samping itu, Romo juga mengadakan
pengamatan langsung terhadap para frater Unit Manado sehingga ia juga
mengingatkan apabila ada frater yang belum mengerjakan PAP pada hari tertentu
di mana ia tidak menghadiri suatu perayaan Ekaristi.
2.
Kehadiran
Para Frater Dalam Perayaan Ekaristi
Sudah kami
utarakan bahwa dalam mengukur perkembangan hidup rohani seseorang ada dua aspek
penting yang perlu diperhatikan yakni aspek lahiriah dan aspek batiniah. Karena
itu, pada bagian ini kami akan memaparkan sejumlah data menyangkut keadaan
hidup rohani para frater Unit Manado berdasarkan kedua aspek tersebut.
a.
Intensitas
Kehadiran (Aspek Lahiriah)
Sejauh
pengamatan yang kami buat dan juga berdasarkan pengakuan dari para informan
serta Romo Sumpana sendiri, sejak diterapkannya kebijakan metode PAP intensitas
kehadiran para frater Unit Manado dalam mengikuti Perayaan Ekaristi cenderung
meningkat dan lebih stabil dibandingkan masa-masa sebelumnya dan juga
dibandingkan dengan kehadiran anggota unit lain dalam komunitas Skolastikat MSC
Pineleng. Dalam satu minggu bahkan satu bulan, adakalanya hanya ada satu atau
dua orang frater saja yang tidak berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi. Bahkan
dalam hitungan minggu atau bulan tersebut, adakalanya intensitas kehadiran
tersebut mencapai persentasi seratus persen. Kenyataan yang menunjuk pada aspek
lahiriah ini tentu saja menjadi sebuah hal yang menggembirakan.
Walaupun
demikian, kenyataan lain yang mencuat ialah bahwa intensitas kehadiran para
frater Unit Manado dalam perayaan Ekaristi ternyata belum benar-benar stabil,
khususnya dalam periode waktu tertentu. Mayoritas informan mengakui secara
blak-blakan bahwa intensitas kehadiran tersebut sedikit menurun dan bahkan
kadang-kadang sangat mencolok pada saat Romo Sumpana sebagai penanggung jawab
unit sedang tugas keluar daerah. Dalam bahasa percakapan harian di gang-gang
unit, kadang-kadang persentasi kehadiran para frater tersebut
dipengaruhi faktor ‘kalo ada Romo’. Kenyataan
ini tentu saja kurang menggembirakan dan bahkan cenderung menimbulkan tanda
tanya besar.
Hal lain
yang menjadi salah satu objek penelitian kami ialah soal perbandingan kehadiran
dalam Perayaan Ekaristi dengan waktu-waktu doa bersama lainnya. Berdasarkan
penuturan para informan dan pengamatan yang kami buat, intensitas persentasi
kehadiran para frater dalam Perayaan Ekaristi ini belum sejalan dengan
persentasi kehadiran dalam waktu-waktu doa bersama lainnya, khususnya
waktu-waktu doa brevir. Kecuali pada hari Selasa, yakni hari yang dikhususkan
bagi pembinaan unit, persentasi kehadiran para frater unit Manado dalam acara
doa-doa bersama masih sangat kurang.
b.
Motivasi
Kehadiran (Aspek Batiniah)
Dalam penelitian yang kami buat, kami juga mencoba menelusuri
motivasi kehadiran para frater. Dengan demikian kami mencoba mendapatkan
gambaran yang utuh tentang aspek hidup rohai dari segi batiniah atau kualitas
kehadiran guna menunjang apa yang telah kami paparkan sebelumnya menyangkut
kuantitas kehadiran.
Dari penelitian tersebut kami menemukan rupa-rupa motivasi
yang timbul dalam hati para frater peserta bina Unit Manado ketika memutuskan
untuk mengikuti suatu Perayaan Ekaristi. Perlu kami ingatkan sebelumnya bahwa
rupa-rupa motivasi yang akan kami paparkan ini bukanlah suatu motivasi milik
orang tertentu dan menetap terus. Motivasi-motivasi tersebut merupakan motivasi
yang dominan dalam diri para frater secara umum dan juga selalu dinamis setiap
harinya dalam arti dapat berubah-ubah untuk setiap harinya untuk masing-masing
frater. Berdasarkan motivasi-motivasi
tersebut, kita dapat melacak dampak penerapan metode PAP bagi perkembangan
hidup rohani para frater Unit Manado. Berbagai motivasi yang kami peroleh dari
para informan adalah sebagai berikut.
1)
Ekaristi
sebagai kebutuhan
Berdasarkan penuturan para informan, kami menemukan
bahwa salah satu alasan kehadiran atau partisipasi para frater Unit Manado
dalam Perayaan Ekaristi adalah bahwa karena memang mereka tergerak untuk
menjawab panggilan atau undangan Allah. Dengan kata lain, Ekaristi menjadi
sebuah kebutuhan untuk memenuhi kerinduan ingin bersatu dengan Allah, Sang
Pemberi Hidup dan berkat. Inilah suatu bentuk motivasi yang sungguh-sungguh
murni. Motivasi yang berasal dari dalam batin. Dengan demikian, seseorang
menghadiri Perayaan Ekaristi secara sadar, tahu dan mau.
Selain itu, masuk dalam kategori ini adalah mereka
yang memandang Ekaristi sebagai sarana pendewasaan pribadi dan pendisiplinan
diri. Karena itu, Ekaristi menjadi sebuah harga mati. Dalam situasi lahir dan
batin apa pun, seseorang tergerak untuk selalu berpartisipasi dalam Perayaan
Ekaristi setiap harinya.
Sebenarnya, bentuk motivasi ini ada bukanlah sebagai
sebuah dampak langsung dari penerapan metode PAP. Hanya saja para informan
mengakui bahwa kebijakan penerapan metode PAP juga turut membantu mengingatkan
mereka akan komitmennya tersebut.
2)
Aspek tanggung jawab
Para
informan juga mengakui secara gamblang bahwa kadang-kadang kebijakan PAP
menjadi pendorong bagi mereka dalam menghadiri Perayaan Ekaristi. Maksudnya
ialah bahwa PAP memberikan sebuah pemahaman baru bagi mereka bahwa menghadiri
Perayaan Ekaristi merupakan bagian dari tanggung jawab mereka dalam hal
pembinaan hidup rohani sebagai seorang biarawan calon Imam MSC. Dengan kata
lain, secara tidak langsung PAP memberikan penyadaran bagi mereka soal tanggung
jawab dalam mengikuti Ekaristi.
3)
Takut PAP/Takut
Dinilai
Di
samping kedua motivasi tersebut di atas yang bernada positif, ada juga motivasi
yang bernada negatif. Sebagian informan mengakui secara jujur bahwa kehadiran
mereka dalam Perayaan Ekaristi juga disebabkan karena faktor takut mengerjakan
PAP atau dengan kata lain takut untuk dinilai. Hal ini tidak dapat dipungkiri
mengingat bahwa sejak diterapkannya kebijakan PAP, para informan tersebut
merasa bahwa mereka selalu diamat-amati oleh PJU. Di samping itu, seperti sudah
kami kemukakan sebelumnya, lembaran-lembaran refleksi PAP yang dikerjakan
tersebut akan dijadikan data untuk mengevaluasi perkembangan hidup rohani para
frater peserta bina untuk satu semester atau satu tahun pembinaan. Karena itu,
mereka mengakui bahwa secara tidak langsung kehadiran mereka dalam Perayaan Ekaristi
juga didasari semangat agar menghindari membuat refleksi PAP atau dengan kata
lain menghindari kesan negatif dalam aspek hidup rohani mereka. Dampaknya ialah
bahwa ketika PJU tidak berada di tempat, ada godaan untuk tidak mengikuti
Perayaan Ekaristi. Dan memang sebagian informan mengatakan secara jujur bahwa
hal tersebut sering juga terjadi.
4)
Kewajiban
atau Rutinitas
Ada pula pengakuan lain dari para informan bahwa sejak
diterapkannya kebijakan PAP, mereka merasa bahwa menghadiri Perayaan Ekaristi
hanyalah sebagai bagian dari menjalankan kewajiban semata. Walaupun demikian,
alasan ini dapat pula bernada positif. Maksudnya ialah bahwa mereka mengakui
bahwa dengan kehadiran dalam Perayaan Ekaristi yang rutin tersebut ada
‘sesuatu’ hal yang dapat mereka petik. Meskipun kadang-kadang mereka merasa
kering, kosong atau tidak mendapat siraman rohani langsung dalam mengikuti
Perayaan Ekaristi. Sebagian informan mengakui bahwa kesetiaan dalam mengikuti
Perayaan Ekaristi sendiri sudah merupakan suatu nilai atau makna yang dapat
bermanfaat bagi perkembangan hidup rohaninya.
3.
Pengalaman
Para Pembuat PAP
Sudah kami
kemukakan pula bahwa dalam prakteknya yang diminta membuat refleksi berdasarkan
PAP hanyalah mereka yang tidak menghadiri Perayaan Ekaristi. Dari hasil penelitian
kami menemukan bahwa tidak semua frater penghuni Unit Manado pernah mengerjakan
PAP. Dengan kata lain, ada peserta bina yang tidak pernah lalai mengikuti
Perayaan Ekaristi. Namun ada juga informan yang mengaku pernah lalai mengikuti
Perayaan Ekaristi satu atau beberapa kali namun kelalaian tersebut luput dari
pengamatan PJU karena PJU sedang keluar daerah.
Dari
penelitian ini kelihatan pula bahwa ada beberapa frater peserta bina yang
menjadi semacam pelanggan tetap dalam membuat PAP. Selain itu, ada juga peserta
bina lain yang ‘hanya’ satu atau dua kali mengerjakan PAP dalam kurun waktu
satu semester atau satu tahun pembinaan.
Oleh karena
itu, pentinglah pula kiranya untuk mengetahui bagaimana pengalaman atau apa
yang dialami dan dirasakan oleh para frater yang pernah mengerjakan PAP
tersebut. Dalam arti ini, kita dapat melihat bagaimana metode PAP itu sendiri
dapat membantu para penggunanya untuk berefleksi. Kami menemukan bahwa ada dua
jenis pengalaman atau ungkapan hati umum dari para pembuat PAP yakni sebagai
berikut.
a.
Merasa
terbantu
Berdasarkan
pengakuan dan ungkapan hati para informan, kami menemukan bahwa para frater
yang mengerjakan PAP merasa sangat terbantu dengan metode tersebut.
Alasan-alasan yang kami temukan antara lain bahwa PAP memang membantu para
frater untuk bertanggung jawab dengan situasi atau keadaannya, khususnya ketika ia memutuskan untuk tidak
menghadiri Perayaan Ekaristi. PAP membantu mereka untuk dapat mengeksplorasi
dunia batin dan lebih masuk ke dalam diri guna mengerti dan menyadari situasi
batinnya. Lebih jauh, PAP juga membantu menyadarkan mereka akan pentingnya
menghadiri Perayaan Ekaristi. Dengan demikian, mereka merasa semakin bertumbuh
dalam kehidupan rohaninya.
b.
Merasa
terpaksa/terbebani
Selain
merasa terbantu, beberapa informan juga mengakui bahwa adakalanya mereka merasa
terpaksa dalam mengerjakan PAP. Alasan yang sering muncul ialah bahwa karena
padatnya waktu mereka untuk berbagai aktifitas dan terutama ialah aktifitas
kuliah atau akademik. Karena itu, mereka justru memandang PAP sebagai beban. Di
samping itu ada pula yang memandang PAP sebagai hukuman belaka. Semuanya itu
mengakibatkan seringkali mereka menjadi tidak jujur dalam mengerjakan PAP. Atau
juga berefleksi seadanya. Alasan lain yang mereka berikan ialah karena metode
ini hanya diterapkan di Unit Manado saja sehingga ada kesan bahwa pembinaan di
Unit Manado lebih banyak tuntutannya dibandingkan unit-unit pembinaan lainnya
dalam Skolastikat MSC Pineleng.
B.
Pengaruh
Metode PAP bagi Aspek Pembinaan Hidup Rohani Para Frater Unit Manado: Sebuah
Analisa
Berdasarkan
apa yang telah kami paparkan pada bagian sebelumnya, dapat mulai terlihat
secara jelas bagaimana pengaruh metode PAP bagi aspek pembinaan hidup rohani para
frater Unit Manado Skolastikat MSC PIneleng. Sehubungan dengan itu, pada bagian
ini kami akan menegaskan lagi beberapa hal.
Penerapan
metode PAP di unit Manado ternyata memberikan semacam efek ganda bagi aspek
pembinaan hidup rohani para frater. Maksudnya ialah selain memberikan dampak
yang positif, ternyata penerapan metode ini juga melahirkan dampak yang
negatif.
1. Dampak Positif
Tidak
dapat disangkal bahwa penerapan kebijakan metode PAP turut membantu para frater
Unit Manado dalam mengembangkan hidup rohaninya. Hal-hal positif tersebut dapat
kami kemukakan kembali sebagai berikut. Pertama, pada tataran lahiriah metode
PAP cukup menekan angka ketidakhadiran para frater dalam Perayaan Ekaristi.
Intensitas kehadiran para frater Unit Manado dalam Perayaan Ekaristi cukup
baik, meskipun ada beberapa catatan yang telah kami kemukakan. Dengan kata
lain, PAP mendorong peserta bina untuk lebih rajin dalam menghadiri Perayaan
Ekaristi. Hal ini tentu saja sangat positif, meskipun ada berbagai motivasi
yang melatarbelakangi kehadiran tersebut, tetapi minimal dengan kehadiran dalam
Perayaan Ekaristi ada suatu siraman rohani yang didapat yang turut membantu
mengembangkan hidup rohani peserta bina.
Kedua,
metode PAP mengajak dan mendorong para peserta bina untuk bertanggung jawab
dengan tindakannya, khususnya ketika ia tidak menghadiri Perayaan Ekaristi.
Unsur tanggung jawab ini muncul bukan hanya bagi mereka yang mengerjakannya
tetapi juga secara tidak langsung bagi semua frater peserta bina yang menghuni
Unit Manado. Dalam kaitannya dengan itu, PAP telah membantu menyadarkan orang untuk
semakin serius dalam membina dimensi hidup rohaninya.
Ketiga,
PAP juga membantu mereka yang mengerjakannya untuk semakin akrab dengan dirinya
khususnya dengan dunia batinnya. Maksudnya ialah PAP mengajak orang untuk lebih
reflektif dalam hidupnya. Dengan demikian, mereka yang tidak atau belum sempat
mengikuti Perayaan Ekaristi pun dapat memaknai ketidakhadirannya tersebut
secara rohani. Dan hal ini tentu saja turut mengembangkan hidup rohani
seseorang.
2. Dampak Negatif
Di
samping memberikan dampak yang positif, ternyata penerapan metode PAP di Unit
Manado juga memberikan dampak yang agak negatif. Meskipun demikian, kami merasa
bahwa dampak yang ditimbulkan ini sebenarnya lebih merupakan sebuah efek samping saja dari penerapan sebuah
kebijakan.
Dampak
negatif yang ditimbulkan tersebut antara lain munculnya mentalitas “kalo ada Romo”. Sebagai contoh misalnya
faktor kehadiran dalam Perayaan Ekaristi. Ternyata ditemukan bahwa intensitas
kehadiran para frater Unit Manado dalam Perayaan Ekaristi sedikit menurun
apabila PJU sedang berada di luar daerah. Hal ini berarti bahwa ada peserta
bina yang gagal melihat PAP sebagai sarana dalam mengembangkan hidup rohaninya.
Dalam hal ini mereka masih menganggap PAP ataupun Perayaan Ekaristi sebatas
sebagai sebuah kewajiban atau aturan semata. Seseorang mengikuti Perayaan
Ekaristi untuk dinilai baik saja tetapi tidsk untuk semakin mematangkan hidup
rohaninya. Hal ini terkondisikan secara tidak sadar dengan diterapkannya
kebijakan metode PAP tersebut yang disertai pengamatan dari PJU.
BAB IV.
P E N U T U P
A.
Kesimpulan
Menerapkan
sebuah kebijakan baru dalam pembinaan tidaklah mudah. Hal ini disebabkan karena
penerapan kebijakan tersebut pastilah mengganggu kenyamanan para peserta bina
sehingga pastilah akan mendapat banyak tantangan ataupun menimbulkan pro dan
kontra. Dalam konteks penerapan metode PAP di Unit Manado, hal ini menjadi
semakin sulit mengingat Unit Manado hanyalah salah satu dari lima (5) unit
pembinaan yang ada dalam komunitas bina Skolastikat MSC Pineleng.
Walaupun demikian, patutlah diakui
bahwa metode Pedoman Analisa Pribadi tersebut telah memberikan dampak positif
ataupun sumbangan yang berharga bagi aspek pembinaan hidup rohani para frater
peserta bina yang mendiami Unit Manado. Namun, efek samping yang ditimbulkan dari penerapan kebijaka tersebut
kiranya perlu dipertimbangkan pula.
B.
Saran
Berdasarkan
kesimpulan sederhana yang kami kemukakan di atas, kami merekomendasikan agar
metode Pedoman Analisa tersebut tetap dipertahankan. Untuk mengurangi efek samping yang ditimbulkannya,
kiranya para pembuat dan pelaksana kebijakan itu memperhatikan beberapa hal.
Pertama,
karena metode PAP hanyalah sebuah sarana, maka agar sarana tersebut dapat
bermanfaat secara efektif kiranya para frater peserta bina mau membuka diri
terhadap kebijakan tersebut. Dalam arti bahwa memandang sarana PAP ini secara
positif karena bagaimanapun, perkembangan seseorang dalam hidup rohaninya
pertama-tama tergantung dari kemauannya untuk berkembang, bukan dari metode
atau sarananya.
Kedua,
secara khusus bagi PJU mungkin perlu untuk membuat pendekatan yang lebih
personal terhadap setiap pribadi peserta bina. Mungkin melalui pendekatan
personal tersebut, para peserta bina semakin menyadari tujuan mulia yang ada di
balik penerapan kebijakan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ohoitimur, Yong, MSC.
“Proses Membentuk Karakter sebagai MSC: Beberapa Gagasan Dasar” (Makalah
Seminar Ilmiah). Pineleng, 7 Desember 2010.
Personalite
et Relations Humaines. Pertumbuhkembangan Diri Secara Metodik;
Latihan Analisa PRH 23. PRH-Indonesia 2002.
Prasetya, F.
Mardi, SJ., Ph.L.Psych. Psikologi Hidup
Rohani 2. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Ponomban, Terry
Th., Pr. Perjuangan Rohani Semesta. Yogyakarta:
Yayasan Pustaka Nusatama, 2006.
Dokumen
Konsili Vatikan II. Dekrit Tentang
Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius. Terj. R. Hardawiryana, SJ. Jakarta:
Obor, 1993.
Lampiran 1.
SDCS (Summary Data Collection Scheme)
No.
|
Pertanyaan Penelitian/Topik
|
Data Set
|
Sumber Data
|
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
|
1.
|
Deskripsi Lokasi Penelitian
a. Sejarah Singkat
b. Geografi
c. Demografi
|
Momen-momen Bersejarah
Batas-batas Teritorial
Pemetaan
Struktur
Tingkat
Suku
|
Data Sekunder
(Buku Kenangan 50 Tahun
Skolastikat MSC}
–
Data Sekunder
(Album MSC
Sekretariat Skolatikat MSC
|
Penelitian Pustaka
(Formulir)
Observasi
(Panduan Observasi)
Wawancara
(Panduan Wawancara)
|
2.
|
Bagaimana Pengaruh penerapan
Metode PAP bagi aspek pembinaan hidup rohani para Frater Unit Manado
|
· Refleksi
tiap-tiap pribadi
· Kenyataan
hidup harian
· Pengamatan
PJU
|
Informan
|
Wanwancara
(Panduan Wawancara)
Kuesioner
(Panduan Kuesioner)
Observasi
(Panduan Observasi)
|
Lampiran 2.
JADWAL PENELITIAN
No.
|
Hari/Tanggal
|
Kegiatan
|
Ket.
|
1.
|
Sabtu, 11
September 2010
|
Pembuatan
panduan wawancara dan observasi
|
|
2.
|
Selasa, 14
September 2010
|
Wawancara
awal dengan Romo Sumpana MSC
|
|
3.
|
Kamis, 16
September 2010
|
Observasi di kapel
komunitas skolastikat
|
|
4.
|
Senin, 20
September 2010
|
Observasi di kapel
Unit Purwokerto (Misa Tingkat)
|
|
5.
|
Kamis, 23 September
2010
|
Observasi di kapel
komunitas skolastikat
|
|
6.
|
Minggu, 26
September 2010
|
Observasi di kapel
komunitas skolastikat
|
|
7.
|
Sabtu, 2
Oktober 2010
|
Observasi di kapel
komunitas skolastikat
|
|
8.
|
Rabu, 6
Oktober 2010
|
Pembuatan panduan
kuesioner
|
|
9.
|
Kamis, 7
Oktober 2010
|
Observasi di kapel
komunitas skolastikat
|
|
10.
|
Senin, 11
Oktober 2010
|
Observasi di kapel
Unit Purwokerto (Misa Tingkat)
|
|
11.
|
Minggu, 17
Oktober 2010
|
Observasi di kapel
komunitas skolastikat
|
|
12.
|
Sabtu, 23
Oktober 2010
|
Observasi di kapel
komunitas skolastikat
|
|
13.
|
Minggu, 24
Oktober 2010
|
Pembagian
Kuesioner
|
|
14.
|
Kamis, 28
Oktober 2010
|
Observasi di kapel
komunitas skolastikat
|
|
15.
|
Rabu, 3 November 2010
|
Observasi di kapel
komunitas skolastikat
|
|
16.
|
Selasa, 9
November 2010
|
Observasi di kapel
komunitas skolastikat
|
|
17.
|
Minggu, 14
November 2010
|
Observasi di kapel
komunitas skolastikat
|
|
18.
|
Kamis, 18
November 2010
|
Pengumpulan
Kuesioner
|
|
19.
|
Jumat, 19
November 2010
|
Wawancara
dengan Fr. Dinus dan Fr. Stenly
|
|
20.
|
Sabtu, 20 November
2010
|
Wawancara
dengan Fr. Fritz dan Fr. Anto
|
|
21.
|
Rabu, 24
November 2010
|
Wawancara
dengan Romo Sumpana MSC
|
|
22.
|
Minggu, 28
November 2010
|
Observasi di kapel
komunitas skolastikat
|
|
23.
|
1 – 4 Desember
2010
|
Pengolahan
data
|
|
24.
|
5 – 6
Desember 2010
|
Pengetikan
|
|
Lampiran 3.
NAMA-NAMA PARA INFORMAN
I. Penanggung Jawab Unit Manado: Rm. Stefanus Sumpana, MSC
II. Para Frater yang pernah menghuni Unit Manado:
a.
|
Tingkat I :
|
1.
Fr.
Tarsisius Kewa Ama, MSC
2.
Fr. Edwin
Wollah, MSC
|
b.
|
Tingkat
II :
|
3.
Fr.
Leonardus Lelyemin, MSC
4.
Fr. Stefanus
Ardi Watuseke, MSC
5.
Fr. Krisanto
Reyaan, MSC (Sekretaris Unit)
|
c.
|
Tingkat III
:
|
6.
Fr. Petrus
Lefteuw, MSC
7.
Fr. Angky
Kadoang, MSC
8.
Fr. Hendrik
Sumare, MSC
|
d.
|
Tingkat IV :
|
9.
Fr.
Alexander Sisko, MSC
10.
Fr. Steven
Belyanan, MSC
11.
Fr. Frits Ponomban,
MSC (Pala Unit)
12.
Fr.
Hendrikus Nyongki Wawo, MSC (Mantan Sekretaris Unit)
|
e.
|
Tingkat IVb:
|
13.
Fr. Johanes
Wemay, MSC
14.
Fr. Dinus
Palanggan, MSC (Mantan Pala Unit)
15.
Fr. Stenly
Oping, MSC (Mantan Pala Unit)
|
[1] Pada
tahun pembinaan 2009/2010 sebenarnya unit Manado dihuni oleh 14 orang frater.
Namun pada akhir tahun pembinaan dua orang di antaranya mengundurkan diri
sehingga otomatis sekarang tersisa 12 orang yang sudah tersebar di unit-unit
lainnya.
[2] Dalam
hal ini, kami tidak meneliti tentang proses PRH itu sendiri, melainkan hanya
pada PAP semata yang diterapkan oleh Romo Sumpana, MSC di Unit Manado
Skolastikat MSC Pineleng.
[3] Bdk. Yong Ohoitimur, MSC, “Proses
Membentuk Karakter sebagai MSC: Beberapa Gagasan Dasar” (Makalah Seminar
Ilmiah), Pineleng, 7 Desember 2010, hlm. 1.
[4] Personalite et Relations Humaines, Pertumbuhkembangan
Diri Secara Metodik; Latihan Analisa PRH 23, PRH-Indonesia 2002, hlm 1.
[5] Wawancara dengan Rm. St. Sumpana MSC,
tanggal 14 September 2010.
[6] Personalite et Relations Humaines, Pertumbuhkembangan
Diri Secara Metodik; Latihan Analisa PRH 23, PRH-Indonesia 2002, hlm 1-6.
[7] F. Mardi Prasetya, SJ., Ph.L.Psych, Psikologi Hidup Rohani 2 (Yogyakarta:
Kanisius, 1992), hlm 35.
[8] Terry Th Ponomban, Pr., Perjuangan Rohani Semesta (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama,
2006), 17-18.
[9] F. Mardi Prasetya, SJ., Ph.L.Psych, Psikologi Hidup Rohani 2 (Yogyakarta:
Kanisius, 1992), hlm 36.
[10] Dokumen Konsili Vatikan II, Dekrit Tentang Pembaharuan dan Penyesuaian
Hidup Religius, terj. R. Hardawiryana, SJ (Jakarta: Obor, 1993), hlm.
251-252.
[11]
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran
1. Jadwal Penelitian.
[12] Wawancara dengan Rm. St. Sumpana MSC, tanggal
24 November 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar