Jumat, 20 Januari 2012

PENERAPAN METODE PAP DI UNIT MANADO DAN DAMPAKNYA BAGI ASPEK PEMBINAAN HIDUP ROHANI PARA FRATER PESERTA BINA


SEKOLAH TINGGI FILSAFAT SEMINARI PINELENG




 

ɟ傎眞Ⳁɠヸ퐰센ɟ㧰















PENERAPAN METODE PAP DI UNIT MANADO
DAN DAMPAKNYA BAGI ASPEK PEMBINAAN HIDUP ROHANI
PARA FRATER PESERTA BINA
 (Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester
Pada Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Sosial)



Dosen Pembimbing:
Ignatius Welerubun, SS, MA





Disusun Oleh:
Nicolas Renleuw
(Program Studi: FILSAFAT)




Minor III    Semester VII

Pineleng, 2010




BAB I.
PENDAHULUAN
A.  Latar  Belakang  Masalah
Biara Skolastikat MSC Pineleng adalah sebuah wadah pembinaan bagi para frater calon Imam tarekat MSC Provinsi Indonesia. Salah satu aspek penting dan utama yang di tekankan dalam wadah pembinaan calon Imam ini adalah aspek hidup rohani. Dalam upaya pembinaan hidup rohani para frater calon Imam MSC ini, komunitas skolastikat telah memfasilitasinya sedemikian rupa melalui acara-acara harian. Acara-harian yang dimaksud adalah doa-doa bersama komunitas antara lain: doa brevir, misa, meditasi, rekoleksi, salve, dan hora sancta. Dalam prakteknya, tanpa bermaksud meremehkan acara doa bersama yang lain, misa atau perayaan ekaristi sering mendapat penekanan lebih sebagai tolak ukur perkembangan hidup rohani seorang frater calon Imam MSC. Demikianlah kehadiran dalam acara-acara doa bersama ini kemudian menjadi salah satu tolak ukur perkembangan hidup rohani para frater calon Imam MSC tersebut
Pentingnya pembinaan hidup rohani para frater calon Imam ini sendiri ditegaskan dalam Dokumen Konsili Vatikan II, yakni dalam Dekrit ‘Optatam Totius’ tentang Pembinaan Imam khususnya Bagian IV tentang Pembinaan rohani yang lebih intensif. Ataukah DekritPerfectae Caritatis’ tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius pasal 6 menegaskan bahwa hidup rohani harus diutamakan. Hal ini juga dapat terlihat dalam Direktorium Skolastikat MSC Pineleng pasal 152 tentang acara harian di mana terlihat dengan jelas banyaknya waktu yang disediakan komunitas untuk pembinaan aspek ini serta ditempatkan pada pembukaan acara harian. Konstitusi MSC pasal 137-144 juga berbicara tentang Doa, di mana ditekankan pula pentingnya aspek hidup rohani.
Akan tetapi, dalam kenyataan hidup harian yang terjadi di Skolastikat MSC Pineleng, para frater sering mengabaikan acara-acara doa bersama tersebut, khususnya tidak menghadiri perayaan Ekaristi harian karena berbagai alasan. Tak terelakkan gejala ini terjadi juga di Unit Manado, salah satu unit pembinaan dalam skolastikat.
Sebagai tanggapan atas fenomena ini Penanggung Jawab Unit (PJU) Manado, Rm. St. Sumpana MSC menerapkan metode Pedoman Analisa Pribadi (PAP) untuk anggota unit Manado. Metode ini diharapkan dapat membantu para frater untuk mempertanggung-jawabkan ketidakhadirannya dalam Perayaan Ekaristi melalui suatu refleksi yang jernih tentang situasi diri dan keadaan batin. Metode PAP juga sebenarnya memiliki tujuan mulia yakni membantu para frater untuk mengaktualisasikan pesan Konstitusi dan Dokumen Gereja tentang pentingnya doa bagi kehidupan para calon Imam sebagaimana telah diuraikan di atas. Konkretnya, membantu para frater untuk membangun komitmen dalam kesetiaan menghadiri Perayaan Ekaristi. Singkatnya, metode PAP diharapkan turut membantu para frater unit Manado untuk semakin berkembang dalam aspek pembinaan hidup rohani.
Pada kenyataannya, penerapan metode ini menimbulkan pro dan kontra, bukan hanya di dalam unit Manado sendiri tetapi juga di dalam komunitas khususnya di kalangan para frater. Sebagian orang setuju dan sebagian lagi tidak. Dalam situasi pro-kontra tersebut, metode atau kebijakan ini tetap diterapkan dalam unit Manado, dan tentu saja akan tetap dilaksanakan oleh para frater apapun pendapatnya mengingat Kaul Ketaatan yang diikrarkannya. Dan metode ini sudah diterapkan dan dilaksanakan di Unit Manado kurang lebih satu tahun lamanya.
Tentu setiap pihak yang berbeda sikap dalam menanggapi penerapan metode PAP di Unit Manado ini memiliki argumennya masing-masing. Tetapi, yang lebih menarik bagi saya untuk diteliti atau dikaji adalah sejauh mana pengaruh metode PAP ini dalam menunjang perkembangan hidup rohani para frater Unit Manado. Dengan demikian, melalui penelitian dan pengkajian tentang sejauh mana pengaruh metode PAP bagi perkembangan hidup rohani para frater di Unit Manado, diharapkan pula dapat memberikan suatu sumbangan berharga sebagai jalan tengah atas situasi pro-kontra yang terjadi dalam komunitas bina Skolastikat MSC Pineleng.
B.  Perumusan Masalah
Setelah mendeskripsikan latar belakang masalah pada bagian pertama, peneliti merumuskan masalah yang hendak diteliti sebagai berikut: “sejauh mana pengaruh metode Pedoman Analisa Pribadi (PAP) bagi aspek pembinaan hidup rohani para frater unit Manado Skolastikat MSC Pineleng?”.


C.  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dibagi dalam dua (2) jenis: yakni: tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan Umum.
Peneliti membuat penelitian ini dengan tujuan sebagai berikut:
1.                  Untuk memenuhi tuntutan Akademik dari mata kuliah Metodologi Penelitian Sosial di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STF – SP).
2.                  Untuk mendeskripsikan dan memperkenalkan salah satu metode pembinaan yang diterapkan dalam pembinaan para frater Skolastik MSC yakni metode PAP.
3.                  Untuk memperoleh data yang akan dimamfaatkan dalam karya tulis ini sehingga  memiliki nilai dan daya-guna bagi peneliti.
Tujuan Khusus.
Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor apa yang menyebabkan sehingga para frater seringkali lalai dalam membina hidup rohaninya, khususnya dalam hal kehadiran dalam perayaan Ekaristi.
2.      Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penerapan metode PAP bagi perkembangan hidup rohani para frater.
D.  Manfaat/Pentingnya Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)      Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk belajar menjadi seorang peneliti sosial.
2)      Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk memberikan informasi atau deskripsi umum tentang sejauh mana pengaruh penerapan metode PAP bagi perkembangan hidup rohani para frater unit Manado.
3)      Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para frater agar dapat menjadi pribadi yang peka dan tanggap terhadap aspek pembinaan hidup rohani.
4)      Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan berharga sebagai jalan tengah atas situasi pro-kontra yang terjadi dalam komunitas bina Skolastikat MSC Pineleng sehubungan dengan penerapan metode PAP di Unit Manado.
5)      Selain itu, manfaat yang dapat diberikan melalui penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas semester dari mata kuliah Metodologi Penelitian Sosial.
E.      Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di komunitas Biara Skolastikat MSC Pineleng, khususnya Unit Pembinaan Manado. Unit Manado saat ini, yakni periode tahun pembinaan 2010-2011 dihuni oleh 15 frater minor yang berasal dari tingkat I-IV yang didampingi oleh seorang pastor yakni Rm. St. Sumpana MSC. Mengingat metode PAP sudah diterapkan di Unit Manado sejak tahun pembinaan 2009-2010, maka ada juga 12 orang frater berbeda[1] yang sekarang menghuni unit-unit pembinaan lain tetapi pernah juga menggunakan metode PAP. Oleh karena itu, ada kurang lebih 27 frater yang dapat dijadikan sebagai informan. Adapun peneliti hanya akan memilih 15 orang diantaranya sebagai informan.
F.      Literatur Review
Dalam proses penelitian ini, peneliti akan menguraikan beberapa istilah dari permasalahan yang diambil, yakni “Sejauh Mana Pengaruh Penerapan Metode Pedoman Analisa Pribadi (PAP) bagi perkembangan Hidup Rohani Para Frater Unit Manado Skolastikat MSC Pineleng”.
1.   Pemahaman tentang Pedoman Analisa Pribadi (PAP)
a.      Personalite et Relations Humaines (PRH)
Pedoman Analisa Pribadi (PAP) merupakan salah satu cara atau metode refleksi yang dikembangkan dan menjadi ciri khas utama dari suatu proses pelatihan pengembangan diri yang dikenal dengan nama Personalite et Relations Humaines (PRH) yang dalam bahasa Indonesia disebut Kepribadian dan Relasi-Relasi Antar Manusia.[2] Sistem PRH lahir dan didirikan di Prancis dan kemudian berkembang hingga ke Indonesia. Sistem PRH dikembangkan melalui sebuah organisasi yang tertata rapi dan memiliki fasilitator-fasilitator resmi di setiap negara yang mendapat lisensi langsung dari pusatnya di Prancis dan bahkan lisensi tersebut harus diperbaharui terus setiap tahunnya.
PRH sudah cukup dikenal di Indonesia sebagai salah satu proses pembinaan yang cukup mumpuni. Berbagai programnya seperti ‘who am I?’, ‘leading my life’, ‘discovering the core of my identity’, ‘growing in personal solidity’, ‘finding fulfiiment in my work’ dst, diberikan secara bertahap sesuai perkembangan masing-masing pribadi peserta prosesnya. Dalam arti tersebut, proses pembinaan lewat PRH sebenarnya merupakan bagian yang penting dari proses pembentukan karakter seseorang. [3]
Saat ini ada dua orang fasilitator PRH yang berasal dari dan tinggal di Indonesia yakni Rm. Hendrikus Suhendro MSC dan Rm. St. Sumpana MSC. Kebetulan kedua tokoh ini merupakan Pembina di Pranovisiat (Romo Hendro) dan Skolastikat MSC Pineleng (Romo Sumpana) sehingga mereka pun juga menerapkan atau mengambil unsur-unsur PRH untuk diterapkan dan turut mewarnai jalannya pembinaan di kedua rumah bina tarekat MSC Indonesia tersebut.
b.      Pedoman Analisa Pribadi
Sebagaimana sudah dijelaskan dalam bagian latar belakang masalah, di Skolastikat MSC khususnya unit pembinaan Manado, Rm. St. Sumpana MSC menerapkan metode PAP untuk menanggulangi fenomena kelalaian para frater dalam menghadiri perayaan Ekaristi.
PAP dirancang untuk memungkinkan penggunanya untuk mengenali diri sendiri melalui pangalaman-pengalaman pribadi, agar si pengguna dapat menganalisa dan menggali secara metodik realitas-realitas dirinya.[4] Lebih konkret, Rm. Sumpana menjelaskan bahwa penerapan metode PAP di Unit Manado Skolastikat MSC bertujuan untuk membantu para frater untuk mempertanggungjawabkan kehidupan rohaninya secara dewasa, khususnya ketidakhadirannya dalam perayaan Ekaristi.[5]
Agar dapat menggali dan menganalisa realitas-realitas diri secara metodik, PRH memberikan langkah-langkah menulis atau mengerjakan PAP sebagai berikut.[6]
1)      Menulis situasi hidup yang dialami.
2)      Memfokuskan diri pada penginderaan yang hidup.
3)      Menjabarkan penginderaan atau menganalisa penginderaan yang hidup dan reaksi batin
4)      Mengelola reaksi batin yang negatif untuk menemukan hal baru tentang diri.
2.   Pemahaman tentang Hidup Rohani
Hidup rohani adalah suatu aktivitas total yang melibatkan seluruh kepribadian kita untuk menjawab Allah. Hidup rohani bukan hanya soal intelegensi tetapi menyertakan seluruh daya yang ada pada tiap pribadi untuk menjawab Allah, termasuk daya-daya kognitif atau intelektual, daya-daya afektif dan kemampuan kehendak.[7] Dalam perjalanan rohani, tiap pribadi pasti menghadapi kesulitan dan hambatan entah dalam level intelektual, afeksi maupun penghendakan karena disposisi real yang dimiliki atau juga karena pengaruh dari lingkungan sekitar.[8] Hanya apabila disertai dengan kemampuan dan ketrampilan tertentu kita dapat mengolah hidup dan dapat mencari sarana yang sekaligus dapat menyentuh dan membongkar dinamika bawah sadar yang jelas mempengaruhi diri kita untuk membatinkan nilai-nilai dan sikap dalam panggilan.[9]
 Dalam bentuk hidup religius, pembinaan hidup rohani merupakan salah satu syarat mutlak. Alasannya, misalnya, dijelaskan secara rinci dalam Dekrit Perfectae Caritatis sebagai berikut:
“…Karena para religius pertama-tama telah menanggapi panggilan Allah dengan mengikrarkan nasehat-nasehat injili, sehingga mereka tidak hanya mati bagi dosa, melainkan dengan mengingkari dunia, hidup semata-mata bagi Allah. Sebab seluruh hidup telah mereka baktikan untuk mengabdi kepada-Nya… Karena penyerahan diri itu telah diterima oleh Gereja, maka hendaknya mereka menyadari kewajiban mereka untuk mengabdi kepada-Nya… Dalam segala situasi hendaknya mereka berusaha mengembangkan kehidupan yang bersama Kristus tersembunyi dalam Allah, yang menjadi sumber serta dorongan untuk mencintai sesame demi keselamatan dunia dan pembangunan Gereja… Maka dari itu para anggota tarekat-tarekat hendaknya memelihara semangat doa dan doa sendiri, sambil dengan tekun menimba dari sumber-sumber spiritualitas Kristiani yang asli… mengambil Kitab Suci…merayakan liturgi suci dengan hati dan bibir, terutama misteri Ekaristi suci, dan dari sumber yang kaya melimpah itu memupuk hidup rohani mereka…”[10]
Dengan demikian, hidup rohani sebenarnya bukan hanya melulu soal urusan masing-masing pribadi dengan Allah meskipun inilah aspek yang paling penting (forum internum). Dari segi pembinaan formal di lembaga-lembaga pembinaan, kriteria pertumbuhan hidup rohani seseorang juga diukur lewat kehadiran atau partisipasi dalam doa-doa pribadi dan terutama doa-doa bersama (forum externum). Karena itu, perkembangan hidup rohani yang jujur kiranya diukur melalui aspek ini, baik lahiriah maupun batiniah.
3.   Relasi Metode Pedoman Analisa Pribadi dengan Aspek Hidup Rohani
Sebagaimana sudah dikemukakan di atas, hidup rohani merupakan salah satu aspek penting dalam pembinaan para frater calon imam tarekat MSC. Sebagai suatu aktivitas yang berkaitan langsung dengan Yang Ilahi, hidup rohani tidak hanya menyangkut soal intelegensi semata tetapi juga afeksi dan daya-daya kehendak. Kemajuan dan kemunduran hidup rohani dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik intern maupun ekstern yakni lingkungan sekitarnya. Karena itu, untuk mencapai kematangan dalam aspek hidup rohani, seseorang dituntut untuk terus-menerus membina dirinya melalui sarana-sarana yang tepat.
Dalam hal inilah kita dapat melihat hubungan atau kaitan langsung aspek hidup rohani dengan metode PAP. Sebagai sebuah metode dalam pengembangan diri, metode PAP menawarkan suatu cara refleksi yang melibatkan juga aspek afeksi dan intelegensi yakni terutama dalam menganalisa realitas pengalaman inderawi yang dialami. Dengan kata lain, melalui analisa terhadap realitas pengalaman inderawi tersebut, orang diajak untuk melihat lebih dalam hidup rohaninya.
Karena itu, secara teori idealnya metode PAP merupakan salah satu sarana yang tepat dalam mengembangkan hidup rohani. Namun perlu diingatkan pula bahwa sarana-sarana tertentu yang digunakan akan dapat lebih efektif apabila para penggunanya memiliki kemampuan dan keterampilan tertentu pula yang memungkinkannya untuk menggunakan sarana yang tepat dalam mengembangkan hidup rohaninya. Sederhananya, metode tertentu dapat efektif apabila pelakunya memiliki kemauan dan merasa cocok dalam menggunakannya. Karena itu kita tidak dapat langsung mengatakan bahwa metode tertentu dapat secara langsung membawa perubahan pada penggunanya. Karena itu, peneliti merasa perlu untuk meneliti secara langsung sejauh mana pengaruh metode PAP bagi perkembangan hidup rohani para frater unit Manado Skolastikat MSC Pineleng.
G.    Metodologi Penelitian
1.   Lokasi Penelitian:
Unit pembinaan Manado, Biara Skolastikat MSC, Pineleng.
2.   Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan metode observasi, kuesioner dan wawancara kepada para informan. Alasan penggunaan metode ini karena peneliti sendiri hidup bersama-sama dalam satu komunitas dan juga turut bersama-sama merasakan dan terlibat langsung dalam menjalankan  segala aturan hidup yang berlaku di dalam komunitas Skolastikat MSC, khususnya dalam unit pembinaan Manado. Dengan observasi yang dimaksud, peneliti dapat mengukur dan menganalisa secara real bagaimana pengaruh penerapan metode PAP bagi perkembangan hidup rohani para frater di unit Manado. Akhirnya, melalui metode wawancara peneliti dapat lebih dalam menggali dan memahami bagaimana masing-masing pribadi informan mengalami pengaruh penerapan metode PAP bagi perkembangan hidup rohaninya. Di sini peneliti sungguh-sungguh dibantu karena dapat menggalinya bersama-sama dengan merangkum semua data-data yang ada lewat dua metode pertama, yakni observasi dan kuesioner.
3.   Seleksi Informan
Dalam menentukan informan tidak semua frater Skolastik MSC yang dipilih. Di sini peneliti menggunakan Teknik Turki, dengan alasan peneliti bertanya langsung kepada para frater, siapakah dari antara mereka yang dapat bersedia menjadi informan bagi peneliti dalam penelitian ini. Sedikitnya, peneliti meminta bantuan 15 orang frater sebagai informan dalam penelitian ini. Alasan pemilihan ini adalah karena bagi peneliti 15 orang frater tersebut dapat mewakili seluruh frater yang pernah mengalami model pembinaan dengan metode PAP di unit pembinaan Manado dalam dua tahun pembinaan terakhir.
4.   Instrumen Penelitian
Instrumen atau sarana-sarana yang digunakan peneliti dalam mengadakan penelitian yakni daftar nama para frater beserta dengan konsep pertanyaan panduan agar pembicaraan dan proses pengumpulan data dapat berjalan sesuai dengan tujuan peneliti. Selain itu peneliti juga menggunakan kertas buram dan bulpoin untuk mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh para informan. Peneliti juga menggunakan sarana komputer dalam penyelesaian tugas penelitian ini.
5.   Strategi Analisis Data
Dalam mengolah dan menganalisa data-data yang kami peroleh dari penelitian, kami merujuk pada kerangka teoretis yang telah kami kemukakan pada bagian literatur review.
6.   Tahap-tahap Penelitian
Dalam mengadakan penelitian ini, peneliti berjalan melalui suatu proses dan beberapa tahapan dengan maksud agar penelitian yang dilakukan lebih sistematis dan koheren, sehingga hasil yang diperoleh juga dapat dipahami secara sistematis. Beberapa tahapan yang dilalui oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a.      Pemilihan dan Perumusan Tema dan Topik
Pada tahap ini  peneliti mencoba memilih tema dan menentukan topik penelitian. Awalnya peneliti agak merasa bingung untuk memilih Tema dan topik penelitian yang hendak didalami. Namun, dengan melihat begitu banyak realitas yang di dalam kehidupan peneliti sendiri, secara khusus dalam kehidupan berkomunitas maka peneliti memutuskan untuk memilih persoalan yang lebih dekat dialami oleh para frater. Dari berbagai tema yang ada sesuai dengan realitas maka peneliti lebih memilih tema “Dampak Metode Pedoman Analisa Pribadi (PAP)”. Kemudian dengan adanya tema tersebut peneliti mulai menentukan topik yang menyangkut persoalan ambulasi, lebih jelasnya penulis mengangkat topik: “Kebijakan Metode Pedoman Analisa Pribadi dan Pengaruhnya bagi Aspek Pembinaan Hidup Rohani Para Frater Unit Manado Skolastikat MSC Pineleng”.
b.      Penentuan Metodologi Penelitian
Pada tahap ini, peneliti mencoba menentukan metode penelitian yang akan dipakai dalam proses penelitian ini, serta menyusun program perencanaan penelitian. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah Metode Observasi (pengamatan), Metode Kuesioner dan Wawancara.
c.       Pengumpulan Data.
Pada bagian ini, peneliti melakukan beberapa hal sehubungan dengan pengumpulan data. Pengumpulan data ini dibuat dengan menggunakan ketiga metode tersebut. Penggunaan ketiga metode ini adalah agar kami dapat memperoleh data yang akurat dan komprehensif.[11]
d.      Pengolahan dan analisa data
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan mengadakan pengolahan data, dan analisa data. Hasil yang diperoleh dari pengolahan data ini merupakan hasil final/keseluruhan. Data   yang telah terkumpul akan mempermudah penulis dalam proses pengetikan.
1)      Pengetikan
Setelah merangkum semua data yang diperoleh maka pada tahap ini peneliti mulai mengadakan pengetikan.
2)      Pengeditan.
Setelah mengadakan pengetikan, maka pada tahap selanjutnya peneliti mengadakan pengeditan untuk mengoreksi hal-hal teknis yang berhubungan dengan proses pengetikan.  
e.      Pembuatan laporan penelitian
Setelah mengadakan proses pengeditan dan segala hasil koreksinya maka tahap selanjutnya adalah membuat laporan akhir hasil peneltian.

BAB II.
PROFIL UNIT MANADO SKOLASTIKAT MSC PINELENG
A. Sejarah Singkat Wilayah Penelitian
Unit Manado sebagai wilayah penelitian kami merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan unit-unit tempat tinggal lainnya dan membentuk komunitas Skolastikat MSC. Karena itu yang akan kami paparkan di sini adalah sejarah Skolastikat MSC Indonesia secara umum.
Skolastikat  MSC Indonesia di Pineleng didirikan oleh para MSC perintis dan pendahulu dari Belanda sebagai bentuk kepedulian bagi pendidikan dan pembinaan para calon Imam MSC pribumi di Indonesia. Pada awalnya Skolastikat MSC masih bergabung dan merupakan bagian dari Seminari Tinggi Hati Kudus Pineleng yang adalah Seminari Tinggi untuk Keuskupan Manado. Seminari ini diresmikan dan ditahbiskan pada tanggal 15 Agustus 1954 oleh Mgr. Nicolaus Verhouven MSC. Para calon imam MSC pribumi pertama yang didik di Seminari Pineleng, di antaranya adalah Pater J. Talibonso MSC, Pater P. B. Resubun MSC, dan  Pater J. Pondaag MSC, terlebih dahulu mengikuti kursus Filsafat selama dua tahun. Setelah itu, pada tahun 1956. Mereka mengikuti tahun Novisiat MSC yang pertama di Paal III, Manado. Kemudian pada tanggal 22 Agustus 1958, Skolastikat MSC bagi para frater Skolastikat MSC pribumi dimulai dan dijalani sambil menekuni studi Teologi selama 4 tahun di Seminari Tinggi Pineleng.
Kemudian proses pembinaan dan pendidikan para frater Skolastikat MSC berlangsung sebagaimana yang diwariskan sejak angkatan pertama ini, yakni: setelah para calon MSC mengikuti kursus Filsafat selama 1 tahun, mereka menjalani satu tahun Novisiat (sekarang di Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah) hingga mengikrarkan Kaul Pertama dan secara resmi diterima menjadi anggota dari Tarekat MSC. Setelah itu mereka kembali mengikuti studi Teologi selama 4 tahun di Seminari Tinggi Pineleng tahun 1983.
Pada tahun 1984, Skolastikat  MSC mulai berdiri sendiri, terpisah dari Seminari Tinggi Pineleng yang dihuni oleh para frater calon imam Diosesan Manado dan Diosesan Amboina. Pada tahun yang sama, mulailah proses pembangunan kompleks rumah bina  Skolastikat MSC, yang akhirnya dapat diselesaikan dan kemudian diberkati dan diresmikan pada tanggal 1 Februari 1987 oleh wakil pemimpin umum MSC pada masa itu, Pater Denis J. Murphy MSC. Kompleks rumah bina itulah yang kini ditinggali oleh para frater Skolastikat MSC hingga hari ini, dengan nama “Biara Hati Kudus MSC”.
Pada tahun 2006, diadakan proses renovasi bertahap terhadap keempat unit pembinaan yakni dimulai dari Unit Merauke, Unit Amboina, Unit Manado dan Unit Purwokerto. Karena terkendala dana maka proses renovasi ini akhirnya berhenti pada tahun 2008 dengan diselesaikannya renovasi Unit Purwokerto. Sesudah renovasi, masing-masing dari keempat unit pembinaan tersebut memiliki 1 buah kapel, 1 buah ruang rekreasi, 1 buah kamar untuk penanggung jawab unit, 16 kamar frater, 6 buah km/WC, ruang cuci, taman tengah, 1 buah gudang kecil, dan kolam ikan (Unit Merauke).

B. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Unit Manado adalah salah satu unit pembinaan dalam komunitas bina Skolastikat MSC Pineleng. Dari segi letak geografis, ia pun berada dalam satu kesatuan dengan gedung atau bangunan-bangunan lain dalam wilayah Skolastikat MSC. Sebelah barat berbatasan dengan Unit Purwokerto, sebelah Timur berbatasan dengan Unit Amboina, sebelah Selatan berbatasan dengan Unit Borneo dan sebelah Utara berbatasan dengan Unit Nusantara dan Kapel Komunitas Skolastikat.
Sementara itu, sebagai satu kesatuan, rumah bina Skolastikat MSC terletak di desa Pineleng II, Jaga VI kecamatan Pineleng, kabupaten Minahasa Induk, 9 Km dari kota Manado. Adapun batas-batas wilayah Skolastikat MSC sebagai berikut: Bagian Utara: dan Selatan dibatasi oleh rumah-rumah penduduk. Sedangkan, bagian Timur dibatasi oleh desa Lotta, dan bagian Barat dibatasi oleh jalan raya umum Manado –Tomohon. Para pendatang baru yang hendak mengetahui keberadaan Skolastikat MSC Pineleng pun dapat dengan mudah menemukannya. Perjalanan dari kota Manado (terminal Karombasan) menuju ke desa Pineleng II memakan waktu kurang lebih 10-15 menit dengan menggunakan kendaraan umum. Biaya transportasinya sekitar Rp. 2. 500/orang. Struktur letak rumah bina Skolatikat MSC yang berbatasan langsung dengan jalan raya Manado – Tomohon dan juga wilayah permukiman penduduk desa Pineleng memudahkan orang untuk menemukannya.
Sebagai salah satu unit dari Skolastikat MSC Pineleng, saat ini Unit Manado ditempati oleh 16 orang anggota tarekat MSC yakni seorang romo pendamping dan 15 orang frater. Kecuali pastor pendamping, anggota unit Manado biasanya berganti-ganti setiap tahunnya. Sebagaimana yang sudah kami kemukakan pada bagian-bagian terdahulu, yang menjadi responden kami pada penelitian ini bukan hanya para frater anggota atau penghuni unit Manado sekarang tetapi juga pada tahun pembinaan sebelumnya yakni mereka yang telah merasakan terlebih dahulu penerapan metode PAP pada tahun pertamanya yang saat ini berjumlah sekitar 12 orang. Sehingga secara keseluruhan ada 27 frater yang pernah menghuni unit Manado selama penerapan metode PAP.
Secara demografis, Unit Manado dipimpin oleh seorang pala unit dan dibantu seorang sekretaris serta fungsionaris-fungsionaris unit lainnya. Saat ini Fr. Fritz Ponomban MSC menjabat sebagai Pala Unit dan Fr. Krisanto Reyaan MSC menjabat sebagai sekretaris unit. Sementara itu, ke 27 frater yang pernah mengalami pembinaan dengan metode PAP di Unit Manado dapat dirinci sebagai berikut:
Ø  Tingkat IVb            : 4 orang
Ø  Tingkat IV              : 7 orang
Ø  Tingkat III              : 7 orang
Ø  Tingkat II               : 5 orang
Ø  Tingkat I                : 4 orang
Adapun para frater tersebut berasal dari berbagai daerah atau suku di Indonesia, antara lain: Manado, Kei, Tanimbar, Banggai, Toraja, Papua, Jawa, Jakarta, Dayak (Kalimantan Barat), dan Palembang.


BAB III
MENCERMATI REALITAS PENERAPAN METODE PAP DI UNIT MANADO
DAN DAMPAKNYA BAGI ASPEK PEMBINAAN HIDUP ROHANI
PARA FRATER PESERTA BINA

Sebagaimana sudah kami jelaskan sebelumnya, kedatangan Romo St. Sumpana MSC sebagai PJU Unit Manado dengan latar belakang PRH-nya turut memberikan warna tersendiri bagi pembinaan di Unit Manado. Salah satu kebijakannya yang turut memberi warna bagi pembinaan di Unit Manado adalah penerapan salah satu metode pembinaan dalam PRH yakni Metode Pedoman Analisa Pribadi. Penerapan kebijakan Metode PAP merupakan tanggapan terhadap realitas di komunitas Skolastikat MSC dan Unit Manado secara khusus di mana para frater seringkali lalai mengikuti perayaan Ekaristi. Bagi Romo Sumpana, kehadiran dalam Perayaan Ekaristi menjadi sebuah standar dalam mengukur hidup rohani seorang frater peserta bina. Secara konkret, para frater di Unit Manado yang tidak mengikuti perayaan Ekaristi diwajibkan untuk berefleksi dengan langkah-langkah pedoman analisa pribadi tersebut. Dengan kata lain, para frater yang tidak hadir dalam Perayaan Ekaristi dapat mempertanggungjawabkan ketidakhadirannya secara jujur. Idealnya, metode PAP dimaksudkan untuk membantu para peserta bina untuk semakin berkembang dalam hidup rohaninya.
Pada bagian ini kami akan memberikan gambaran berdasarkan penelitian yang kami buat yaitu bagaimana pengaruh Metode PAP bagi perkembangan hidup rohani para frater Unit Manado tersebut. Pertama, kami akan memaparkan realitas keadaan Unit Manado pasca penerapan Metode PAP. Kemudian pada bagian selanjutnya kami akan mencoba menganalisa bagaimana pengaruh metode PAP tersebut bagi perkembangan hidup rohani para frater


A.     Realitas Unit Manado Pasca Penerapan Metode PAP
1.      Kebijakan Metode Pedoman Analisa Pribadi (PAP)[12]
Dalam penerapannya di Unit Manado, pedoman analisa pribadi wajib dikerjakan oleh para frater peserta bina yang tidak menghadiri Perayaan Ekaristi untuk setiap harinya. Melalui PAP tersebut, para frater yang bersangkutan diminta untuk mendeskripsikan situasinya pada hari tersebut. Sambil menguraikan situasinya, si frater diminta untuk merasakan dinamika batinnya melalui penginderaan-penginderaan yang hidup. Sesudah itu, ia diminta untuk memilih salah satu penginderaan yang paling hidup dan kemudian mengeksplorasi dn menguraikannya secara mendetail. Seringkali tidak jarang seorang frater yang mengerjakan PAP diminta untuk berefleksi ulang apabila refleksinya dianggap kurang mendalam atau kurang sesuai dengan langkah-langkah yang dimaksudkan dalam PAP.
Refleksi berdasarkan PAP tersebut kemudian disharingkan kepada seluruh anggota Unit Manado dalam satu minggu berjalan. Sesudah itu, hasil refleksi tersebut dikumpulkan kepada penanggung jawab unit sebagai data untuk menjadi salah satu acuan dalam evaluasi perkembangan hidup rohaninya nanti. Dalam arti bukan hanya soal isi refleksinya yang berupa dinamika batinnya tetapi juga soal aspek lahiriah yakni berapa kali seorang frater peserta bina mengerjakan PAP dalam satu semester atau satu tahun.
Pada dasarnya, Romo Sumpana selaku penanggung jawab unit mengharapkan kejujuran dari para frater untuk secara sadar mengambil dan mengerjakan PAP apabila ia tidak mengikuti perayaan Ekaristi. Tetapi di samping itu, Romo juga mengadakan pengamatan langsung terhadap para frater Unit Manado sehingga ia juga mengingatkan apabila ada frater yang belum mengerjakan PAP pada hari tertentu di mana ia tidak menghadiri suatu perayaan Ekaristi.

2.      Kehadiran Para Frater Dalam Perayaan Ekaristi
Sudah kami utarakan bahwa dalam mengukur perkembangan hidup rohani seseorang ada dua aspek penting yang perlu diperhatikan yakni aspek lahiriah dan aspek batiniah. Karena itu, pada bagian ini kami akan memaparkan sejumlah data menyangkut keadaan hidup rohani para frater Unit Manado berdasarkan kedua aspek tersebut.

a.      Intensitas Kehadiran (Aspek Lahiriah)
Sejauh pengamatan yang kami buat dan juga berdasarkan pengakuan dari para informan serta Romo Sumpana sendiri, sejak diterapkannya kebijakan metode PAP intensitas kehadiran para frater Unit Manado dalam mengikuti Perayaan Ekaristi cenderung meningkat dan lebih stabil dibandingkan masa-masa sebelumnya dan juga dibandingkan dengan kehadiran anggota unit lain dalam komunitas Skolastikat MSC Pineleng. Dalam satu minggu bahkan satu bulan, adakalanya hanya ada satu atau dua orang frater saja yang tidak berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi. Bahkan dalam hitungan minggu atau bulan tersebut, adakalanya intensitas kehadiran tersebut mencapai persentasi seratus persen. Kenyataan yang menunjuk pada aspek lahiriah ini tentu saja menjadi sebuah hal yang menggembirakan.
Walaupun demikian, kenyataan lain yang mencuat ialah bahwa intensitas kehadiran para frater Unit Manado dalam perayaan Ekaristi ternyata belum benar-benar stabil, khususnya dalam periode waktu tertentu. Mayoritas informan mengakui secara blak-blakan bahwa intensitas kehadiran tersebut sedikit menurun dan bahkan kadang-kadang sangat mencolok pada saat Romo Sumpana sebagai penanggung jawab unit sedang tugas keluar daerah. Dalam bahasa percakapan harian di gang-gang unit, kadang-kadang persentasi kehadiran para frater tersebut dipengaruhi faktor ‘kalo ada Romo’. Kenyataan ini tentu saja kurang menggembirakan dan bahkan cenderung menimbulkan tanda tanya besar.
Hal lain yang menjadi salah satu objek penelitian kami ialah soal perbandingan kehadiran dalam Perayaan Ekaristi dengan waktu-waktu doa bersama lainnya. Berdasarkan penuturan para informan dan pengamatan yang kami buat, intensitas persentasi kehadiran para frater dalam Perayaan Ekaristi ini belum sejalan dengan persentasi kehadiran dalam waktu-waktu doa bersama lainnya, khususnya waktu-waktu doa brevir. Kecuali pada hari Selasa, yakni hari yang dikhususkan bagi pembinaan unit, persentasi kehadiran para frater unit Manado dalam acara doa-doa bersama masih sangat kurang.

b.      Motivasi Kehadiran (Aspek Batiniah)
Dalam penelitian yang kami buat, kami juga mencoba menelusuri motivasi kehadiran para frater. Dengan demikian kami mencoba mendapatkan gambaran yang utuh tentang aspek hidup rohai dari segi batiniah atau kualitas kehadiran guna menunjang apa yang telah kami paparkan sebelumnya menyangkut kuantitas kehadiran.
Dari penelitian tersebut kami menemukan rupa-rupa motivasi yang timbul dalam hati para frater peserta bina Unit Manado ketika memutuskan untuk mengikuti suatu Perayaan Ekaristi. Perlu kami ingatkan sebelumnya bahwa rupa-rupa motivasi yang akan kami paparkan ini bukanlah suatu motivasi milik orang tertentu dan menetap terus. Motivasi-motivasi tersebut merupakan motivasi yang dominan dalam diri para frater secara umum dan juga selalu dinamis setiap harinya dalam arti dapat berubah-ubah untuk setiap harinya untuk masing-masing frater.  Berdasarkan motivasi-motivasi tersebut, kita dapat melacak dampak penerapan metode PAP bagi perkembangan hidup rohani para frater Unit Manado. Berbagai motivasi yang kami peroleh dari para informan adalah sebagai berikut.

1)      Ekaristi sebagai kebutuhan
Berdasarkan penuturan para informan, kami menemukan bahwa salah satu alasan kehadiran atau partisipasi para frater Unit Manado dalam Perayaan Ekaristi adalah bahwa karena memang mereka tergerak untuk menjawab panggilan atau undangan Allah. Dengan kata lain, Ekaristi menjadi sebuah kebutuhan untuk memenuhi kerinduan ingin bersatu dengan Allah, Sang Pemberi Hidup dan berkat. Inilah suatu bentuk motivasi yang sungguh-sungguh murni. Motivasi yang berasal dari dalam batin. Dengan demikian, seseorang menghadiri Perayaan Ekaristi secara sadar, tahu dan mau.
Selain itu, masuk dalam kategori ini adalah mereka yang memandang Ekaristi sebagai sarana pendewasaan pribadi dan pendisiplinan diri. Karena itu, Ekaristi menjadi sebuah harga mati. Dalam situasi lahir dan batin apa pun, seseorang tergerak untuk selalu berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi setiap harinya.
Sebenarnya, bentuk motivasi ini ada bukanlah sebagai sebuah dampak langsung dari penerapan metode PAP. Hanya saja para informan mengakui bahwa kebijakan penerapan metode PAP juga turut membantu mengingatkan mereka akan komitmennya tersebut.

2)      Aspek  tanggung jawab
Para informan juga mengakui secara gamblang bahwa kadang-kadang kebijakan PAP menjadi pendorong bagi mereka dalam menghadiri Perayaan Ekaristi. Maksudnya ialah bahwa PAP memberikan sebuah pemahaman baru bagi mereka bahwa menghadiri Perayaan Ekaristi merupakan bagian dari tanggung jawab mereka dalam hal pembinaan hidup rohani sebagai seorang biarawan calon Imam MSC. Dengan kata lain, secara tidak langsung PAP memberikan penyadaran bagi mereka soal tanggung jawab dalam mengikuti Ekaristi.

3)      Takut PAP/Takut Dinilai
Di samping kedua motivasi tersebut di atas yang bernada positif, ada juga motivasi yang bernada negatif. Sebagian informan mengakui secara jujur bahwa kehadiran mereka dalam Perayaan Ekaristi juga disebabkan karena faktor takut mengerjakan PAP atau dengan kata lain takut untuk dinilai. Hal ini tidak dapat dipungkiri mengingat bahwa sejak diterapkannya kebijakan PAP, para informan tersebut merasa bahwa mereka selalu diamat-amati oleh PJU. Di samping itu, seperti sudah kami kemukakan sebelumnya, lembaran-lembaran refleksi PAP yang dikerjakan tersebut akan dijadikan data untuk mengevaluasi perkembangan hidup rohani para frater peserta bina untuk satu semester atau satu tahun pembinaan. Karena itu, mereka mengakui bahwa secara tidak langsung kehadiran mereka dalam Perayaan Ekaristi juga didasari semangat agar menghindari membuat refleksi PAP atau dengan kata lain menghindari kesan negatif dalam aspek hidup rohani mereka. Dampaknya ialah bahwa ketika PJU tidak berada di tempat, ada godaan untuk tidak mengikuti Perayaan Ekaristi. Dan memang sebagian informan mengatakan secara jujur bahwa hal tersebut sering juga terjadi.

4)      Kewajiban atau Rutinitas
Ada pula pengakuan lain dari para informan bahwa sejak diterapkannya kebijakan PAP, mereka merasa bahwa menghadiri Perayaan Ekaristi hanyalah sebagai bagian dari menjalankan kewajiban semata. Walaupun demikian, alasan ini dapat pula bernada positif. Maksudnya ialah bahwa mereka mengakui bahwa dengan kehadiran dalam Perayaan Ekaristi yang rutin tersebut ada ‘sesuatu’ hal yang dapat mereka petik. Meskipun kadang-kadang mereka merasa kering, kosong atau tidak mendapat siraman rohani langsung dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. Sebagian informan mengakui bahwa kesetiaan dalam mengikuti Perayaan Ekaristi sendiri sudah merupakan suatu nilai atau makna yang dapat bermanfaat bagi perkembangan hidup rohaninya.

3.      Pengalaman Para Pembuat PAP
Sudah kami kemukakan pula bahwa dalam prakteknya yang diminta membuat refleksi berdasarkan PAP hanyalah mereka yang tidak menghadiri Perayaan Ekaristi. Dari hasil penelitian kami menemukan bahwa tidak semua frater penghuni Unit Manado pernah mengerjakan PAP. Dengan kata lain, ada peserta bina yang tidak pernah lalai mengikuti Perayaan Ekaristi. Namun ada juga informan yang mengaku pernah lalai mengikuti Perayaan Ekaristi satu atau beberapa kali namun kelalaian tersebut luput dari pengamatan PJU karena PJU sedang keluar daerah.
Dari penelitian ini kelihatan pula bahwa ada beberapa frater peserta bina yang menjadi semacam pelanggan tetap dalam membuat PAP. Selain itu, ada juga peserta bina lain yang ‘hanya’ satu atau dua kali mengerjakan PAP dalam kurun waktu satu semester atau satu tahun pembinaan.
Oleh karena itu, pentinglah pula kiranya untuk mengetahui bagaimana pengalaman atau apa yang dialami dan dirasakan oleh para frater yang pernah mengerjakan PAP tersebut. Dalam arti ini, kita dapat melihat bagaimana metode PAP itu sendiri dapat membantu para penggunanya untuk berefleksi. Kami menemukan bahwa ada dua jenis pengalaman atau ungkapan hati umum dari para pembuat PAP yakni sebagai berikut.

a.      Merasa terbantu
Berdasarkan pengakuan dan ungkapan hati para informan, kami menemukan bahwa para frater yang mengerjakan PAP merasa sangat terbantu dengan metode tersebut. Alasan-alasan yang kami temukan antara lain bahwa PAP memang membantu para frater untuk bertanggung jawab dengan situasi atau keadaannya,  khususnya ketika ia memutuskan untuk tidak menghadiri Perayaan Ekaristi. PAP membantu mereka untuk dapat mengeksplorasi dunia batin dan lebih masuk ke dalam diri guna mengerti dan menyadari situasi batinnya. Lebih jauh, PAP juga membantu menyadarkan mereka akan pentingnya menghadiri Perayaan Ekaristi. Dengan demikian, mereka merasa semakin bertumbuh dalam kehidupan rohaninya.

b.      Merasa terpaksa/terbebani
Selain merasa terbantu, beberapa informan juga mengakui bahwa adakalanya mereka merasa terpaksa dalam mengerjakan PAP. Alasan yang sering muncul ialah bahwa karena padatnya waktu mereka untuk berbagai aktifitas dan terutama ialah aktifitas kuliah atau akademik. Karena itu, mereka justru memandang PAP sebagai beban. Di samping itu ada pula yang memandang PAP sebagai hukuman belaka. Semuanya itu mengakibatkan seringkali mereka menjadi tidak jujur dalam mengerjakan PAP. Atau juga berefleksi seadanya. Alasan lain yang mereka berikan ialah karena metode ini hanya diterapkan di Unit Manado saja sehingga ada kesan bahwa pembinaan di Unit Manado lebih banyak tuntutannya dibandingkan unit-unit pembinaan lainnya dalam Skolastikat MSC Pineleng.

B.     Pengaruh Metode PAP bagi Aspek Pembinaan Hidup Rohani Para Frater Unit Manado: Sebuah Analisa
Berdasarkan apa yang telah kami paparkan pada bagian sebelumnya, dapat mulai terlihat secara jelas bagaimana pengaruh metode PAP bagi aspek pembinaan hidup rohani para frater Unit Manado Skolastikat MSC PIneleng. Sehubungan dengan itu, pada bagian ini kami akan menegaskan lagi beberapa hal.
Penerapan metode PAP di unit Manado ternyata memberikan semacam efek ganda bagi aspek pembinaan hidup rohani para frater. Maksudnya ialah selain memberikan dampak yang positif, ternyata penerapan metode ini juga melahirkan dampak yang negatif.

1.      Dampak Positif
Tidak dapat disangkal bahwa penerapan kebijakan metode PAP turut membantu para frater Unit Manado dalam mengembangkan hidup rohaninya. Hal-hal positif tersebut dapat kami kemukakan kembali sebagai berikut. Pertama, pada tataran lahiriah metode PAP cukup menekan angka ketidakhadiran para frater dalam Perayaan Ekaristi. Intensitas kehadiran para frater Unit Manado dalam Perayaan Ekaristi cukup baik, meskipun ada beberapa catatan yang telah kami kemukakan. Dengan kata lain, PAP mendorong peserta bina untuk lebih rajin dalam menghadiri Perayaan Ekaristi. Hal ini tentu saja sangat positif, meskipun ada berbagai motivasi yang melatarbelakangi kehadiran tersebut, tetapi minimal dengan kehadiran dalam Perayaan Ekaristi ada suatu siraman rohani yang didapat yang turut membantu mengembangkan hidup rohani peserta bina.
Kedua, metode PAP mengajak dan mendorong para peserta bina untuk bertanggung jawab dengan tindakannya, khususnya ketika ia tidak menghadiri Perayaan Ekaristi. Unsur tanggung jawab ini muncul bukan hanya bagi mereka yang mengerjakannya tetapi juga secara tidak langsung bagi semua frater peserta bina yang menghuni Unit Manado. Dalam kaitannya dengan itu, PAP telah membantu menyadarkan orang untuk semakin serius dalam membina dimensi hidup rohaninya.
Ketiga, PAP juga membantu mereka yang mengerjakannya untuk semakin akrab dengan dirinya khususnya dengan dunia batinnya. Maksudnya ialah PAP mengajak orang untuk lebih reflektif dalam hidupnya. Dengan demikian, mereka yang tidak atau belum sempat mengikuti Perayaan Ekaristi pun dapat memaknai ketidakhadirannya tersebut secara rohani. Dan hal ini tentu saja turut mengembangkan hidup rohani seseorang.

2.      Dampak Negatif
Di samping memberikan dampak yang positif, ternyata penerapan metode PAP di Unit Manado juga memberikan dampak yang agak negatif. Meskipun demikian, kami merasa bahwa dampak yang ditimbulkan ini sebenarnya lebih merupakan sebuah efek samping saja dari penerapan sebuah kebijakan.
Dampak negatif yang ditimbulkan tersebut antara lain munculnya mentalitas “kalo ada Romo”. Sebagai contoh misalnya faktor kehadiran dalam Perayaan Ekaristi. Ternyata ditemukan bahwa intensitas kehadiran para frater Unit Manado dalam Perayaan Ekaristi sedikit menurun apabila PJU sedang berada di luar daerah. Hal ini berarti bahwa ada peserta bina yang gagal melihat PAP sebagai sarana dalam mengembangkan hidup rohaninya. Dalam hal ini mereka masih menganggap PAP ataupun Perayaan Ekaristi sebatas sebagai sebuah kewajiban atau aturan semata. Seseorang mengikuti Perayaan Ekaristi untuk dinilai baik saja tetapi tidsk untuk semakin mematangkan hidup rohaninya. Hal ini terkondisikan secara tidak sadar dengan diterapkannya kebijakan metode PAP tersebut yang disertai pengamatan dari PJU.


BAB IV.
P E N U T U P

A.     Kesimpulan
Menerapkan sebuah kebijakan baru dalam pembinaan tidaklah mudah. Hal ini disebabkan karena penerapan kebijakan tersebut pastilah mengganggu kenyamanan para peserta bina sehingga pastilah akan mendapat banyak tantangan ataupun menimbulkan pro dan kontra. Dalam konteks penerapan metode PAP di Unit Manado, hal ini menjadi semakin sulit mengingat Unit Manado hanyalah salah satu dari lima (5) unit pembinaan yang ada dalam komunitas bina Skolastikat MSC Pineleng.
Walaupun demikian, patutlah diakui bahwa metode Pedoman Analisa Pribadi tersebut telah memberikan dampak positif ataupun sumbangan yang berharga bagi aspek pembinaan hidup rohani para frater peserta bina yang mendiami Unit Manado. Namun, efek samping yang ditimbulkan dari penerapan kebijaka tersebut kiranya perlu dipertimbangkan pula.
B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan sederhana yang kami kemukakan di atas, kami merekomendasikan agar metode Pedoman Analisa tersebut tetap dipertahankan. Untuk mengurangi efek samping yang ditimbulkannya, kiranya para pembuat dan pelaksana kebijakan itu memperhatikan beberapa hal.
Pertama, karena metode PAP hanyalah sebuah sarana, maka agar sarana tersebut dapat bermanfaat secara efektif kiranya para frater peserta bina mau membuka diri terhadap kebijakan tersebut. Dalam arti bahwa memandang sarana PAP ini secara positif karena bagaimanapun, perkembangan seseorang dalam hidup rohaninya pertama-tama tergantung dari kemauannya untuk berkembang, bukan dari metode atau sarananya.
Kedua, secara khusus bagi PJU mungkin perlu untuk membuat pendekatan yang lebih personal terhadap setiap pribadi peserta bina. Mungkin melalui pendekatan personal tersebut, para peserta bina semakin menyadari tujuan mulia yang ada di balik penerapan kebijakan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Ohoitimur, Yong, MSC. “Proses Membentuk Karakter sebagai MSC: Beberapa Gagasan Dasar” (Makalah Seminar Ilmiah). Pineleng, 7 Desember 2010.
Personalite et Relations Humaines. Pertumbuhkembangan Diri Secara Metodik; Latihan Analisa PRH 23. PRH-Indonesia 2002.
Prasetya, F. Mardi, SJ., Ph.L.Psych. Psikologi Hidup Rohani 2. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Ponomban, Terry Th., Pr. Perjuangan Rohani Semesta. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2006.
Dokumen Konsili Vatikan II. Dekrit Tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius. Terj. R. Hardawiryana, SJ. Jakarta: Obor, 1993.




Lampiran 1.
SDCS (Summary Data Collection Scheme)
No.
Pertanyaan Penelitian/Topik
Data Set
Sumber Data
Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1.

Deskripsi Lokasi Penelitian
a.  Sejarah Singkat



b.  Geografi


c.   Demografi






Momen-momen Bersejarah


Batas-batas Teritorial
Pemetaan

Struktur
Tingkat
Suku


Data Sekunder
(Buku Kenangan 50 Tahun Skolastikat MSC}


Data Sekunder
(Album MSC
Sekretariat Skolatikat MSC


Penelitian Pustaka
(Formulir)


Observasi
(Panduan Observasi)

Wawancara
(Panduan Wawancara)


2.

Bagaimana Pengaruh penerapan Metode PAP bagi aspek pembinaan hidup rohani para Frater Unit Manado

·      Refleksi tiap-tiap pribadi
·      Kenyataan hidup harian
·      Pengamatan PJU


Informan

Wanwancara
(Panduan Wawancara)
Kuesioner
(Panduan Kuesioner)
Observasi
(Panduan Observasi)



Lampiran 2.
JADWAL PENELITIAN
No.
Hari/Tanggal
Kegiatan
Ket.
1.
Sabtu, 11 September 2010
Pembuatan panduan wawancara dan observasi

2.
Selasa, 14 September 2010
Wawancara awal dengan Romo Sumpana MSC

3.
Kamis, 16 September 2010
Observasi di kapel komunitas skolastikat

4.
Senin, 20 September 2010
Observasi di kapel Unit Purwokerto (Misa Tingkat)

5.
Kamis, 23 September 2010
Observasi di kapel komunitas skolastikat

6.
Minggu, 26 September 2010
Observasi di kapel komunitas skolastikat

7.
Sabtu, 2 Oktober 2010
Observasi di kapel komunitas skolastikat

8.
Rabu, 6 Oktober 2010
Pembuatan panduan kuesioner

9.
Kamis, 7 Oktober 2010
Observasi di kapel komunitas skolastikat

10.
Senin, 11 Oktober 2010
Observasi di kapel Unit Purwokerto (Misa Tingkat)

11.
Minggu, 17 Oktober 2010
Observasi di kapel komunitas skolastikat

12.
Sabtu, 23 Oktober 2010
Observasi di kapel komunitas skolastikat

13.
Minggu, 24 Oktober 2010
Pembagian Kuesioner

14.
Kamis, 28 Oktober 2010
Observasi di kapel komunitas skolastikat

15.
Rabu, 3 November 2010
Observasi di kapel komunitas skolastikat

16.
Selasa, 9 November 2010
Observasi di kapel komunitas skolastikat

17.
Minggu, 14 November 2010
Observasi di kapel komunitas skolastikat

18.
Kamis, 18 November 2010
Pengumpulan Kuesioner

19.
Jumat, 19 November 2010
Wawancara dengan Fr. Dinus dan Fr. Stenly

20.
Sabtu, 20 November 2010
Wawancara dengan Fr. Fritz dan Fr. Anto

21.
Rabu, 24 November 2010
Wawancara dengan Romo Sumpana MSC

22.
Minggu, 28 November 2010
Observasi di kapel komunitas skolastikat

23.
1 – 4 Desember 2010
Pengolahan data

24.
5 – 6 Desember 2010
Pengetikan





Lampiran 3.
NAMA-NAMA PARA INFORMAN
I.      Penanggung Jawab Unit Manado: Rm. Stefanus Sumpana, MSC
II.      Para Frater yang pernah menghuni Unit Manado:
a.
Tingkat I    :
1.      Fr. Tarsisius Kewa Ama, MSC
2.      Fr. Edwin Wollah, MSC
b.
Tingkat II   :
3.      Fr. Leonardus Lelyemin, MSC
4.      Fr. Stefanus Ardi Watuseke, MSC
5.      Fr. Krisanto Reyaan, MSC (Sekretaris Unit)
c.
Tingkat III :
6.      Fr. Petrus Lefteuw, MSC
7.      Fr. Angky Kadoang, MSC
8.      Fr. Hendrik Sumare, MSC
d.
Tingkat IV :
9.      Fr. Alexander Sisko, MSC
10.  Fr. Steven Belyanan, MSC
11.  Fr. Frits Ponomban, MSC (Pala Unit)
12.  Fr. Hendrikus Nyongki Wawo, MSC (Mantan Sekretaris Unit)
e.
Tingkat IVb:
13.  Fr. Johanes Wemay, MSC
14.  Fr. Dinus Palanggan, MSC (Mantan Pala Unit)
15.  Fr. Stenly Oping, MSC (Mantan Pala Unit)



[1] Pada tahun pembinaan 2009/2010 sebenarnya unit Manado dihuni oleh 14 orang frater. Namun pada akhir tahun pembinaan dua orang di antaranya mengundurkan diri sehingga otomatis sekarang tersisa 12 orang yang sudah tersebar di unit-unit lainnya.
[2] Dalam hal ini, kami tidak meneliti tentang proses PRH itu sendiri, melainkan hanya pada PAP semata yang diterapkan oleh Romo Sumpana, MSC di Unit Manado Skolastikat MSC Pineleng.
[3] Bdk. Yong Ohoitimur, MSC, “Proses Membentuk Karakter sebagai MSC: Beberapa Gagasan Dasar” (Makalah Seminar Ilmiah), Pineleng, 7 Desember 2010, hlm. 1.
[4] Personalite et Relations Humaines, Pertumbuhkembangan Diri Secara Metodik; Latihan Analisa PRH 23, PRH-Indonesia 2002, hlm 1.
[5] Wawancara dengan Rm. St. Sumpana MSC, tanggal 14 September 2010.
[6] Personalite et Relations Humaines, Pertumbuhkembangan Diri Secara Metodik; Latihan Analisa PRH 23, PRH-Indonesia 2002, hlm 1-6.
[7] F. Mardi Prasetya, SJ., Ph.L.Psych, Psikologi Hidup Rohani 2 (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm 35.
[8] Terry Th Ponomban, Pr., Perjuangan Rohani Semesta (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2006), 17-18.
[9] F. Mardi Prasetya, SJ., Ph.L.Psych, Psikologi Hidup Rohani 2 (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm 36.
[10] Dokumen Konsili Vatikan II, Dekrit Tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius, terj. R. Hardawiryana, SJ (Jakarta: Obor, 1993), hlm. 251-252.
[11] Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Jadwal Penelitian.
[12] Wawancara dengan Rm. St. Sumpana MSC, tanggal 24 November 2010.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar